Kendala dalam mencapai efektivitas pemasyarakatan

6. Kendala dalam mencapai efektivitas pemasyarakatan

Kini kita perlu melihat perkembangan di Indonesia. Berdasarkan Pasal 54 Rancangan KUHP versi tahun 2008 dinyatakan bahwa pemidanaan antara lain bertujuan untuk prevensi umum, yakni mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman kepada masyarakat. Hal ini dicapai dengan jalan Rehabilitasi dan Resosialisasi, memasyarakatkan terpidana, dengan melakukan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna. Supaya mereka bisa kembali ke masyarakat (itulah sebabnya disebut LP singkatan dari Lembaga Pemasyarakatan). Dalam perspektif ini mereka bukan dipandang sebagai penjahat, hanya orang yang tersesat, sehingga masih ada waktu untuk bertobat.

Seperti telah dibahas di awal, Pemasyarakatan adalah bagian dari sistem peradilan pidana atau criminal justice system (CJS). Sistem peradil an pidana terpadu setidaknya terdapat empat lembaga yang bertanggung jawab, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga Pemasyarakatan (lapas). Administrasi peradilan pidana tidak selesai dengan adanya putusan hakim. Tujuan sistem peradilan pidana baru

22 Cullen, Francis dan Karen E.Gilbert. Reairming Rehabilitation. Cincinnati: Anderson, 1982.

23 John E. Conklin, Op.Cit., hlm. 517-518.

Topo Santoso

selesai (tercapai) apabila si pelanggar hukum telah kembali terintegrasi dengan masyarakat dan hidup sebagai warga yang taat hukum. Lapas merupakan muara dari proses peradilan pidana yang menjatuhkan pidana penjara kepada terpidana. Pelaksanaan hukuman penjara bagi narapidana tidak dilakukan semata sebagai sebuah upaya balas dendam dan menjauhkan narapidana dari masyarakat. Pemenjaraan terhadap narapidana dilakukan berdasarkan sebuah sistem pemasyarakatan. Penghukuman melalui mekanisme pemenjaraan dinilai tidak memberikan nilai tambah bagi narapidana guna memperbaiki hidupnya.

Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas WBP agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 24 Masalah-masalah seringkali muncul dalam pemasyarakatan. Di- antaranya, penghuni Lapas melebihi daya tampung, khususnya Lapas kelas IA di kota besar, Hak-hak WBP tidak terpenuhi, fasilitas dasar (kesehatan, kerja, mck, pendidikan) minim. Juga seringkali terjadi praktik kekerasan dan pemerasan. Masalah lainnya adalah kurangnya pemahaman konsep pemasyarakatan dari petugas (fokus utama masih pengamanan, belum pembinaan). Penghuni Lapas masih melakukan berbagai kejahatan dari

balik jeruji. Praktik “maia peradilan” untuk fasilitas dan jasa tertentu. 25 Seperti halnya kendala-kendala yang dihadapi upaya pemasyarakatan di Indonesia, di negara lainnya pun juga hal yang sama dihadapi. Banyak Lembaga Pemasyarakatan cukup tua dan ketinggalan jaman. Khusus penjara dengan “Maximum-security” ternyata kebanyakan terlampau besar atau justru melebihi kapasitas (overcrowded). Banyak sel- sel penjara dan ruang-ruang “medium-security” juga tidak layak untuk ditempati manusia (unsuitable for human habitation). Lembaga-lembaga pemasyarakatan banyak yang kekurangan pegawai dan personelnya sering kurang terlatih. Pengelompokan penghuni yang tepat seringkali kurang dipatuhi. Disiplin lembaga seringkali terlalu kaku. Kehidupan di penjara cenderung sangat monoton dan penuh tekanan. Kebjakan pelepasan bersyarat kadang-kadang tidak fair dan tidak eisien. Klasiikasi yang komprehensif dan strategi program tidak selalu ada. Tampak adanya proses “prisonization and criminalization” di banyak lembaga

24 Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 25 Santoso, Topo dan Hasril Hertanto. Menunggu Perubahan dari Balik Jeruji. Jakarta: Kemi-

traan, 2007.

Suatu tinjauan atas efektivitas pemidanaan

pemasyarakatan. 26