Kewenangan kejaksaan untuk menjatuhkan pidana (strabeschikking van het OM)
3. Kewenangan kejaksaan untuk menjatuhkan pidana (strabeschikking van het OM)
Pada 2008 mulai berlaku Wet OM-afdoening (penyelesaian perkara pidana langsung oleh Kejaksaan) (lihat Pasal 257a-257h Sv.). Undang- undang ini mengakibatkan perubahan mendasar dalam praktik transaksi dan seponeering bersyarat. OvJ (jaksa) sekarang ini memiliki kewenang- an untuk langsung – tanpa perantaraan hakim pidana – menyelesaikan perkara pidana yang di bawa kehadapannya melalui apa yang dinamakan strabeschikking (putusan pemidanaan). Berbeda dengan apa yang terjadi dalam transaksi dan seponeering bersyarat, penetapan penjatuhan
Constantijn Kelk
pidana secara langsung demikian tidak ditujukan untuk menghentikan penuntutan, namun merupakan upaya penyelesaian perkara mandiri yang diberikan kepada OM untuk secara langsung menuntut dan menjatuhkan pidana. Penetapan penjatuhan pidana oleh jaksa (strabeschikking) dari karakter hukumnya dapat digolongkan sebagai bagian tindakan menuntut. Berbeda dengan model penyelesaian perkara yang disebutkan terdahulu dari OM (seponeering bersyarat dan transaksi), dalam penjatuhan pidana secara langsung, kesalahan terdakwa harus dan sudah dipastikan terlebih dahulu secara tegas.
Kendati begitu diragukan apakah dari fakta terdakwa menerima syarat-syarat yang ditetapkan (bagi penjatuhan pidana oleh jaksa secara langsung) juga dapat serta merta disimpulkan benar terdakwa bersalah atas perbuatan yang didakwakan padanya. Pengenaan putusan pemidanaan oleh Jaksa secara langsung dimungkinkan dalam hal pelanggaran (overtredingen) juga dalam hal kejahatan yang ancaman hukuman maksimalnya ialah 6 tahun pidana penjara (Pasal 257a ayat 1 Sv.).
Jaksa-penuntut umum (Oicier van Justitie/OvJ) memiliki banyak pilihan sanksi baik dalam bentuk pidana (strafen) maupun tindakan (maatregelen) yang dapat digunakannya: hukuman melakukan tugas-kerja tertentu (taakstraf) selama-lamanya 180 jam, denda (geldboete), tindakan berupa pencabutan dari lalulintas peredaran (de maatregel van ontrekking aan het verkeer), tindakan memberikan atau membayar kompensasi (schadevergoedingsmaatregel) dan pencabutan untuk sementara izin mengemudi kendaraan bermotor (ontzegging van de rjbevoegdheid) selama- lamanya untuk 6 bulan (Pasal 257a ayat 2 Sv.). Secara konstitusional penjatuhan pidana penghilangan kemerdekaan (pidana badan) tetap merupakan kewenangan mutlak hakim yang mandiri. Dalam penetapan penjatuhan pidana oleh jaksa juga dapat termuat petunjuk atau syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh terdakwa, seperti misalnya menyerahkan objek atau kebendaan tertentu, pembayaran sejumlah uang dalam rangka meniadakan keuntungan yang diperoleh secara melawan hukum, penyetoran sejumlah uang dalam dana ganti rugi korban-korban kekerasan atau demi keuntungan lembaga-lembaga yang bertujuan memajukan kepentingan korban-korban tindak pidana (Pasal 257a ayat
3 Sv.). Petunjuk atau syarat-syarat demikian kiranya serupa dengan syarat- syarat yang dilekatkan pada transaksi (Pasal 74 ayat 2 Sr.) dan dengan syarat-syarat yang dapat dilekatkan pada putusan pidana/hukuman percobaan (voorwaardeljke veroordeling) (Pasal 14c Sr.). Satu perbedaan mendasar, namun demikian, ialah bahwa penaatan, misalnya syarat-syarat transaksi tidak dapat dipaksakan. Sebaliknya dalam putusan penjatuhan pidana oleh Jaksa justru pemenuhan syarat-syarat yang ditetapkan untuk bagian terbesar dapat dipaksakan. Lagipula penetapan penjatuhan hukuman
Tahapan kritikal dalam pengembangan sistem hukum pidana yang beradab
oleh jaksa diputus serupa dengan penjatuhan pidana biasa, sedangkan bilamana terdakwa mengabaikan syarat-syarat pemberian transaksi atau seponeering, OM tidak punya pilihan lain terkecuali menuntut kembali terdakwa tersebut.
Terkait dengan penetapan penjatuhan pidana oleh OvJ ialah kewajiban untuk mendengarkan suara terdakwa (hoorplicht, Pasal 257c Sv.), yakni dalam hal djatuhkannya pidana yang membatasi kemerdekaan seseorang (hukuman berupa kewajiban melakukan pekerjaan tertentu (werkstraf) dan pencabutan izin mengemudikan kendaraan bermotor) dan dalam hal penjatuhan pidana oleh jaksa yang memuat sekaligus kewajiban membayar uang dengan jumlah lebih dari 2000 euro. Kewajiban untuk mendengarkan suara terdakwa dimaksudkan untuk menguji kesediaan serta kesanggupan terdakwa menjalankan penetapan pidana tersebut. Terdakwa sewaktu didengar keterangannya dalam proses dengar pendapat tersebut akan didampingi oleh penasihat hukumnya. Pendampingan oleh penasihat hukum ini bahkan diwajibkan dalam hal penjatuhan pidana yang sekaligus memuat kewajban membayar sebagaimana djelaskan di atas. Di luar pengenaan hukuman yang disebut di atas terdakwa tidak perlu didengar pendapatnya. Terdakwa yang berkeberatan terhadap penjatuhan penetapan pidana oleh jaksa dapat meng ajukan perlawanan (verzet).
Seberapapun penetapan penjatuhan pidana langsung oleh jaksa dari segi efesiensi memiliki sejumlah keuntungan, sarana demikian, dari sudut pandang lain, yakni kepentingan perlindungan hukum, tetap memiliki sejumlah kekurangan. Proses bagaimana dan muatan isi penetapan penjatuhan pidana secara langsung oleh Jaksa berada di luar pengawasan kekuasaan kehakiman (juga tatkala diajukan perlawanan, dalam hal mana hakim hanya mempertimbangkan hal ihwal kasus yang bersangkutan (merits of the case ). Selanjutnya proses tercapainya strabeschikking di atas terjadi tidak secara terbuka dihadapan publik (tertutup dari pandangan masyarakat umum). Terbuka risiko bahwa OM – mungkin secara sewenang-wenang - mendayagunakan kewenangan strabeschikking tersebut untuk dengan cara mudah dan relatif cepat menuntaskan banyak perkara pidana yang menumpuk di kejaksaan. Sekalipun dalam pendayagunaan kewenangan menetapkan sendiri pidana yang akan djatuhkan, beban pembuktian ada pada OvJ, kiranya dalam kenyataan urusan membuktikan kesalahan dapat dipermudah atau sama sekali dikesampingkan. Lebih lagi adalah OvJ sendiri yang memeriksa dan menguji apakah kewajiban atau beban pembuktian telah terpenuhi dengan layak atau tidak. Terutama bilamana OM mengetahui bahwa terdakwa berkepentingan untuk menghindar dari sorotan publik, dorongan semakin besar untuk menggunakan saja kewenangan menjatuhkan putusan secara langsung di atas.
Di samping itu berangkat dari prinsip-prinsip yang melandasi negara hukum dapat dipertanyakan apakah OM sebagai bagian dari organ
Constantijn Kelk
negara yang menjalankan fungsi eksekutif berada dalam situasi paling tepat untuk mengemban (sebagian dari) fungsi judisiil yang sejatinya berada dalam lingkup kekuasaan kehakiman yang independen.