Sistem Data Bank Mandiri 2014 Annual Report Indonesian

berkarya untuk indonesia | 2014 564 c. Risiko Pasar Nilai Tukar Risiko nilai tukar timbul akibat pergerakan nilai tukar pasar yang berlawanan dengan Net Open Position Bank Mandiri. Bank melakukan identiikasi risiko nilai tukar secara tepat terhadap aset, transaksi derivatif dan instrumen keuangan lain yang mengandung risiko nilai tukar baik pada aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas Bank secara keseluruhan. Bank melakukan pengukuran risiko nilai tukar dengan mengunakan metode Gap Analysis. Dalam gap analysis akan diketahui Net Open Position NOP atau Posisi Devisa Neto PDN, yaitu selisih bersih antara aktiva atau tagihan valas dengan pasiva atau kewajiban valas, ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban yang merupakan komitmen maupun kontinjensi rekening administratif untuk setiap valuta asing yang semuanya dalam Rupiah.

d. Manajemen Pricing

Sebagai bagian dari manajemen risiko suku bunga, Bank menerapkan kebijakan pricing produk dana maupun produk kredit sebagai salah satu strategi memaksimalkan Net Interest Margin NIM dan sekaligus mendukung Bank menguasai revenue market share dengan mempertimbangkan kondisi persaingan. Dalam manajemen pricing management Bank menerapkan risk based pricing yaitu pemberian suku bunga kredit kepada nasabah bervariasi berdasarkan tingkat risiko kreditnya. Dalam rangka meminimalkan risiko suku bunga, maka suku bunga kredit disesuaikan dengan suku bunga sumber dana pembiayaan. Selain biaya dana, suku bunga kredit ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya overhead, premi risiko kredit dan marjin keuntungan Bank dengan tetap memperhatikan competitiveness dengan pesaing utama. Suku bunga kredit dapat berupa suku bunga mengambang loating rate atau suku bunga tetap ixed rate.

3. Risiko Likuiditas

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko likuiditas dideinisikan sebagai berikut: “Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas danatau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank” 1125PBI2009. Kondisi likuiditas dipengaruhi oleh struktur pendanaan, likuiditas aset, kewajiban kepada counterparty, dan komitmen kredit kepada debitur. Bank Mandiri mengukur risiko likuiditas dengan menggunakan 2 dua pendekatan rasio, yaitu PNJOBM4UPDLBTFEEBOMPXBTFE Nominal Stock Based adalah metode pengukuran menggunakan berbagai macam rasio keuangan sebagai indikator tingkat risiko likuiditas, TFEBOHLBONFUPEFQFOHVLVSBOEFOHBOMPX Based menggunakan Liquidity Gap Analysis. Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat risiko likuiditas antara lain Primary Reserve 3BUJP 3BTJPJSP8BKJC.JOJNVNEBO,BTUFSIBEBQ DPK, Secondary Reserve Ratio Cadangan Likuiditas, dan Loan to Deposit Ratio LDR. LDR digunakan untuk melihat seberapa besar sumber dana yang berasal dari dana masyarakat umumnya jangka pendek digunakan untuk membiayai asset yang tidak likuid kredit. LDR yang semakin besar mencerminkan semakin tingginya risiko likuiditas Bank. Pemeliharaan LDR disesuaikan dengan ketentuan BI, khususnya ketentuan Tingkat ,FTFIBUBOBOLEBOLFUFOUVBO8.-3 Liquidity gap analysis merupakan metodologi untuk memproyeksikan arus kas masuk dan arus kas keluar di masa mendatang. Hasil pengukuran liquidity gap menunjukkan kondisi likuiditas Bank, yaitu surplus likuiditas positive liquidity gap atau deisit likuiditas negative liquidity gap. Proyeksi kondisi likuiditas tersebut akan menentukan strategi yang akan dilaksanakan oleh Bank, seperti strategi penempatan dana, strategi pendanaan dan strategi terkait likuiditas seperti strategi pricing dana. Liquidity gap dibuat atas dasar maturity mismatch antara komponen-komponen asset dan liability termasuk of-balance sheet, yang disusun ke dalam periode waktu time bucket berdasarkan contractual maturity ataupun behavioral maturity untuk instrumen-instrumen yang tidak memiliki tanggal jatuh tempo, seperti Tabungan dan Giro. berkarya untuk indonesia | 2014 565

4. Risiko Operasional

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko operasional memiliki deinisi sebagai berikut: “Risiko akibat ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank ” 1125PBI2009. Manajemen risiko operasional bertujuan untuk menekan kerugian akibat tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya factor eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Bank melakukan manajemen risiko operasional yang efektif agar dapat menekan kerugian akibat risiko operasional. Kerangka kerja Operational Risk Management ORM mengacu pada regulasi Bank Indonesia, Basel II, dan ketentuan internal Bank. Pada saat ini, Bank telah memiliki kebijakan manajemen risiko yang mencakup ORM yaitu Kebijakan Manajemen Risiko Bank Mandiri KMRBM, dan Standar Prosedur Operasional SPO yang berisi teknis manajemen risiko operasional baik aspek governance, prosedur dan sistem pelaporan. Bank juga membuat prosedur mengenai manajemen risiko dan langkah-langkah mitigasi pada Produk dan Aktivitas Baru PAB yaitu SPO PAB yang berisi prosedur penilaian terhadap delapan 8 jenis risiko.

5. Risiko Hukum

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko hukum memiliki deinisi sebagai berikut: “Risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis” sumber: 1125PBI2009 Risiko hukum dapat terjadi di seluruh aspek transaksi yang ada di Bank Mandiri, temasuk pula dengan kontrak yang dilakukan dengan nasabah maupun pihak lain dan dapat berdampak terhadap risiko-risiko lain antara lain risiko kepatuhan, risiko pasar, risiko reputasi dan risiko likuiditas.

6. Risiko Stratejik

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko stratejik memiliki deinisi sebagai berikut: “Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis” sumber: 1125PBI2009

7. Risiko Kepatuhan

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko kepatuhan memiliki deinisi sebagai berikut: “Risiko akibat Bank tidak mematuhi danatau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku” sumber: 1125PBI2009 Pada prakteknya aktivitas bisnis Bank terkait dengan banyak peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum KPMM, Kualitas Aktiva Produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif PPAP, Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK, risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto PDN, risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana Kerja Anggaran Tahunan RKAT Bank, dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu. Mengingat banyaknya ketentuan terkait, maka manajemen risiko kepatuhan dilaksanakan secara berkesinambungan untuk meningkatkan budaya kepatuhan di tiap aktivitas bisnis dan jenjang organisasi bank sekaligus memitigasi munculnya kejadian risiko kepatuhan.

8. Risiko Reputasi

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko reputasi memiliki deinisi sebagai berikut: “Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank” sumber: 1125PBI2009 Cakupan risiko reputasi cukup luas dan tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah bank saja, namun dapat memicu risiko lainnya dan mempengaruhi kinerja sektor industri perbankan secara menyeluruh. Kejadian risiko mungkin terjadi hanya pada satu bank yang pengendalian risiko-nya tidak memadai, selanjutnya reputasi dari masing-masing produk atau sektor dapat memengaruhi keseluruhan industry perbankan.