Ragam jenis/tipe penjara

6. Ragam jenis/tipe penjara

Penjara di Belanda dapat dibedakan dari tingkat keamanan: dari yang sangat minim (longgar), minim, normal, meluas sampai dengan penjara

7 Zie de Jonge 2009

Martin Moerings

tingkat keamanan tinggi. 8 Perbedaan ini berimplikasi pula pada bentuk bangunan, pembagian ruangan serta peraturan internal atau di siplin yang diberlakukan terhadap tahanan/narapidana.

Institusi dengan tingkat keamanan normal (normale beveiliging) adalah apa yang umumnya secara tradisional kita bayangkan dengan penjara sebagaimana digambarkan Gofman: bangunan dikelilingi tembok tinggi, di lingkar luarnya adalah parit lebar dengan atau tanpa pagar berduru, atau dalam penjara yang lebih modern, semakin sering digunakan peralatan listrik sebagai sarana pengamanan. Para narapidana/ ta hanan sehari-hari hidup dalam komunitas terbatas atau yang sepenuhnya djalani bersama-sama. Untuk yang pertama disebut, mereka diperke nankan berada di luar sel selama beberapa jam untuk melakukan aktivitas bersama seperti bekerja, rekreasi, dan mendapatkan udara segar. Untuk waktu selebihnya mereka ditempatkan di dalam sel, baik yang diperuntukkan bagi satu orang atau yang dapat menampung dua/lebih tahanan, bahkan juga ketika waktu makan. Juga rumah tahanan (huizen van bewaring ) kerapkali dapat digambarkan dengan cara di atas. Dalam penjara dengan rezim yang memberlakukan komunitas sepenuhnya terbuka, siang hari pintu-pintu sel dibiarkan terbuka, sehingga para tahanan/ narapidana juga di luar jam-jam mereka harus berada di luar dapat keluar-masuk. Baru menjelang sore dan sepanjang malam, pintu sel akan dikunci.

Sampai beberapa tahun lalu, setiap tahanan/narapidana berhak mendapatkan sel sendiri. Ini jauh berbeda dengan Indonesia, di mana tahanan selalu berbagi sel dengan sesama tahanan lain. Kebanyakan dari mereka ditempatkan dan berbagi ruangan (sel) dengan 10-20 orang lain. Hanya beberapa penjara tua memiliki sel tunggal. Fasilitas tersebut dibangun pada zaman kolonial untuk memenjarakan tahanan elite dan sampai dengan sekarang-pun dipergunakan untuk menempatkan tahanan elite, sekalipun tidak lagi secara eksklusif.

Perbedaan ini dalam penempatan tahanan di ruang-ruang tahanan (sel) kiranya dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa di Belanda orang- orang lebih terbiasa dengan kehidupan privat daripada di Indonesia yang lebih terbiasa hidup bersama dalam komunitas. Namun karena keterbatasan kapasitas dan juga alasan keuangan, beberapa puluh tahun kebelakang, hak untuk mendapatkan sel sendiri tidak lagi diberlakukan. Sebagai gantinya diperkenalkan sistem ‘pembagian sel’ (celdeling). Sekalipun sekarang ini tekanan demikian pada sistem pemenjaraan sudah tidak lagi ada, kehakiman nampaknya memutuskan untuk tetap mempertahankan sistem ini; lebih jauh lagi, semakin kerap terjadi sel yang sejatinya disiapkan untuk menampung satu tahanan, harus

8 Fiselier 2009: 161

Apakah pidana penjara efektif?

menampung dua orang. Di dalam satu sel tersebut diletakan dua tempat tidur tumpuk dan di salah satu sudut diletakkan meja cuci kecil dan di sudut lain yang lebih tertutup disediakan toilet. Di beberapa institusi di ujung kaki tempat tidur diletakkan pesawat televisi. Terkesan bahwa hal itu merupakan kemewahan yang berlebihan, namun kebjakan ini justru ditempuh untuk mencegah pertengkaran antara sesama tahanan. Dengan itu justru ketertiban dan keamanan internal terjaga. Kehidupan di penjara harus berlangsung tertib dan aman. Lagipula, baik penjaga maupun tahanan/narapidana harus setiap saat merasa aman.

Institusi dengan tingkat keamanan tinggi (uitgebreide beveiliging) dimaksudkan untuk menampung tahanan/ narapidana yang dinilai – semakin kerap dilakukan perkiraan risiko demikian – memiliki risiko tinggi melarikan diri, atau merupakan ancaman bagi sesama tahanan atau sebaliknya harus dilindungi dari ancaman yang muncul dari sesama tahanan. Demikian dapat kita temukan bagian khusus yang menampung tahanan/ narapidana yang menunjukkan gangguan psikiatri serius dan sebab itu cenderung bersikap agresif terhadap sesama tahanan. Delinkuen yang bersalah melakukan kejahatan/kekerasan seksual terhadap anak seringkali juga ditahan di bagian khusus. Mereka berada di lapisan paling bawah hierarkhi sosial masyarakat penjara dan selalu menghadapi risiko dianiaya oleh tahanan lainnya. Tahanan/narapidana seperti itu ditahan terpisah dan mendapat perlakuan khusus. Selama itu pula mereka di- evaluasi dalam rangka menilai seberapa jauh mereka sanggup turut serta dalam kegiatan-kegiatan bersama atau justru harus secara individual menikmati waktu di luar (udara terbuka) atau melakukan sejumlah kegiatan rekreasi yang disediakan penjara.

Di dalam institusi dengan tingkat pengamanan khusus (extra beveiligings niveau) ditempatkan tahanan/narapidana yang atas dasar proil risiko yang dibuat, menunjukkan risiko sangat tinggi untuk melarikan diri dan ditakutkan bahwa jika mereka berhasil melarikan diri akan segera melakukan kejahatan atau delik kekerasan yang berbahaya.

Di samping institusi dengan tingkat keamanan normal dan lebih tinggi, juga dikenal institusi dengan tingkat keamanan terbatas (beperkt) dan sangat terbatas (zeer beperkt). Secara tradisional dikenal juga sebagai institusi setengah terbuka dan terbuka. Institusi dengan tingkat keamanan terbatas dimaksudkan untuk menampung tahanan/ narapidana yang memiliki risiko melarikan diri terbatas atau dianggap tidak begitu berbahaya bagi masyarakat. Jaminan keamanan (pencegahan) terutama bersifat psikologis: apabila seseorang melarikan diri, ia sepenuhnya sadar bahwa ia sebagai ganjaran akan (kembali) ditempakan dalam institusi yang tertutup. Salah satu syarat yang terkait untuk penempatan dalam insitusi di atas ialah bahwa tahanan memiliki alamat cuti yang dinyatakan aman oleh pengelola penjara – bukan dalam lingkungan kriminal. Cuti bulanan

Martin Moerings

merupakan bagian dari perlakuan yang ditawarkan dalam institusi ini. Tahanan/narapidana dalam institusi dengan tingkat keamanan sangat terbatas, institusi terbuka, siang hari bekerja di luar institusi di perusahaan-perusahaan partikulir atau di lembaga swadaya masyarakat (lembaga nirlaba). Terbuka pula peluang untuk mendapatkan pelatihan/ pendidikan (ulang). Setiap akhir pekan, para narapidana/tahanan menikmati cuti.

Keragaman institusi seperti digambarkan di atas serta merta membuat jelas keterkaitan antara tingkat pengamanan dengan kesulitan mewujudnyatakan tujuan resosialisasi, yakni berkenaan dengan ihtiar menjaga/memelihara kontak dengan dunia luar dan membuat kontak- kontak sosial tersebut bermakna. Kiranya tahanan/narapidana yang dihukum penjara untuk waktu lama sejatinya tidak dimaksudkan untuk menghabiskan seluruh masa tahanan-nya di dalam institusi tertutup. Namun sebaliknya bila ia dianggap memenuhi syarat, akan secara bertahap dipindahkan dari institusi setengah terbuka ke institusi yang sepenuhnya terbuka. Perlakuan demikian dikenal dengan istilah detentiefasering. Transisi bertahap menuju kehidupan bermasyarakat, dengan kebebasan dan tanggung jawab yang juga turut meningkat, kiranya sejalan dengan perintah yang diberikan kepada lembaga penjara secara keseluruhan untuk mempersiapkan tahanan/ narapidana kembali bermasyarakat.

Dalam kerangka tujuan ini pula penting mencermati Penitentiair Programma (PP). Seorang tahanan/narapidana dapat mengikuti program tersebut dalam bulan-bulan terakhir masa tahanannya, yakni bila ia dinilai memenuhi syarat-syarat tertentu. Ia tidak boleh tergolong tahanan/ narapidana yang memiliki risiko tinggi melarikan diri, dan risiko residivis dinilai rendah. Ia bersedia untuk terlibat dalam suatu proyek kerja tertentu, mengikuti program pelatihan-pendidikan atau mengikuti program tertentu (misalnya dalam rangka menanggulangi ketergantungan pada alkohol atau obat-obatan terlarang). Tempat tinggal utama dari tahanan/ narapidana bukan lagi institusi, namun rumahnya sendiri, proyek rumah tinggal bersama dengan pendampingan atau klinik rehabilitasi (dari) ketergantungan. Untuk tetap dapat melakukan pengawasan ketat, tahanan/narapidana demikian ditempatkan di bawah pengawasan elektronik. Dengan itu dapat dikontrol apakah ia pada waktu-waktu yang diperjanjikan berada di tempat di mana ia seharusnya berada.

Sebaliknya penjara di Indonesia, dikaitkan pada tinggi/rendahnya sistem pengamanan, dapat diklasiikasikan ke dalam tiga kategori: keamanan tinggi (maximum security), keamanan sangat tinggi (super maximum security ) dan lembaga pemasyarakatan dengan tingkat keamanan rendah (minimum security). Kebanyakan tahanan/narapidana di Indonesia

Apakah pidana penjara efektif?

ditempatkan di lapas dengan tingkat keamanan rendah. Berkenaan dengan tipologi tahanan/narapidana, perundang- undangan mensyaratkan bahwa tahanan/narapidana harus dikelompok- kan dan ditempatkan berdasarkan: umur (anak, dewasa), jenis kelamin, jangka waktu pemenjaraan, jenis kejahatan yang dilakukan (narkotika- obat-obatan terlarang, teroris) dan kriteria lainnya yang relevan dengan tujuan pemasyarakatan dari tahanan/narapidana (Pasal 10, 11, 12, dan 18 UU 12/1995). Di beberapa tempat, misalnya di Jakarta, juga tersedia penjara terbuka (open prisons), khusus untuk menempatkan tahanan/narapidana yang berkelakuan baik.

Seberapa jauh kemudian kita dapat pergunakan gagasan institusi total yang dideskripsikan di atas untuk menggambarkan penjara di Indonesia? Rezim penjara di Indonesia kiranya lebih longgar, lebih bebas daripada yang kita temukan di Belanda, di mana tahanan/narapidana kerap seharian berada di dalam sel mereka. Sedangkan di Indonesia, tahanan/ narapidana dengan mudahnya bercampurbaur sepanjang hari. Mereka cenderung hidup bersama-sama. Tidak ditemukan adanya penerapan disiplin ketat dan tahanan/narapidana dapat kurang lebih mengatur hidup mereka sendiri dalam kerangka sub-kultur tahanan di penjara.