Perdebatan soal efektivitas

5. Perdebatan soal efektivitas

Apakah pemidanaan dan ancamannya dapat efektif untuk memperkuat dan menghadirkan ketertiban masih menjadi suatu perdebatan. Para ahli sosiologi telah lama mengenal bahwa pemidanaan merupakan suatu hal yang paling efektif dalam menjaga tata tertib sosial dan meningkatkan perubahan sosial yang konstruktif manakala ia dihubungkan dengan pola- pola tingkah laku yang sah dan terinternalisasi (the institutionalized and internalization of paterns of behavior). Hukuman-hukuman yang berdasarkan hukum dan bersifat formal membantu dalam melembagakan pola-pola perilaku (misalnya dalam mendeinisikan batas-batas dari perilaku yang bisa diterima), akan tetapi individu-individu sepenuhnya menyesuiakan dengan standard-standard ini karena mereka telah menginternalisasi tingkah laku yang berlaku sebagai pilihan personal (yaitu mereka taat karena memang mereka mau, bukan karena mereka secara hukum mesti terikat untuk taat). Ketidakefektifan umum dari hukuman yang formal dalam menjaga keteraturan dan tertib sosial mungkin disebabkan kita

terlampau melebihkan atau tergantung pada “tangan besi” hukum. 17 Prof. Walter C. Bailey, berdasarkan survei yang dibuatnya di New York di tahun 1966 yang mengevaluasi 100 program pemasyarakatan (correctional treatment programs) mendapati bahwa “evidence supporting the eicacy of correctional treatment is slight, inconsistent, and of questionable reliability. ” Sementara itu Roger Hood, melakukan survei di Inggris di tahun

15 Haskel, Martin and Lewis Yablonsky, Criminology: Crime and Criminality, Chicago: Rand McNally College Publishing Company, 1974, hlm.510-511.

16 Ibid. 17 Terance Miethe and Hong Lu, Op.Cit., hlm. 199-200.

Topo Santoso

1967 dengan survei yang serupa dan menyimpulkan bahwa “the diferent ways of treating ofenders lead to results that are not very encouraging. 18 Lipton, Martinson, dan Wilks 19 melakukan suatu penelitian terhadap program pemasyarakan yang sangat komprehensif. Mereka melakukan peninjauan atas 231 program yang diadakan antara tahun 1945 hingga 1967. Tiap-tiap program menyediakan data yang membuatnya memungkinkan untuk dievaluasi tentang efektivitas dari program pemasyarakatan itu. Martinson telah meringkas dampak dari program pemasyarakatan itu terhadap residivisme sebagai berikut: “With few and isolated exceptions, the rehabilitative eforts that have been reported so far have

had no appreciable efect on recidivism.” 20

Lipton, Martinson, dan Wilks menemukan sedikit bukti bahwa bahkan pada program pemasyarakatan yang dilakukan lembaga pemasyarakatan yang dipersiapkan warga binaan (narapidana) untuk bisa hi dup pasca pelaksanaan hukuman di luar penjara melalui pendidikan, pelatihan vokasi, atau pengembangan keterampilan sosial hanya mendapat “any appreciable impact on recidivism rates.” Dalam kalimat Conklin dinyatakan bahwa : “There was litle evidence that individual counseling or group counseling reduced recidivism rates , nor did Lipton, Martinson, and

Wilks ind any evidence that milieu therapy worked.” 21

Riset terbaru di Amerika Serikat (2004). Sepanjang tahun kalender 2004, Peng adilan-pengadilan di Washington menjatuhkan hukuman kepada 28.076 pelaku dewasa. Sekitar 80 persen dari pelaku adalah lelaki dan 61.5 persen dari penjatuhan pidana dilakukan terhadap pelaku- pelaku yang telah mempunyai sejarah telah satu kali atau lebih terlibat tindak pidana. Dalam konteks di sini istilah “recidivism” mencakup di dalamnya setiap pemidanaan dimana si terpidana pernah terlibat dalam kejahatan apa saja. Angka rata-rata residivisme untuk lekaki adalah

64.6 persen dibandingkan angka residivisme perempuan 50.5 persen. Terdapat 17.271 pemidanaan yang melibatkan pelaku yang memiliki sejarah kejahatan di masa lalu. Kejahatan sebelumnya yang paling banyak tercatat adalah kejahatan narkoba (drugs crime), diikuti oleh kejahatan atas harta kekayaan (property crimes). Kejahatan Narkoba memiliki angka residivisme (recidivism rate) sebesar 61 persen.

Meski beberapa survei menunjukkan masih tingginya angka residivisme sekalipun telah ada program rehabilitasi, tetapi ada juga

18 Inciardi, James A, Criminal Justice . 2nd Edition.Orlando: Harcourt Brace Jovanovich, 1987,hal. 578.

19 Lipton, Douglas, Robert Martinson, and Judith Wilks, The Efectiveness of Correctional Treatment, New York: Praeger,1975.

20 Martinson, Robert, “What Works? Questions and Answers about Prison Reform”, The Public Interest, No.35, 1974, hlm.25.

21 Conklin, John E, Criminology, New York: Maxmillan Publishing Company, 1992, 513-515.

Suatu tinjauan atas efektivitas pemidanaan

riset yang mengkonirmasi hasil dari rehabilitasi. Para pendukung perspektif rehabilitasi kadang mengklaim bahwa ketidakefektifan yang terlihat dari upaya rehabilitasi saat ini semata-mata sebagai akibat dari kegagalan untuk menerapkan program program rehbilitasi itu dengan benar. Upaya untuk membenarkan persepktif rehabilitasi ini menyatakan bahwa bahkan dalam kajian yang menyatakan program rehabilitasi itu tidak efektif ternyata justru sering menemukan banyak program telah menghasilkan hasil-hasil yang positif. Martinson (1979) dalam studi lanjutannya menyim pulkan bahwa “...some treatment programs can lower recidivism rates under certain circumstances .”

Suatu tinjauan dan evaluasi atas 95 program pemasyarakatan yang dilakukan antara 1973 hingga 1978 menemukan bahwa beberapa program memiliki hasil yang bermanfaat dalam beberapa kondisi; strategy intervensi/ pengaruh dari keluarga misalnya merupakan contoh

yang paling efektif. 22 Argumen lainnya untuk perspektif rehabilitasi ini adalah bahwa meskipun apabila dampak dari upaya pemasyarakatan atau rehabilitasi selama di LP tidaklah begitu jelas (unclear), program- program rehabilitasi tetaplah memiliki beberapa efek positif kepada tingkah laku di dalam LP, terhadap sikap dan perubahan kepribadian,

capaian pendidikan dan penyesuaian vokasi. 23