Penanggulangan bentuk-bentuk penghisapan/penindas- an di luar industri seks

5. Penanggulangan bentuk-bentuk penghisapan/penindas- an di luar industri seks

Sejak dinyatakan sebagai tindak pidana pada 2005, upaya penanggulangan perdagangan manusia dilakukan dengan lebih intensif. Sekarang ini cakupan tindak penanggulangan diperlebar dan diupayakan untuk langsung menangani para pekerja dan membongkar struktur (jaringan) yang melandasi kegiatan perdagangan manusia. Pendirian dinas penerangan dan penyidikan khusus (de Sociale Informatie- en Opsporings Dienst ) merupakan langkah pertama ke arah itu dan untuk selanjutnya dikembangkan pula pusat kajian perdagangan dan penyelundupan manusia nasional (landeljk expertisecentrum mensenhandel en mensensmokkel). Bahwa juga tumbuhkembang kesadaran masyarakat perihal penindasan/ penghisapan pekerja diperlihatkan oleh kasus krupuk di atas. Kasus ini terungkap berkat laporan/pengaduan dari para tetangga yang curiga.

Pada tataran internasional ditekankan bahwa perdagangan manusia adalah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia, dan bahwa negara- negara wajib memberantas kejahatan demikian (Rjken & Koster 2008). Juga di Belanda pendekatan hak asasi manusia dipergunakan dalam penanggulangan perdagangan manusia. Pentingnya pendekatan ini juga muncul dalam Rencana Aksi Uni Eropa perihal perdagangan manusia (EU-Actieplan mensenhandel, 2005), hal mana sejalan dengan Keputusan Payung Uni-Eropa (EU-Kaderbesluit, 2002). Kedua instrumen tersebut

Joanne van der Leun

menempatkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia se- bagai titik tolak utama (NRM 2010).

Di dalam praktik penanggulangan tindak pidana ini patut diperhitungkan peranan politisi dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO). Kiranya dalam ihtiar pengembangan kerjasama dalam mata rantai penyelidikan/penyidikan, peran keduanya harus ditekankan. Juga kerjasama internasional dalam penanggulangan kejahatan ini terus berkembang.

Beranjak dari itu semua kita dapat melangkah lebih jauh dan meng ajukan satu pertanyaan penting: apa yang terjadi di awal rantai penye lidikan/penyidikan? Apa yang sesungguhnya terjadi dalam praktik penyelidikan/penyidikan tatkala yang dihadapi ialah pekerja-pekerja gelap dengan persoalan atau situasi-kondisi yang belum pernah ditangani sebelumnya oleh hakim yang terbiasa menangani kasus perdagangan manusia? Apakah dalam inspeksi (pengawasan rutin oleh kepolisian atau instansi lain yang berwenang) mereka dipandang sebagai calon korban potensial – ataukah dalam semangat kebjakan penanganan pendatang – sebagai sekadar pencari untung yang layak diusir ke luar dari Belanda?

Bilamana polisi menerima laporan tentang kemungkinan adanya praktik penindasan/penghisapan tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka dua hal mungkin terjadi. Pertama, kepolisian akan menangkap/ menahan pekerja-pekerja gelap tersebut dan mendeportasinya ke luar Belanda, sedangkan pengusaha yang mempekerjakan migran gelap akan terkena denda. Sikap tindak kepolisian demikian kiranya terkait- berkelindan dengan kebjakan resmi terhadap orang asing/pendatang yang sekarang ini sangat ketat. Jalan lain kiranya juga mungkin: polisi memandang pekerja gelap sebagai korban potensial dari kejahatan penindasan/penghisapan tenaga (perbudakan) dan mengupayakan langkah-langkah yang perlu dalam rangka perlindungan. Juga dimulai proses penuntutan terhadap majikan karena bersalah melakukan perdagangan manusia. Di lihat dari kacamata penangangan kejahatan perdagangan manusia, kiranya yang terakhir disebut adalah yang seyogianya ditempuh. Namun justru opsi ini bertentangan dengan kebjakan ketat yang dikembangkan bertahun-tahun berkenaan dengan penanganan orang asing/migran. Ilustrasi di atas relevan bagi kepolisian, namun persoalannya lebih dari itu dan menjangkau keseluruhan proses penyidikan-penuntutan (Van der Leun, 2011). Kebjakan penanganan orang asing/migran kerapkali diprioritaskan mendahului penangulangan perdagangan manusia. Kiranya kecenderungan demikian tidaklah khas Belanda (lihat juga Krieg 2009, Skrivankova 2010).

Di dalam praktik adanya kedua opsi sebagaimana diuraikan di atas tidak terperhatikan. Setiap instansi pemerintah (penegak hukum) kiranya masih juga bekerja terutama dalam rangka pencapaian tujuan-tujuannya

Perdagangan manusia dan bentuk-bentuk penghisapan/penindasan lainnya...

sendiri. Jika ke dalamnya termasuk penyelidikan/penyidikan pekerja/ migran gelap atau illegal, maka itupun akan diprioritaskan. Alhasil kerap terjadi korban kejahatan penghisapan/penindasan di luar industri seks (prostitusi) tidak mendapatkan hak atau perlindungan yang semestinya mereka peroleh. Indikasi adanya bentuk-bentuk perdagangan manusia tersebut kerapkali juga tidak dikenali oleh kepolisian dan instansi berwenang lainnya (NRM 2009: 512). Padahal bagi para pekerja gelap implikasi dari itu semua adalah pilihan antara dihukum atau dilindungi. Konklusi yang dapat ditarik berkenaan dengan penanganan kejahatan perdagangan manusia karena itu ialah adanya intensiikasi usaha, namun juga masih kerap terjadi perbenturan dengan kebjakan penanganan orang asing/pendatang.