Keuntungan dari hukum pengaduan dan banding (beklag-en beroepsrecht )

3. Keuntungan dari hukum pengaduan dan banding (beklag-en beroepsrecht )

Dapat dikatakan bahwa kemanfaatan hukum pengaduan dan ban ding bagi tahanan/ narapidana selama 35 tahun lebih keberadaannya nyata terbukti. Hukum demikian semakin sering digunakan. Juga kasus-kasus banding yang di bawa kehadapan RSJ mengalami peningkatan sangat pesat. Dalam

lima tahun pertama abad ini bahkan mencapai 39%. 19 Kiranya juga turut berpengaruh kenyataan bahwa semakin banyak tahanan/narapidana yang setiap harinya dimasukan ke dalam p.i. (penitentiare inrichting/lembaga penitensier), pada satu pihak karena peningkatan jumlah sel tahanan dan pada lain pihak karena dipergunakan sel-sel untuk menampung lebih dari satu orang. Di samping itu kita juga dapat tenggarai peningkatan penggunaan hak pengaduan dan banding oleh pasien (mereka yang dirawat) di lembaga-lembaga perawatan/penanganan justisi dalam rangka eksekusi tindakan penempatan di lembaga (perawatan) khusus (maatregel van terbeschikingstelling). Prosedur yang mereka miliki mirip – dengan sejumlah perbedaan khusus - dengan yang tersedia bagi tahan- an/narapidana.

Demikian dapat dikatakan bahwa dalam ragam kategori orang- orang yang ditempatkan di lembaga-lembaga justisi (pesakitan, tahanan, narapidana, pasien, dll)., muncul peningkatan kesadaran untuk mencari keadilan. Beranjak dari kecenderungan tersebut penulis tidak dapat tidak menarik kesimpulan bahwa ada cukup kepercayaan yang diberikan terhadap validitas putusan dan proses peradilan yang menangani peng- aduan dan banding tersebut di atas.

Sekalipun hasil akhir proses demikian (penanganan pengaduan) tidak selamanya jatuh demi keuntungan pihak yang mengajukan peng- aduan (selama bertahun-tahun kisarannya hanya 10% dari kasus-kasus yang masuk), para pengguna tetap menaruh harapan. Berbeda dari itu ialah kenyataan bahwa kadangkala pengaduan diajukan, tanpa dasar atau alasan cukup, kiranya dalam semangat ‘tidak aku sudah punya, ya aku masih bisa peroleh’, atau sekadar untuk mengungkap kemarahan atau ketidakpuasan pribadi dan dengan itu mendapat perhatian.

Kiranya jelas pula bahwa terbukanya peluang untuk dalam situasi- kondisi penahanan yang sangat mengungkung untuk membela diri atau melawan ketidakadilan atau perlakuan buruk yang diterima dengan cara mengajukan keluhan terhadap komisi independen memenuhi rasa keadilan tahanan/ narapidana. Penting pula dalam hal ini dibukanya kemungkinan untuk diperlakukan sebagai warga hukum sepenuhnya, tanpa kemudian dibiarkan begitu saja dalam keadaan nirhukum. Hal mana justru merupakan situasi yang sangat buruk dan sebaliknya tidak

19 Lihat Laporan Tahunan (Jaarverslag) dari RSJ tahun 2005, ‘Veilig Samen Leven’, hlm. 47.

Constantijn Kelk

memberi sumbangan apapun pada mereka yang akan dikembalikan kepada masyarakat. Dengan kata lain, justru bertentangan dengan semangat resosialisasi.

Dapat pula ditambahkan pengamatan penulis sendiri yang berpengalaman sebagai ketua dari ragam komisi yang menerima dan menangani pengaduan-pengaduan tahanan/ narapidana (beklagcommissie). Dibicarakannya dengan serius pengaduan/keluhan seorang tahanan kerapkali sudah memberikan banyak kepuasan batin baginya dan dalam kasus-kasus tertentu bahkan dianggap cukup.

Kendati demikian, makna terpenting dari hukum pengaduan dan banding, menurut hemat penulis, justru terletak pada fungsi preventif-nya, yaitu sebagaimana tertuju kepada direktur dan personil yang bekerja di p.i. (lembaga penitensier). Mutatis mutandis berlaku hal serupa berkenaan dengan lembaga-lembaga justisi lainnya. Beranjak dari fungsi preventif demikian kita dapat harapkan pengaruh positif, khususnya berkenaan dengan peningkatan dan penjagaan sikap dan perlakuan yang penuh kecermatan (zorgvuldigheid) serta keperdulian (zorgzaamheid) terhadap tahanan/narapidana.

Institusi totaliter merupakan organisasi yang sulit dikendalikan. Ini dapat dikatakan setiap orang yang mencermati kehidupan penjara. Tanpa adanya hak-hak yang benar bermakna dan dapat dipaksakan berlakunya bagi para penghuni penjara atau rumah tahanan besar risikonya bahwa karakter totaliter lembaga totaliter demikian tidak akan terkendali.

Berkenaan dengan apa yang dibicarakan di atas dapat dikatakan bahwa hak-hak (prosesuil) para tahanan/narapidana di Belanda kiranya diatur dengan cukup baik dan juga memunculkan praktik yang memadai. Ini pulanya merupakan bagian penutup terpenting dari makna negara hukum dalam konteks penerapan hukum pidana (strafrechtspleging).