Evaluasi Daya Prediksi Model Dampak Kebijakan Domestik terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia

Kemudian permintaan terhadap minyak goreng sawit domestik tidak mengalami perubahan sebagai akibat perubahan yang sangat kecil pada harga minyak goreng sawit domestik. 6.2.2.Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia Tabel 36 menunjukkan bahwa penurunan suku bunga Bank Indonesia BI riil sebesar 20 persen memberikan dampak peningkatan terhadap luas areal tanaman menghasilkan di semua wilayah dan bentuk pengusahaan perkebunan, kecuali pada perkebunan rakyat di Kalimantan. Hal ini sejalan dengan hasil estimasi model dimana respon areal perkebunan rakyat di Kalimantan adalah yang paling inelastis dibandingkan perkebunan yang lainnya. Peningkatan luas areal terbesar terdapat pada perkebunan rakyat di Sumatera, yaitu sebesar 0.120 persen, kemudian diikuti oleh perkebunan besar swasta di Kalimantan dan perkebunan besar negara di Sumatera masing-masing 0.089 persen dan 0.084 persen. Peningkatan luas areal terbesar adalah pada perkebunan rakyat di Sumatera karena respon areal perkebunan rakyat di Sumatera terhadap perubahan suku bunga BI lebih elastis dibandingkan respon areal perkebunan yang lainnya. Penurunan suku bunga BI mampu meningkatkan produktivitas pada semua bentuk pengusahaan perkebunan. Peningkatan produktivitas terbesar adalah pada perkebunan besar negara di Kalimantan yaitu sebesar 0.060 persen. Adapun peningkatan produktivitas terkecil adalah pada perkebunan besar swasta di Sumatera yaitu sebesar 0.017 persen. Peningkatan luas areal dan produktivitas secara total menyebabkan peningkatan produksi minyak sawit sebesar 0.099 persen sehingga ekspor minyak sawit Indonesia meningkat sebesar 0.1 persen. Kenaikan ekspor minyak sawit Indonesia mendorong penurunan harga ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 0.025 persen. Kemudian, rendahnya persentase peningkatan produksi minyak sawit relatif terhadap persentase kenaikan ekspor minyak sawit Indonesia menyebabkan pasokan bahan baku untuk industri minyak goreng sawit menurun sehingga produksi minyak goreng sawit mengalami penurunan sebesar 0,092 persen. Penurunan suku bunga BI menyebabkan peningkatan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sawit maupun industri lain masing-masing sebesar 0.028 persen dan 2.167 persen, sehingga secara total permintaan minyak sawit domestik meningkat sebesar 0.239 persen yang kemudian menyebabkan peningkatan harga minyak sawit domestik sebesar 0.164 persen. Kenaikan harga minyak sawit domestik akan mendorong peningkatan harga minyak goreng sawit domestik sebesar 0.003 persen yang selanjutnya menyebabkan penurunan terhadap permintaan minyak goreng sawit domestik sebesar 0.010 persen. Permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sawit mengalami peningkatan disebabkan oleh besarnya pengaruh peningkatan harga minyak goreng sawit domestik dibandingkan pengaruh peningkatan harga minyak sawit domestik. Kenaikan permintaan minyak sawit oleh industri lain dapat dijelaskan karena berdasarkan hasil estimasi permintaan minyak sawit oleh industri lain hanya dipengaruhi secara signifikan oleh variabel suku bunga BI riil. Hal ini mengindikasikan bahwa industri lain yang membutuhkan bahan baku minyak sawit, seperti margarin, sabun, mie, oleokimia, serta biodiesel memerlukan insentif seperti suku bunga kredit yang murah sehingga mereka bersedia Tabel 36. Dampak Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia sebesar 20 persen terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia, Tahun 2003-2007 No. Variabel Endogen Nilai Dasar Perubahan 1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 1336.9 0.1197 2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 247.3 0.0000 3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 473.8 0.0844 4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 54.6863 0.0079 5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 1550.6 0.0387 6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 445.7 0.0897 7 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 3.0039 0.0433 8 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 2.2989 0.0261 9 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 3.7331 0.0402 10 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 3.2087 0.0623 11 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 3.5997 0.0167 12 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 3.1909 0.0282 13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 4028.1 0.1614 14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 571.1 0.0525 15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 1771.8 0.1129 16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 176.9 0.0565 17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 5601.2 0.0571 18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 1451.4 0.1240 19 Produksi Minyak Sawit Indonesia 14128.2 0.0991 20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia 4231.8 -0.0922 21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng 3275.2 0.0275 22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain 359.9 2.1673 23 Permintaan Minyak Sawit Domestik 3635.1 0.2393 24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik 1028.6 -0.0097 25 Penawaran Minyak Sawit Domestik 8776.1 0.0558 26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik 2676.8 -0.1121 27 Harga Minyak Sawit Domestik 3344.5 0.1644 28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia 397.9 -0.0251 29 Harga Minyak Sawit Dunia 466.2 -0.0215 30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik 3788.1 0.0026 31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia 397.3 0.0000 32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia 9119.8 0.1009 33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia 13138 0.0000 34 Ekspor Minyak Sawit Dunia 25678.6 0.0358 35 Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia 1555.1 -0.0643 36 Impor Minyak Sawit Cina 4488.9 0.0089 37 Impor Minyak Sawit India 3825 0.0026 38 Impor Minyak Sawit Pakistan 1483.3 0.0202 39 Impor Minyak Sawit Dunia 26320.8 0.0030 Sumber : Data diolah 2010 meningkatkan kapasitas produksinya yang berarti meningkatkan permintaan mereka terhadap minyak sawit. Penurunan suku bunga BI sebesar 20 persen juga menyebabkan ekspor minyak goreng sawit mengalami penurunan sebesar 0.064 persen. Penurunan ekspor minyak goreng sawit tersebut disebabkan oleh penurunan produksi minyak goreng sawit dan peningkatan harga minyak goreng sawit domestik. 6.2.3.Peningkatan Penawaran Minyak Sawit Domestik Dampak peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 25 persen terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 37. Peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 25 persen menyebabkan harga minyak sawit domestik mengalami penurunan sebesar 1.567 persen. Selanjutnya diketahui pula bahwa harga minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan sebesar 0.058 persen. Hal ini dikarenakan kenaikan penawaran minyak sawit domestik menyebabkan kenaikan penawaran minyak goreng sawit 1.472 persen yang lebih besar daripada kenaikan permintaan minyak goreng sawit 0.088 persen. Tujuan pemerintah untuk memastikan terpenuhinya pasokan minyak sawit untuk industri hilir minyak sawit terutama industri minyak goreng sawit menjadi disinsentif bagi industri minyak goreng tersebut walaupun merupakan insentif bagi industri lain. Namun berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa penurunan harga minyak goreng sawit domestik lebih rendah daripada penurunan harga minyak sawit domestik sehingga permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sawit mengalami peningkatan sebesar 0.672 persen. Tabel 37. Dampak Peningkatan Penawaran Minyak Sawit Domestik sebesar 25 persen terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia, Tahun 2003-2007 No. Variabel Endogen Nilai Dasar Perubahan 1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 1336.9 -0.1197 2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 247.3 -0.0809 3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 473.8 -0.0211 4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 54.6863 -0.0216 5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 1550.6 -0.1096 6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 445.7 -0.1571 7 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 3.0039 -0.3396 8 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 2.2989 -0.2175 9 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 3.7331 -0.3402 10 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 3.2087 -0.6202 11 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 3.5997 -0.1583 12 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 3.1909 -0.1974 13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 4028.1 -0.4692 14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 571.1 -0.2802 15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 1771.8 -0.3838 16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 176.9 -0.6783 17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 5601.2 -0.2821 18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 1451.4 -0.3858 19 Produksi Minyak Sawit Indonesia 14128.2 -0.3525 20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia 4231.8 1.1083 21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng 3275.2 0.6717 22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain 359.9 0.1389 23 Permintaan Minyak Sawit Domestik 3635.1 0.6190 24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik 1028.6 0.0875 25 Penawaran Minyak Sawit Domestik 8776.1 25.0000 26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik 2676.8 1.4719 27 Harga Minyak Sawit Domestik 3344.5 -1.5668 28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia 397.9 0.1005 29 Harga Minyak Sawit Dunia 466.2 0.0858 30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik 3788.1 -0.0581 31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia 397.3 0.0000 32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia 9119.8 -0.3509 33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia 13138 0.0000 34 Ekspor Minyak Sawit Dunia 25678.6 -0.1246 35 Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia 1555.1 0.4823 36 Impor Minyak Sawit Cina 4488.9 -0.0245 37 Impor Minyak Sawit India 3825 -0.0078 38 Impor Minyak Sawit Pakistan 1483.3 -0.0472 39 Impor Minyak Sawit Dunia 26320.8 -0.0084 Sumber : Data diolah 2010 Penurunan harga minyak sawit domestik menyebabkan permintaan minyak sawit oleh industri lain meningkat sebesar 0.139 persen. Oleh karena itu, secara total permintaan minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.619 persen. Penurunan harga minyak sawit domestik menyebabkan luas areal dan produktivitas mengalami penurunan, yang selanjutnya menyebabkan penurunan produksi minyak sawit sebesar 0.353 persen. Turunnya produksi minyak sawit tersebut menyebabkan ekspor minyak sawit Indonesia menurun sebesar 0.351 persen. Penurunan ekspor minyak sawit Indonesia mendorong peningkatan harga ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 0.101 persen. Besarnya penurunan harga minyak sawit domestik dibandingkan penurunan harga minyak goreng sawit domestik menyebabkan produksi minyak goreng sawit meningkat sebesar 1.108 persen. Peningkatan produksi minyak goreng sawit sebesar 1.108 persen dan penurunan harga minyak goreng sawit sebesar 0.058 persen menyebabkan ekspor minyak goreng sawit meningkat sebesar 0.482 persen. Adapun permintaan minyak goreng sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.088 persen yang disebabkan oleh penurunan harga minyak goreng sawit.

6.3. Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia

Untuk mengkaji dampak perubahan faktor eksternal terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit di Indonesia, dilakukan dua skenario simulasi yaitu : 1 peningkatan harga minyak sawit dunia dan 2 peningkatan harga minyak mentah dunia. Evaluasi dampak perubahan faktor eksternal terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit di Indonesia dibatasi kepada perubahan variabel endogen yang terkait dengan pengukuran kesejahteraan pelaku industri minyak sawit, yaitu produksi minyak sawit, harga minyak sawit domestik, permintaan minyak sawit domestik, volume dan harga ekspor minyak sawit dan minyak goreng sawit, serta produksi minyak goreng sawit, harga minyak goreng sawit domestik, permintaan minyak goreng sawit domestik. Berikut ini dikemukakan hasil simulasi pada masing-masing skenario. 6.3.1.Peningkatan Harga Minyak Sawit Dunia Hasil simulasi pada Tabel 38 menunjukkan bahwa peningkatan harga minyak sawit dunia sebesar 25 persen ditransmisikan kepada harga ekspor minyak sawit dan harga minyak sawit domestik, sehingga secara berantai menyebabkan peningkatan harga ekspor minyak sawit sebesar 23.951 persen dan harga minyak sawit domestik sebesar 2.114 persen pada tahun 2003-2007. Peningkatan harga ekspor menyebabkan peningkatan volume ekspor minyak sawit sebesar 0.684 persen. Penurunan penawaran minyak goreng sawit lebih besar daripada penurunan permintaan minyak goreng sawit sehingga menyebabkan peningkatan harga minyak goreng sawit sebesar 0.048 persen. Peningkatan harga minyak sawit domestik menyebabkan penurunan permintaan minyak sawit oleh industri lain sebesar 0.195 persen, dan juga menurunkan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sebesar 0.852 persen karena peningkatan harga minyak sawit domestik lebih besar daripada peningkatan harga minyak goreng sawit domestik. Secara total permintaan minyak sawit domestik mengalami penurunan sebesar 0.787 persen. Peningkatan harga minyak sawit domestik menyebabkan luas areal dan produktivitas mengalami peningkatan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan produksi minyak sawit sebesar 0.515 persen. Tabel 38. Dampak Peningkatan Harga Minyak Sawit Dunia sebesar 25 persen terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia, Tahun 2003-2007 No. Variabel Endogen Nilai Dasar Perubahan 1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 1336.9 0.2319 2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 247.3 0.0809 3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 473.8 0.0844 4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 54.6863 0.0430 5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 1550.6 0.2257 6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 445.7 0.2917 7 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 3.0039 0.4561 8 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 2.2989 0.2914 9 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 3.7331 0.4152 10 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 3.2087 0.7667 11 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 3.5997 0.1972 12 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 3.1909 0.1786 13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera 4028.1 0.7050 14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan 571.1 0.4202 15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera 1771.8 0.5023 16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan 176.9 0.7914 17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera 5601.2 0.4321 18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan 1451.4 0.5030 19 Produksi Minyak Sawit Indonesia 14128.2 0.5146 20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia 4231.8 -0.9547 21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng 3275.2 -0.8519 22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain 359.9 -0.1945 23 Permintaan Minyak Sawit Domestik 3635.1 -0.7868 24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik 1028.6 -0.0972 25 Penawaran Minyak Sawit Domestik 8776.1 0.1174 26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik 2676.8 -1.1842 27 Harga Minyak Sawit Domestik 3344.5 2.1139 28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia 397.9 23.9507 29 Harga Minyak Sawit Dunia 466.2 25.0000 30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik 3788.1 0.0475 31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia 397.3 0.0000 32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia 9119.8 0.6842 33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia 13138 0.0000 34 Ekspor Minyak Sawit Dunia 25678.6 0.2430 35 Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia 1555.1 -0.5594 36 Impor Minyak Sawit Cina 4488.9 -7.0017 37 Impor Minyak Sawit India 3825 -0.5098 38 Impor Minyak Sawit Pakistan 1483.3 -14.7913 39 Impor Minyak Sawit Dunia 26320.8 -2.1021 Sumber : Data diolah 2010 Naiknya produksi minyak sawit tersebut menyebabkan ekspor minyak sawit Indonesia meningkat pula sebagaimana pengaruh peningkatan harga ekspor minyak sawit. Besarnya peningkatan harga minyak sawit domestik dibandingkan peningkatan harga minyak goreng sawit domestik menyebabkan produksi minyak goreng sawit menurun sebesar 0.955 persen. Penurunan produksi minyak goreng sawit sebesar 0.955 persen dan peningkatan harga minyak goreng sawit sebesar 0.048 persen menyebabkan ekspor minyak goreng sawit menurun sebesar 0.559 persen. Adapun permintaan minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan sebesar 0.097 persen yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak goreng sawit. 6.3.2.Peningkatan Harga Minyak Mentah Dunia Dampak peningkatan harga minyak mentah dunia sebesar 10 persen terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 39. Peningkatan harga minyak mentah dunia sebesar 10 persen menyebabkan harga ekspor minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0.176 persen, sehingga menyebabkan ekspor minyak sawit meningkat sebesar 0.016 persen. Hal ini terjadi karena pada saat harga minyak mentah dunia mengalami peningkatan maka permintaan terhadap minyak sawit untuk industri biodiesel juga semakin meningkat. Keadaan tersebut merupakan insentif bagi para pengusaha eksportir minyak sawit untuk meningkatkan volume ekspornya. Peningkatan harga ekspor minyak sawit sebesar 0.176 persen menyebabkan harga minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.06 persen sehingga produksi minyak sawit domestik meningkat sebesar 0.016 persen.