Tindakan ISD (ISD-maatregel)

8.2. Tindakan ISD (ISD-maatregel)

Pembuat undang-undang tidak hanya memperluas cadangan senjatanya untuk memberantas kejahatan melalui hukum pidana formil dan materiil. Di samping itu, pembuat undang-undang juga menciptakan sanksi perampasan kemerdekaan baru yang tidak terutama ditujukan sebagai senjata untuk memberantas kejahatan tertentu dan menghukum pelaku. Sanksi demikian sebaliknya ditujukan terutama pada kepentingan mencegah berkembangnya situasi (gangguan keamanan) yang tidak diinginkan. Satu contoh sanksi demikian ialah tindakan hukum pidana berupa penempatan dalam satu institusi (penitensier) pelaku kambuhan (stelselmatige daders- isd-maatregel). Dengan itu dimungkinkan untuk

Apakah pidana penjara efektif?

mengurung untuk jangka waktu lama (2 tahun), pelaku tindak pidana kambuhan baik pelaku-pecandu maupun yang bukan.

Perlu ditambahkan sebagai informasi tambahan di sini: berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, pengguna obat-obatan terlarang tidak dituntut dan diadili (karena menggunakan obat-obatan terlarang). Mereka baru akan berurusan dengan aparat penegak hukum apabila kecanduan atau ketergantungan mereka sekaligus dibarengi dengan kejahatan harta benda (vermogenscriminaliteit). Kiranya keuntungan atau hasil kejahatant tersebut akan mereka gunakan untuk membeli obat-obatan terlarang. Sebaliknya untuk penjual/pengedar obat-obatan terlarang tersebut berlaku kebjakan penuntutan yang tegas.

Tindakan ISD ( ISD-maatregel) tidak dikenakan terhadap pelaku kambuhan karena mereka bersalah melakukan delik-delik serius atau berdasarkan derajat kebersalahan serta tanggungjawabnya sebagai individu. Hal itu tidaklah dianggap sebagai pembenaran tindakan mengisolasi mereka dari masyarakat untuk maksimal dua tahun. Sebaliknya pembenaran yang melandasi pengenaan tindakan demikian ialah karena mereka dengan kerapnya melakukan pencurian/perampokan (rumah), dalam rangka mendapatkan uang untuk memenuhi kecanduan mereka, menimbulkan gangguan serius dan berlanjut terhadap ketertiban umum. Hal mana tidak lagi dapat ditenggang. Dapat diperkirakan bahwa mereka akan terus menerus melakukan kejahatan tersebut di masa depan. Mereka itu digolongkan ke dalam kategori memiliki peluang besar untuk residivis. Untuk menanggulangi ancaman demikian, maka mereka untuk sementara waktu dikucilkan dari masyarakat.

Sanksi yang djatuhkan hakim pada pelaku kambuhan tidak dilandaskan pada pertimbangan tingkat keseriusan perbuatan yang dilakukan ataupun derajat kesalahan dari perbuatan di maksud, melainkan pada pertimbangan potensi gangguan yang muncul dari pelaku. Perampasan kemerdekaan berubah dari sarana represif yang digunakan sebagai upaya terakhir (ultimum remedium) menjadi instrumen preventif dalam ihtiar memerangi gangguan dan ancaman keamanan masyarakat. Penjatuhan sanksi seperti di atas terorientasi pada masa depan. Terpidana dibuat menjadi tidak berdaya (melalui pemenjaraan) dengan tujuan mencegah atau menanggulangi kemungkinan munculnya tindak pidana di masa depan: bila kita mengurungnya cukup lama, maka niscaya masyarakat aman terhadap ancaman gangguan yang mungkin muncul darinya dan dengan cara itu pula kriminalitas dapat ditekan.

Penulis di bawah ini akan secara khusus menelaah apakah hal ini dalam kenyataan benar terwujud atau tidak. Kendati begitu adalah lebih penting mencermati kenyataan bahwa pengenaan sanksi pidana, dengan penekanan pada ancaman masa depan, semakin terlepas dari (asas) proporsionalitas, yakni menjatuhkan pidana berdasarkan titik

Martin Moerings

tolak tingkat keseriusan dan kadar kesalahan pelaku. Dengan itu pula diciptakan pintu belakang melalui tindakan yuridis (juridische maatregel). Melalui cara ini dapat disimpangi sejumlah asas-asas (hukum pidana). Penjatuhan pidana tidak lagi dilakukan karena (sebagai reaksi terhadap; vanwege ), melainkan atas dasar atau dengan merujuk (naar anleiding) pada (ancaman yang datang dari) tindak pidana.

Tindakan ISD di atas tidak secara khusus ditujukan pada pencandu obat-obatan terlarang, namun juga pada kategori lainnya, misalnya pencandu alkohol dan mereka yang mengalami gangguan kejiwaan. Keduanya karena perilaku kriminal yang kerap mereka perbuat dianggap memunculkan gangguan ketertiban/keamanan pada masyarakat. Ada atau munculnya masalah kemasyarakatan tertentu secara nyata tidak dipersyaratkan. Untuk penjatuhan pidana demikian, cukuplah bilamana tersangka/terdakwa dalam waktu lima tahun terhitung dari delik untuk mana ia disidangkan, setidak-tidaknya telah diputus inal tiga kali berturut- turut dengan pidana (straf) atau tindakan (maatregel) berupa perampasan atau pembatasan kemerdekaan. Ketentuan demikian membuat jelas bahwa tindakan ISD dimaksudkan sebagai tindakan keamanan (mencegah gangguan keamanan di masa depan). Tujuan utamanya ialah mengamankan masyarakat dan mencegah peluang residivis dari terdakwa (Pasal 38m. (2) Sr). Hanya dalam hal adanya persoalan yang terkait dengan ketergantungan/kecanduan atau problematika spesiik lainnya yang berkaitan dengan diperbuatnya tindak pidana, tindakan ISD tersebut juga sekaligus ditujukan untuk menaggulangi persoalan di atas yang muncul (Pasal 38m (3) Sr)