Kejahatan siber
2. Kejahatan siber
Para pakar dunia dari berbagai disiplin meyakini bahwa abad ke-21 atau abad milenium ini kita berinteraksi sebagai masyarakat informasi (information society). Merujuk pada trilogi Manuel Castell (1996, 1997, 1998), untuk melakukan analisa mengenai masyarakat informasi, hal yang pertama yang diteliti adalah bidang ekonomi yang mengadopsi struktur jaringan dalam proses globalisasi. Dalam proses ini, paradigma teknologi informasi berkembang dengan lima itur, yaitu (1) Informasi sebagai bahan mentah baru; (2) Kemudahan dalam penggunaan tekhnologi informasi; (3) Jaringan logika dari banyak sistem yang menggunakannya; (4) leksibel; dan (5) terdapat konvergensi teknologi. Kumpulan lima karekteristik dari ekonomi baru ini disebut sebagai informalism. Di sini pemrosesan, regenerasi dan transmisi informasi menjadi sumber produktivitas dan kekuatan. Lebih lanjut Castel mengatakan bahwa jaringan global ini mampu membuat individu atau group berinteraksi dan melakukan transaksi barang ataupun pemikiran secara lebih bebas dan mudah daripada sebelumnya, yang utama dalam perubahan ini dilakukan dengan adanya internet dan bentuk-bentuk teknologi informasi dan komunikasi (ICTs) lainnya.
Hubungan antara ruang hidup yang secara tradisional mempunyai jarak, seperti rumah, sekolah, desa dan kota, kemudian dihubungkan
de ngan ICT sehingga relatif mengurangkan jarak dan waktu di ruang tradisional dalam mengirim atau pun menerima informasi terkini. bahkan ICTs membuat ruang komunikasi menjadi semakin komplek dan terkoneksi secara permanen dengan adanya fasilitas webcam.
Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi (ICTs) ini juga membuat banyak perubahan perilaku masyarakat di dunia, apatah lagi dengan penggabungan teknologi perilaku baru antarmasyarakat dari berbagai belahan dunia. Bahkan pada sisi yang negatif perubahan perilaku ini meyangkut perilaku menyimpang dari manusia yang awalnya hanya dapat dilakukan dalam dunia nyata (real space) kemudian merambah dalam dunia maya. Perubahan perilaku interaksi bagi sebagian orang yang menguasai teknologi ini kemudian menjalar ke bagian-bagian lain dalam kehidupan manusia menjadi sebuah nilai-nilai baru yang diakui dan hidup dalam masyarakat (living law). Nilai-nilai ini akan membentuk instrumen-instrumen hukum baru terkait dengan perbuatan hukum yang dilakukan seseorang. Perbuatan tersebut mulai dari berkorespondensi melalui email atau chating, perniagaan bahkan aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan.
Dalam sejarah tercatat kejahatan terhadap komputer dan sistem
Cybercrime: Masalah konsepsi dan penegakan hukumnya
komputer sudah terdeteksi sejak awal 1950-an. Aktivitasnya biasanya berhubungan dengan kejahatan spionase terhadap informasi rahasia yang terdapat dalam sistem komputer. Bahkan kejahatan ini semakin meningkat pada akhir tahun 1990-an dengan terintegrasinya sistem teknologi informasi dan komunikasi melalui pengaplikasian teknologi internet. Integrasi ini kemudian memunculkan realita baru yang
dinamakan realita cyberspace. 8 Sebagai gambaran mengenai kejahatan siber yang melibatkan warga Indonesia ialah sepanjang tahun 2006–2008 beberapa negara didunia melakukan komplain terhadap penipuan yang dilakukan oleh orang Indonesia, diantaranya Australia 19 kali, Ceko
13 kali, Slovakia 13 kali, Finlandia 10 kali, Prancis 9 kali, Jerman 9 kali, Yunani 15 kali, Hongaria 7 kali, Inggris 6 kali, Iran 7 kali, Kolombia 8 kali, NZ 9 kali, Polandia 10 kali, Singapura 10 kali, Spanyol 14 kali, Swiss 10 kali, dan Amerika Serikat 14 kali pengaduan. Bahkan pada tahun 2009, Indonesia mendapat komplain sebanyak 205 kali dari 50 negara di dunia karena menjadi korban cyberfraud yang diduga pelakunya warga negara Indonesia.
Berbagai pengaduan tersebut sangatlah sukar untuk diproses secara hukum ketika tidak ada kerja sama dengan korban ataupun tidak ada kerjasama antarnegara. Sebagai contoh pelibatan korban dalam penuntasan kasus cyberfraud adalah kasus yang menimpa Chumpon Korp Phaibun, Warga Negara Thailand yang tertipu dengan sebuah situs dari Indonesia, yakni www.henbing.com . Melalui situs ini korban bertransaksi untuk melakukan pembelian jet ski seharga US $19,520. Namun setelah ditransfer uang ke rekening pelaku di bank Mandiri, jet ski tersebut tidak diantarkan kepada korban. Setelah ada kerja sama dengan korban, pihak kepolisian kemudian menangkap tersangka Ronal
Lubis dan Bayu pada awal Juli 2010. 9 Peningkatan berbagai kasus yang berkaitan dengan aktivitas di dunia siber yang kemudian dikenal dengan istilah kejahatan siber atau cybercrime menunjukkan bahwa kejahatan ini merupakan kejahatan serius yang harus mendapat perhatian lebih dari aparat penegak hukum. Bahkan karena tingkat keseriusan yang memberi ancaman melintasi batas teritorial, cybercrime dikategorikan sebagai salah satu kejahatan transnasional di samping perdagangan obat terlarang, perdagangan manusia, pembajakan dan perompakan di laut, penyelundupan senjata, terorisme, pencucian uang, dan kejahatan ekonomi internasional. Keseriusan ancam an yang lain, internet menjadi
8 cyber space sebuah istilah yang dipopularkan oleh William Gibson dalam novel iksi sains yang bertajuk Necromancer pada tahun 1984 yang membuat ilustrasi yang menandakan berbagai aktivitas dengan elektronik yang dapat dipahami dengan jelas tetapi tidak se- mestinya (virtual).
9 Petrus R Golose, 2010, Perkembangan Cyber Crime dalam Kejahatan Extra Ordinary, makalah disampaikan di Penataran nasional Hukum Pidana dan Kriminologi tahun 2010 kerjasa- ma FH UPH Surabaya , FH Ubaya dan MAHUPIKI 2-3 Desember.
Faizin Sulistio
alat yang ampuh yang digunakan oleh orang jahat untuk melakukan pelanggaran secara anonim. 10