Profil Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia pada tahun 1967 sebesar 168 ribu ton telah meningkat hingga 105 kali lipatnya pada tahun 2007, yaitu sebesar 17 665 ribu ton. Peningkatan luas areal kelapa sawit dan produksi minyak sawit adalah akibat dari pesatnya perkembangan industri hilir kelapa sawit baik dari dalam maupun luar negeri permintaan akan minyak sawit meningkat. Perkembangan produksi minyak sawit dapat dilihat pada Gambar 4. 4000000 8000000 12000000 16000000 20000000 19 67 19 70 19 73 19 76 19 79 19 82 19 85 19 88 19 91 19 94 19 97 20 00 20 03 20 06 20 07 Tahun Pr oduk s i Ton PR PBN PS TOTAL Keterangan : PR = perkebunan rakyat PBN = perkebunan besar negara PBS = perkebunan besar swasta Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 Gambar 4. Perkembangan Produksi Minyak Sawit, Tahun 1967-2007 Berdasarkan data rata-rata produksi minyak sawit CPO tahun 2001-2007 Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009, terdapat 6 propinsi sentra kelapa sawit yang memberikan kontribusi produksi terbesar terhadap total produksi minyak sawit nasional. Keenam propinsi tersebut adalah Riau 25.68 persen, Sumatera Utara 23.43 persen, Sumatera Selatan 9.98 persen, Jambi 7.42 persen, Kalimantan Barat 6.28 persen, dan Sumatera Barat 5.48 persen. Tabel 2 menunjukkan perkembangan produktivitas minyak sawit dari tahun 2001 hingga 2006. Selama tahun 2001-2006, rata-rata produktivitas minyak sawit perkebunan besar swasta lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produktivitas perkebunan besar negara dan perkebunan rakyat. Hal ini terjadi karena perkebunan besar swasta memiliki beberapa keunggulan, yaitu modal yang besar, teknologi yang lebih modern, dan lain-lain. Secara keseluruhan, produktivitas minyak sawit mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produktivitas yang terjadi pada perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara. Komoditas minyak sawit yang sangat potensial mendorong perkebunan kelapa sawit mencari solusi yang efisien dan efektif dalam rangka peningkatan produktivitas. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas on farm pengolahan lahan, pemupukan, dan lain-lain. Tabel 2. Perkembangan Produktivitas Minyak Sawit Indonesia, Tahun 2001- 2006 Tahun Produktivitas TonHa PR PBN PBS Total 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2.64 2.74 2.75 3.26 3.58 3.13 3.07 3.06 3.25 3.45 3.57 3.62 2.91 3.00 4.29 3.59 3.51 3.74 2.84 2.91 3.05 3.17 3.29 3.49 Rata-Rata 3.02 3.34 3.51 3.13 Keterangan : PR = perkebunan rakyat PBN = perkebunan besar negara PBS = perkebunan besar swasta Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007 Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS yang dilakukan oleh BPS Badan Pusat Statistik setiap tiga tahun sekali, konsumsi per kapita minyak sawit nasional terus mengalami peningkatan sejak tahun 1984 hingga tahun 2005, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 11.26 persen. Konsumsi minyak sawit di Indonesia pada tahun 1984 tercatat sebesar 2.29 Kgkapita terus meningkat menjadi 4.8 Kgkapita pada tahun 2005. Tabel 3 menunjukkan perkembangan konsumsi minyak sawit Indonesia. Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit Indonesia, Tahun 1984- 2005 Tahun Konsumsi Kapita Kgth Pertumbuhan 1984 2.29 - 1987 2.54 10.92 1990 2.71 6.69 1993 2.96 9.23 1996 3.17 7.09 1999 3.88 22.37 2002 4.38 12.89 2005 4.80 9.59 Rata-Rata Laju Pertumbuhan 11.26 Sumber : BPS, 2006

2.3. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Dunia

Data mengenai produksi dan konsumsi minyak sawit dunia ditunjukkan pada Tabel 4. Prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri, kebijakan pemerintah dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati BBN seperti biodiesel sebagai alternatif dari Bahan Bakar Minyak BBM memberi peluang kepada industri ini untuk lebih berkembang. Fenomena biodiesel sebagai pengganti BBM juga terjadi di pasar dunia. Hal ini mengakibatkan kenaikan penggunaan atau konsumsi minyak sawit di pasar dunia. Tabel 4. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Dunia, Tahun 2001-2007 Tahun Produksi juta Ton Konsumsi juta Ton 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 23.98 25.39 28.11 30.91 33.73 37.14 38.16 23.87 25.60 28.20 29.90 32.98 36.14 38.31 Rata-Rata Pertumbuhan 8.09 8.22 Sumber : Oil World, 2001-2007 Pertumbuhan penggunaan minyak sawit dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dunia dan semakin berkembangnya tren pemakaian bahan dasar oleochemical pada industri makanan dan industri farmasi kosmetik. Fenomena ini berkembang karena produk yang menggunakan bahan baku kelapa sawit lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati dengan bahan baku lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa produksi dan konsumsi minyak sawit dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Produksi dan konsumsi minyak sawit dunia meningkat dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 8.09 persen dan 8.22 persen per tahun. Peluang Indonesia masih terbuka lebar untuk meningkatkan devisa melalui ekspor minyak sawit ke pasar dunia dengan tren peningkatan produksi dan konsumsi minyak sawit dunia. Hal ini dikarenakan, konsumsi pada tahun 2001- 2007 telah menggambarkan tingginya konsumsi minyak sawit pada tahun-tahun yang akan datang. Saat ini banyak negara di dunia yang telah mendirikan pabrik- pabrik biodiesel, dimana sebagian besar pabriknya telah beroperasi. Kondisi ini sangat menguntungkan, karena konsumsi minyak sawit di dunia akan terus mengalami peningkatan yang pesat di kemudian hari.

2.4. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Sawit Indonesia

Sebagian besar ekspor produk olahan kelapa sawit Indonesia adalah dalam bentuk minyak sawit CPO. Negara-negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia adalah India, Belanda, China, Malaysia, dan Pakistan. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut yang lebih besar dibandingkan ke negara lainnya. Pada tahun 2007, jumlah ekspor Indonesia ke India, Belanda, China, Malaysia, dan Pakistan masing-masing sebesar 2 743 ribu ton, 570 ribu ton, 237 ribu ton, 265 ribu ton, dan 226 ribu ton Oil World, 2007. Kenaikan permintaan dari negara-negara tersebut akan mendorong peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia. Perkembangan volume ekspor minyak sawit sejak tahun 1969 hingga tahun 2007 mengalami sedikit fluktuasi dengan kecenderungan terus meningkat. Gambar 5 menunjukkan volume ekspor minyak sawit sejak tahun 1969 hingga tahun 2007. Pada tahun 1969 nilai ekspor minyak sawit hanya sebesar US. 24 juta meningkat hingga 329 kali lipatnya menjadi US. 7.9 milyar pada tahun 2007. Volume ekspor minyak sawit pada tahun 1969 yaitu sebesar 179 ribu ton mengalami kenaikan hingga 66 kali lipatnya pada tahun 2007 dengan volume sebesar 11 875 ribu ton. Ekspor minyak sawit yang tinggi baik dari sisi volume maupun nilainya dalam US. salah satunya dipicu oleh maraknya penggunaan biodiesel di pasar dunia yang mendorong kenaikan permintaan minyak sawit dunia. Naiknya permintaan minyak sawit dunia tentunya akan meningkatkan ekspor untuk memenuhi kebutuhan minyak sawit di luar negeri. 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 1969 19 72 1975 1978 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002 20 05 2006 2007 Tahun V o lu m e T o n EKSPOR Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 Gambar 5. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit, Tahun 1969-2007 Ekspor Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 1999 hingga tahun 2007 Gambar 5. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah terhadap komoditas minyak sawit. Pada masa krisis, minyak sawit hanya diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri karena harga dalam negeri yang tidak stabil. Setelah masa krisis berlalu, pemerintah mengubah kebijakan menjadi kebijakan yang pro ekspor sehingga ekspor terus mengalami peningkatan hingga saat ini. 100000 200000 300000 400000 500000 19 69 19 72 19 75 19 78 19 81 19 84 19 87 19 89 19 90 19 93 19 96 19 99 20 02 20 05 20 06 20 07 Tahun Vol ume Ton IMPOR Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 Gambar 6. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit, Tahun 1969-2007 Volume impor minyak sawit Indonesia tahun 1969 hingga tahun 2007 disajikan dalam Gambar 6. Selain mengekspor minyak sawit, Indonesia juga melakukan impor yang dimulai sejak tahun 1981. Namun, berbeda dengan perkembangan volume ekspor minyak sawit Indonesia, volume impor minyak sawit sangat fluktuatif dengan kecenderungan semakin menurun. Volume impor pada tahun 1981 sebesar 33 ribu ton dengan nilai US. 17 juta, dimana mengalami penurunan menjadi 1 067 ton dengan nilai US. 1.02 juta pada tahun 2007. Impor minyak sawit dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri hilir kelapa sawit apabila terjadi kekurangan pasokan minyak sawit dari produsen minyak sawit dalam negeri. Impor minyak sawit yang terus mengalami peningkatan sejak tahun 1987 disebabkan oleh adanya perbedaan harga antara harga minyak sawit di pasar domestik dan pasar dunia. Pada periode tersebut,