PENGELOLAAN RISIKO OPERASIONAL Bank Mandiri 2014 Annual Report Indonesian

berkarya untuk indonesia | 2014 406 Implementasi Manajemen Risiko Operasional Adapun Implementasi Manajemen risiko difokuskan pada 4 aspek penguatan yaitu: t Program Risk Awareness, merupakan program budaya yang dimiliki setiap unit kerja dan terkait dengan pengenalan, pemahaman, dan mitigasi risiko operasional. t Forum MRO, yakni suatu pertemuan di unit kerja yang membahas risiko operasional di setiap aktivitas utama unit kerja, termasuk melakukan assessment atas identifikasi dan pengukuran risiko. Forum MRO wajib untuk dilaksanakan minimal satu bulan sekali. Hasil pelaksanaan forum dilaporkan kepada Unit Pembina Sistem Manajemen Risiko Operasional dalam bentuk minutes of meeting. t Laporan Profil Risiko adalah gambaran eksposur risiko operasional di unit kerja. Laporan tersebut wajib disampaikan oleh unit kerja kepada unit pembina sistem manajemen risiko operasional, minimal secara triwulanan atau dengan frekuensi yang lebih pendek jika diperlukan ad-hoc. Penyusunan Laporan Profil Risiko secara rutin dimaksudkan agar profil risiko operasional setiap unit kerja selalu ter-update dan terjaga. t Data Quality pada ORM Tools, berupa pengelolaan dan pengkinian datainformasi yang ada pada ORM Tools i-MORs meliputi RCSA, MFORs, KI dan IAM. Data yang diinput di i-MORS merupakan dasar penyusunan Profil Risiko unit kerja dalam rangka perhitungan Tingkat Kesehatan Bank. Tujuan pelaksanaan Program Penguatan MRO adalah: 1. Untuk meningkatkan Risk Awareness dari seluruh pegawai sehingga dapat lebih memahami Risiko Operasional Utama yang melekat pada produk dan aktivitas Unit Pengelola Risiko Operasional know your risk dan cara pengendaliannya know how to mitigate. 2. Agar lebih memahami bahwa serangkaian inisiatif seperti: Pelaksanaan Forum MRO, Risk Awareness Program dan Letter to CEO LTC dapat menunjang efektifitas Pengelolaan Risiko Operasional. 3. Agar DCOR dan RBC sebagai second line of defense memahami risiko utama yang ada pada unit yang disupervisi, sehingga lebih fokus dalam melaksanakan pengawasannya. 4. Sebagai Lesson Learned bagi unit kerja terhadap kejadianinsiden fraud yang terjadi di unit kerja lain sehingga dapat meminimalisir terjadinya fraud yang berulang. Strategi Anti Fraud, Sistem Pemantauan Fraud, dan Fraud Respon Plan Sejalan dengan SE BI No.1328DPNP mengenai Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, Bank Mandiri telah melakukan berbagai upaya untuk memantau dan memitigasi risiko fraud melalui penerapan 4 pilar yaitu: 1 Pencegahan; 2 Deteksi; 3 Investigasi, Pelaporan dan Sanksi; serta 4 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut, dimana dalam implementasinya melibatkan seluruh line of defense. Untuk mendukung implementasi strategi anti fraud, khususnya dalam pilar deteksi, telah dikembangkan early detection system yang dapat mendeteksi secara dini transaksi, proses, dan aplikasi yang bersifat anomali dan memiliki potensi fraud risk. Sistem tersebut secara otomatis akan memberikan alert terhadap transaksi yang memiliki risiko fraud. Tindak lanjutnya adalah proses investigasi data alert, baik secara on-desk maupun onsite review, untuk memastikan apakah benar telah terjadi kejadian fraud sehingga Bank dapat dengan cepat melakukan langkah mitigasi dan penanganan yang cepat, akurat, dan terencana fraud respon plan. Mengingat proses pengembangan deteksi fraud merupakan proses panjang dan berkelanjutan, maka manajemen akan memfokuskan pada bisnis yang memiliki fraud risk yang signifikan. Untuk itu bisnis yang diutamakan adalah: 1. Segmen Retail Payment Deposit Cabang, EDC Merchant, dan E-Channel 2. Segmen Retail Financing Mikro, Kartu Kredit, Consumer Loan 3. Segmen Wholesale Business Banking sd 2 milyar 4. Fraud Control System yang saat ini telah dimiliki antara lain: t Fraud Control System Credit Card t Fraud Control System Debit Card berkarya untuk indonesia | 2014 407 t Merchant Monitoring System t Internet Mobile Banking Monitoring System t Anti Fraud Application System t Early Detection System Mikro Fraud Control System yang saat ini sedang dan akan dikembangkan antara lain: t Fraud Detection System for Branch t Fraud Control System untuk Business Banking Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Untuk mencegah dan memitigasi risiko akibat transaksi pencucian uang dan pendanaan terorisme, Bank telah menerapkan proses due diligence dan pengelolaan risiko terhadap nasabah mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia mengenai Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. Proses due diligence dan pengelolaan risiko ini didasarkan pada prinsip risk-based approach yang mengidentifikasi, mengklasifikasi, memantau dan mengelola risiko transaksi oleh nasabah atas dasar karateristik produk, nasabah dan geografis negara, cross- border . Business Continuity Management Untuk menjamin kelangsungan bisnis operasional Bank dalam kondisi bencana, Bank memiliki rencana komprehensif yang terdokumentasi, teruji dan tercakup dalam Business Continuity Management BCM. BCM meliputi Emergency Response Plan ERP, Disaster Recovery Plan DRP dan Business Continuity Plan BCP. ERP adalah panduan yang digunakan untuk menjamin keamanan dan keselamatan jiwa pegawai dalam kondisi bencana, DRP adalah rencana kerja untuk persiapan pemulihan dari bencana yang berdampak kepada layanan Teknologi Informasi, sedangkan BCP adalah prosedur informasi yang dibuat untuk menjaga kelangsungan operasional suatu unit kerja. 5. SIMULASI KONDISI TERBURUK STRESS TESTING Stress testing dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan Bank dalam menghadapi suatu skenario kejadian eksternal yang ekstrim exceptional tetapi mungkin terjadi plausible dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan contingency plan, serta sebagai pemenuhan ketentuan regulasi. Bagi Bank, stress testing memiliki tujuan untuk mengestimasi besarnya kerugian, mengestimasi ketahanan modal Bank dalam menyerap kerugian serta mengidentiikasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memitigasi risiko dan menjaga modal. Ada dua jenis stress testing yang dilakukan Bank, yaitu: sensitivity shock analysis dan scenario analysis historikal maupun hipotetis. Simulasi stress testing didukung oleh skenario yang aktual, model-model yang komprehensif dan sistem perhitungan yang terotomasi. Model stress testing mencakup jenis-jenis risiko utama yaitu risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Untuk risiko kredit, model stress testing dikembangkan untuk mencakup segmen wholesale, consumer dan retail, dengan mengacu kepada best practice, antara lain melalui pemodelan ekonometrika yang menghubungkan faktor risiko kredit dengan faktor makro ekonomi. Pada tahun 2014, terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi dari global dan regional seperti pemulihan kondisi ekonomi di negara-negara Eropa yang tidak merata, melambatnya pertumbuhan di negara maju dan China, kenaikan Fed Fund Rate, volatilitas di pasar keuangan yang tetap tinggi serta isu-isu dalam negeri yang terjadi seperti kondisi politik terkait pemilu. Bank Mandiri melakukan stress testing triwulanan menggunakan standard shock parameter dan berkarya untuk indonesia | 2014 408 skenario yang mensimulasikan kondisi stress serta mempersiapkan contigency plan apabila kondisi mengarah pada kondisi krisis. Selama tahun 2014 dilakukan beberapa simulasi scenario analysis untuk skenario baseline, moderate dan worst dengan mengacu kondisi saat terkini maupun historical issue global maupun issue dalam negeri seperti kenaikan harga bahan bakar bersubsidi, nilai tukar USDIDR, inlasi serta suku bunga acuan Bank Indonesia. Bank Mandiri telah melalui global inancial crisis tahun 2008 dan krisis Eropa tahun 2011 relatif tanpa kerugian maupun goncangan yang berarti. Namun demikian selama tahun 2014 Bank Mandiri tetap melanjutkan aktivitas Business Command Center sebagai crisis management center yang terintegrasi untuk mengantisipasi dampak krisis dan resesi global. Atas strategi antisipasi kondisi krisis ini, Bank Mandiri pernah mendapatkan penghargaan dalam Asian Banker Risk Management Award untuk kategori Achievement in Liquidity Risk Management Award. 6. RISIKO LAIN Disamping risiko-risiko utama, Bank juga memahami adanya risiko-risiko lain yang harus dikelola, antara lain risiko kepatuhan, hukum, reputasi, strategik, teknologi informasi, kompetitor, human resources dan risiko business interruption. Keseluruhan risiko tersebut bersama dengan risiko-risiko utama setiap tahunnya dinilai dan diukur secara top-down oleh manajemen melalui sistem voting Enterprise Risk Assessment. Secara bottom-up juga dilakukan pengukuran melalui Proil Risiko setiap triwulanan. Pengelolaan risiko-risiko lain dilakukan melalui Risk Management Committee serta dilakukan secara langsung oleh unit kerja pendukung, antara lain Compliance Unit, Legal Unit, Corporate Secretary dan IT Operations Unit. Dalam hal risiko hukum, Bank terus berusaha meningkatkan pengendalian risiko hukum, antara lain dengan menempatkan Legal Oicers di Unit-Unit Kerja Kantor Pusat dan Regional Oices yang berkewajiban untuk memastikan setiap kegiatantransaksi telah mendapat kajian dari sisi hukum. Dalam hal risiko stratejik, Bank melakukan review kinerja dan evaluasi kebijakan penyusunan target bisnis dan melakukan langkah-langkah perbaikan dalam rencana strategi dan target bisnis dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal, apabila diperlukan. Bank juga terus mengupayakan penguatan implementasi program pendukung pengelolaan kinerja keuangan melalui pengembangan automated budgeting, PMS enhancement , dan pengembangan Executive Information System EIS. Dalam hal risiko kepatuhan, Bank memiliki Code of Conduct sebagai pedoman berperilaku dan merupakan bagian budaya perusahaan corporate culture. Dalam tahap perencanaan strategis, Bank selalu menilai kecukupan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Bank juga telah menerapkan sistem rotasi mutasi kepada sebagian karyawan serta pejabat bank secara konsisten dan komprehensif, terutama yang menduduki posisi strategis. Dalam hal risiko reputasi, Bank telah memiliki standar layanan nasabah yang dimonitor secara berkala dan dijadikan sebagai bagian KPI Cabang. Bank memiliki Contact Center sehingga nasabah dapat langsung menyampaikan keluhan dan inquiry mengenai produk dan layanan Bank. Bank juga secara aktif melakukan Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan di bidang pendidikan, kesehatan, budaya, olahraga, lingkungan hidup, sarana ibadah dan bantuan korban bencana alam. 7. VALIDASI MODEL Bank Mandiri memiliki suatu unit kerja validasi yang independen di dalam Direktorat Risk Management sebagai bagian dari pengendalian intern bagi Bank, dan dalam rangka memberikan quality assurance terhadap pengembangan model, serta sebagai pemenuhan ketentuan Bank Indonesia. Ruang lingkup dari unit kerja ini adalah melakukan validasi seluruh model risiko yang berkarya untuk indonesia | 2014 409 dipergunakan serta model yang akan dikembangkan di Direktorat Risk Management. Selain daripada itu, unit validasi ini aktif terlibat dalam proses advisory terhadap pengembangan dan perbaikan model risiko. Pada tahun 2014 telah dilakukan validasi terhadap 16 model risiko kredit yang mencakup model scoring dan rating antara lain application scoring untuk segmen mikro produk KSM Payroll, kartu kredit, produk dari Mandiri Tunas Finance dan rating untuk inancial institution, model parameter risiko Basel II probability of default untuk segmen mikro dan consumer serta loss given default untuk segmen consumer. Sedangkan advisory yang diberikan mengenai perhitungan Counterparty Credit Risk menggunakan metode Standardized Approach SA-CCR, perhitungan Cost of Equity CoE berdasarkan metode Implied Approach dan CAPM, serta pemodelan stress test menggunakan model Vector Autoregressive VAR. Proses validasi model risiko juga diveriikasi oleh Direktorat Internal Audit untuk memastikan bahwa proses validasi yang dilakukan telah sejalan dengan prinsip Good Corporate Governance. PENGELOLAAN RISIKO TERKONSOLIDASI Konsolidasi manajemen risiko telah dimulai secara bertahap sejak tahun 2008 sejalan dengan diterbitkan ketentuan BI nomor 86PBI2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank Yang Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak. Tahapan tersebut hingga saat ini merupakan salah satu inisiatif strategik unit kerja manajemen risiko di Bank Mandiri dan secara berkala dikomunikasikan dengan BI dalam forum mengenai diskusi proil risiko ataupun Risk Based Bank Rating. Hal tersebut dipandang penting karena Bank Mandiri memahami bahwa kelangsungan usahanya juga dipengaruhi oleh eksposur risiko yang timbul secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan usaha Perusahaan Anak. Bank Mandiri melakukan penerapan manajemen risiko secara konsolidasi perusahaan anak yang beroperasi di Indonesia dan di luar wilayah Indonesia dengan tetap memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dan disesuaikan dengan yurisdiksi otoritaspengawas setempat, serta mempertimbangkan karakteristik bisnis masing-masing perusahaan anak. Konsep konsolidasi manajemen risiko di Bank Mandiri dan perusahaan anak secara umum dibagi menjadi 2 dua bagian besar, yaitu: 1. First Line, yang berkaitan dengan pemenuhan ketentuan PBI nomor 86PBIPBI2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank Yang Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak. 2. Second Line, yang lebih merupakan pendekatan kebutuhan internal Bank Mandiri secara keseluruhan yang mencakup perangkat tools, kesadaran risiko awareness, tata kelola perusahaan governance, dan sistem informasi manajemen risiko system. Konsolidasi manajemen risiko bertujuan untuk memberikan nilai tambah kepada stakeholder karena secara tidak langsung membentuk lingkungan bisnis yang progresif namun aman, memenuhi ketentuan BI yang berkait dengan proses konsolidasi manajemen risiko beserta laporannya, dan monitoring eksposur risiko aktivitas bisnis perusahaan anak sehingga dapat diambil langkah-langkah mitigasi pada kesempatan pertama. Bank Mandiri melaksanakan konsolidasi pengelolaan risiko dengan perusahaan anak yang bergerak di bidang keuangan Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri Europe, Bank Sinar Harapan Bali, Mandiri Sekuritas, AXA Mandiri Financial Services, Mandiri Tunas Finance, Mandiri International Remittance, Mandiri AXA General Insurance, dan InHealth secara bertahap. Sebagai kerangka bagi proses konsolidasi manajemen risiko, telah dilaksanakan penyelarasan kebijakan dan ketentuan antara Bank sebagai perusahaan induk dengan perusahaan-perusahaan anak tersebut. Demi meningkatkan pemahaman pengelolaan risiko di Bank dan perusahaan anak, pada tahun 2014 telah diselenggarakan Forum Enterprise Risk Management FERMA setiap triwulanan, Annual Risk Consolidation berkarya untuk indonesia | 2014 410 Forum ARCC, Risk Awareness Survey RAWS, pelatihan penggunaan risk management tools, serta pelatihan penerapan pengelolaan risiko sesuai dengan kebutuhan perusahaan anak. Bank juga telah melakukan pengembangan RPX system dengan platform yang lebih komprehensif agar dapat diakses secara online oleh perusahaan anak dan dilakukan penambahan fasilitas lainnya sehingga diharapkan laporan Proil Risiko secara konsolidasi dapat berjalan dengan lebih baik. Bank Mandiri melakukan pengelolaan risiko baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan perusahaan anak. Berdasarkan posisi Desember 2014, Bank Mandiri melakukan self assessment proil risiko secara individual dan secara konsolidasi dengan perusahaan anak dengan hasil akhir yang menunjukkan bahwa kemungkinan Bank Mandiri dan perusahaan anak mengalami kerugian tergolong sangat rendah dan memiliki kualitas manajemen risiko yang sangat memadai dengan kelemahan minor yang dapat diabaikan. Hasil penilaian proil risiko tersebut menunjukkan bahwa kualitas penerapan manajemen risiko Bank Mandiri secara konsolidasi dengan perusahaan anak telah dilakukan dengan baik, tanpa menunjukkan perbedaan signiikan dalam aktivitas pengelolaan risiko, sehingga secara komposit menunjukkan peringkat risiko yang rendah dan penerapan manajemen risiko yang sangat baik. SASARAN STRATEGIS MANAJEMEN RISIKO 2015 Dalam rangka mendukung pertumbuhan bisnis dan mengantisipasi perubahan kondisi makroekonomi serta penerapan regulasi baru, Bank Mandiri secara berkelanjutan akan mengembangkan infrastruktur dan kapabilitas manajemen risiko, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pengelolaan asset liability untuk optimalisasi risk reward dan pengelolaan risiko likuiditas sesuai Basel III Bank Mandiri senantiasa melakukan continous improvement atas penerapan metodologi dan alat ukur risiko dengan mengacu kepada ketentuan regulator maupun international best practices. Untuk pengelolaan risiko likuiditas, Bank Mandiri dalam proses persiapan implementasi ketentuan Basel III, khususnya mengenai perhitungan Liquidity Coverage Ratio LCR dan Net Stable Funding Ratio NSFR. Di samping itu, pengembangan liquidity contingency plan juga terus dilakukan dalam rangka mengantisipasi dampak krisis ekonomi global. Untuk risiko suku bunga pada banking book, Bank Mandiri sedang menyempurnakan metodologi pengukuran risiko yang digunakan dalam analisa static, dynamic dan stochastic ALM dan melakukan pembaruan atas sistem yang digunakan. 2. Pengelolaan Market Risk - trading book atas holistic wholesale transaction product suite. Seiring dengan berkembangnya pasar finansial dan perluasan fungsi Cabang Luar Negeri sebagai money center, telah mendorong bank untuk melakukan pengembangan produk-produk baru dalam aktivitas Treasury. Dalam rangka memperkuat pengelolaan risiko pasar atas pengembangan produk baru tersebut, diperlukan suatu penerapan integrated market risk management termasuk didalamnya melakukan review atas holistic wholesale transaction product secara menyeluruh. Selanjutnya, penerapan ketentuan perhitungan modal untuk risiko pasarsesuai Basel II diimplementasikan dengan Internal Model yang telah melalui pengembangan dengan menggunakan historical simulation. Untuk pengelolaan aktivitas treasury secara end to end, Bank Mandiri melakukan pengembangan sistem yang akan mendukung integrasi market risk dengan kegiatan Treasury melalui implementasi New Treasury Core System. 3. Pengelolaan Risiko Operasional secara konsolidasi untuk pengelolaan sehari-hari: a. Pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan risiko operasional yang akan diimplementasikan ke seluruh Unit Kerja. b. Pengembangan dan sinkronisasi framework berkarya untuk indonesia | 2014 411 pengelolaan risiko operasional Kantor Luar Negeri KLN dan Perusahaan Anak PA untuk mendapatkan profil risiko operasional konsolidasi. c. Penyempurnaan efektivitas kajian atas Produk atau Aktivitas Baru PAB, Pedoman Kerja Kebijakan, SPO, PTO, MP, MPO dan Inisiatif Strategis IT SDLC melalui prioritisasi review terhadap produk dan aktivitas yang memiliki risiko melekat dengan dampak yang signifikan bagi Bank sehingga tindakan mitigasi risiko operasional sejalan dengan bisnis Bank. d. Pengembangan Project Operational Risk System untuk memenuhi ketentuan regulasi terkait Risk- Based Bank Rating RBBR. e. Pengembangan framework penyusunan RBBR dan pengembangan metode forward looking dan rating tools secara spesifik. 4. Pengelolaan Risiko Operasional secara konsolidasi untuk optimalisasi perhitungan modal a. Penyediaan Operational Risk Measurement melalui implementasi dan perbaikan framework Operational Risk yang meliputi Governance, Internal Loss Data, External Loss Data, Scenario Analysis, Risk Control Self Assessment, Reporting, Training, Culture dan Awarenes b. Pengembangan model perhitungan Capital Charge untuk risiko operasional melalui Project ERM Implementation Basel II - Advanced Measurement Approach AMA Roadmap. c. Pencatatan data kerugian risiko operasional oleh unit kerja secara baik dan benar. 5. Pengembangan dan penyempurnaan framework dan infrastruktur serta tools untuk credit risk management dan portfolio management, yang selaras dengan penerapan regulasi internasional dan best practices, dengan inisiatif-inisiatif sebagai berikut: a. Mengembangkanmenyempurnakan rating model untuk segment Corporate secara sectoral pada sektor-sektor prioritas. b. Mengembangkan Basel II risk parameters PD, LGD, EAD untuk Wholesale Retail exposures. c. Mengembangkan spreadsheet sesuai sektor- sektor prioritas. d. Memperbaiki proses kredit untuk sektor-sektor prioritas melalui pengembangan value chain. e. Mengembangkan Portfolio Guideline dan Industry Classification sesuai sektor-sektor prioritas. 6. Mengembangkan dan menyempurnakan framework dan infrastruktur untuk menciptakan proses manajemen risiko dan Enterprise Risk Management ERM yang komprehensif dan terintegrasi, dengan inisiatif-inisiatif sebagai berikut: a. Implementasi Internal Capital Adequacy Assessment Process ICAAP dan capital planning. b. Mengembangkan ERM System dalam rangka implementasi Basel II III dan implementasi value based management menggunakan parameter RoRWA. c. Mengembangkanmenyempurnakan risk management consolidation policy, framework, methodology system , berdasarkan ISO 31000. d. Mengembangkan integrated stress testing system untuk risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar di Bank Mandiri dan perusahaan anak. e. Mengembangkan risk data aggregation risk reporting sesuai standar Basel Committee dan best practice methodology system , berdasarkan ISO 31000. berkarya untuk indonesia | 2014 412 retail risk Bank Mandiri berambisi untuk menjadi ASEAN market leader pada tahun 2020. Berbagai pencapaian dan prestasi yang telah diraih selama ini menjadi modal yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu strategi untuk mencapai tujuan besar tersebut adalah memperkuat segmen retail banking, dimana segmen tersebut diharapkan untuk tumbuh signifikan secara konsisten setiap tahun. Selain tumbuh dengan cepat, segmen retail banking juga harus tumbuh dengan sehat untuk menghasilkan keuntungan yang sustainable. Untuk memastikan pertumbuhan portfolio yang sehat, Direksi Bank Mandiri telah memutuskan untuk membentuk Direktorat Retail Risk pada akhir tahun 2013. Direktorat baru ini akan berperan sebagai business enabler yang akan memastikan portfolio produk retail banking berkembang secara berkelanjutan sustainable, dengan kinerja yang terprediksi dan stabil. Walaupun Direktorat Retail Risk baru terbentuk, pengelolaan retail risk bukan merupakan hal yang baru bagi Bank Mandiri. Sebelum terbentuknya direktorat ini, fungsi pengelolaan retail risk telah dilaksanakan oleh Consumer Risk Group dan Retail Risk Group dibawah supervisi Direktorat Risk Management. Direktorat Retail Risk didukung oleh beberapa group yang bertugas untuk mengawal pemberian kredit segmen retail secara end-to-end sejak tahap perencanaan produk, proses akuisisi kredit, sampai dengan proses penyelesaian dan penagihan kredit. Disamping menjaga pertumbuhan kredit segmen retail, Direktorat Retail Risk juga berkomitmen untuk memberikan rasa aman kepada seluruh nasabah bank dalam bertransaksi menggunakan produk atau electronic channel Bank Mandiri dengan menyusun dan mengimplementasikan strategi pencegahan serta penanganan tindakan fraud yang komprehensif. Direktorat Retail Risk dipimpin oleh SEVP Retail Risk yang membawahi tiga grup yaitu retail risk group, fraud and collection management group, dan decision management group. SEVP Retail Risk bertanggung jawab kepada Direktur Utama. PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2014 Sejak resmi terbentuk, Direktorat Retail Risk langsung ‘tancap gas’ untuk turut berpartisipasi dalam mewujudkan Corporate Plan Bank Mandiri tahun 2020, melalui beberapa inisiatif untuk mendukung unit bisnis dalam memperluas market dan untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah. Beberapa inisiatif yang telah direalisasikan pada tahun 2014 antara lain: t Memfasilitasi debitur-debitur mikro untuk terus mengembangkan skala usahanya melalui program Debtor Path. t Program ini dikembangkan bekerjasama dengan unit bisnis, dengan tujuan memberikan kemudahan kepada debitur-debitur skala mikro yang berpotensi tinggi, dalam mendapatkan akses modal yang lebih besar untuk meningkatkan skala usaha. Selama pelaksanaan pilot project Debtor Path di 2014, kami berhasil mengidentifikasi lebih dari 2.200 debitur mikro yang siap untuk beralih menjadi debitur SME untuk mengembangkan skala usahanya. Usaha-usaha untuk peningkatan usaha debitur ini sangat selaras dengan misi Bank Mandiri untuk senantiasa tumbuh bersama-sama dengan nasabah. t Memperkuat peran Retail Risk dengan terlibat dalam proses akuisisi baru pada kredit segmen business banking limit ≤ 2 miliar. t Retail Risk Officers membantu unit bisnis di wilayah dalam melakukan analisa kredit sehingga unit bisnis dapat semakin fokus pada akselerasi ekspansi sesuai kriteria dan target market. Dengan sinergi yang baik antara unit bisnis dan unit risk, di tahun 2014 portfolio yang terbentuk dengan proses akuisisi baru pada segmen ini berkembang mencapai 817 miliar dengan tingkat NPL yang sangat terjaga baik pada level 0.38. t Mengembangkan website lelang agunan Bank Mandiri. berkarya untuk indonesia | 2014 413 t Website ini dikembangkan untuk memudahkan publik dalam mengakses agunan kredit bermasalah yang akan dilelang. Informasi terkait pelelangan agunan tersebut disajikan secara jelas dan transparan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam proses lelang. Website ini mempermudah proses marketing lelang agunan sehingga turut andil dalam menunjang peningkatan hasil recovery kredit pada tahun 2014 sebesar 24 dibandingkan pada tahun 2013. t Mengintegrasikan sistem pendeteksi fraud ke dalam sistem akuisisi kredit mikro. Sistem tersebut mampu mendeteksi potensi fraud pada dua titik : sebelum aplikasi kredit disetujui pre-disbursement dan segera setelah aplikasi kredit disetujui immediate post-disbursement. Dengan pendeteksian potensi fraud secara dini, tingkat kerugian bank akan dapat diminimalisir. Selama tahun 2014, sistem ini berhasil mendeteksi 1.300 aplikasi kredit masuk yang terindikasi fraud sehingga menghindarkan bank dari potensi kerugian sebesar Rp99 miliar. RENCANA DAN STRATEGI TAHUN 2015 Tahun 2015 adalah tahun yang sangat menantang bagi Bank Mandiri, tidak terkecuali bagi segmen kredit retail. Untuk terus mengawal pertumbuhan kredit retail serta memberikan rasa aman kepada nasabah dalam bertransaksi dengan Bank Mandiri, Direktorat Retail Risk fokus pada beberapa prioritas sebagai berikut: t Membentuk Decision Management Group untuk memperkuat data-driven decision making processes. t Grup ini akan berfungsi sebagai penyedia data dan analisa bagi unit-unit lain untuk pengambilan keputusan. Pemrosesan data dan analisa yang terkonsolidasi akan mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan efisiensi bank. t Penguatan peran Regional Risk Head di wilayah. t Dalam struktur organisasi baru yang diimplementasikan di wilayah, Regional Risk Head berperan untuk mengontrol dan mensupervisi eksposur risiko pada portfolio Bank Mandiri, termasuk di antaranya portfolio kredit retail dan transaction products, secara end-to-end. Regional Risk Head berkewajiban mengawal pertumbuhan bisnis dengan risk dan retuirn yang sesuai dengan appetite bank, dan comply terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. t Meningkatkan peran sebagai business enabler. t Dalam mendukung visi bank untuk deepening relationship dan integrate the bank, Retail Risk bersama unit-unit bisnis menggarap skema ekspansi bisnis dengan memanfaatkan jaringan value chain dan anchor client Bank Mandiri, antara lain ekspansi kredit di sektor Fast Moving Consumer Goods FMCG, Construction Building, dan Health Care. t Meningkatkan kualitas proses akuisisi kredit segmen retail. t Pertumbuhan kredit retail akan sehat apabila diawali dengan proses akuisisi kredit yang baik. Penguatan atas proses kredit yang terpusat pada sentra pemrosesan kredit Loan Factory menjadi salah satu fokus utama Direktorat Retail Risk. Melalui Loan Factory, Retail Risk menerapkan standarisasi proses underwriting kredit, khususnya kredit konsumtif, dengan pola pemrosesan ‘conveyor belt’. Independensi proses kredit pada loan factory juga ditingkatkan dengan memperkuat fungsi 3 pilar penunjang proses kredit unit bisnis, unit pengelola risiko, dan unit credit operations. Dalam memperkuat proses akuisisi, Retail Risk akan melakukan pengembangan untuk mengintegrasikan data eksternal dalam application scorecards untuk meningkatkan kemampuan sistem menyeleksi calon debitur yang berkualitas. Terus meningkatkan keamanan transaksi nasabah dalam rangka meningkatkan jumlah transaksi. Direktorat Retail Risk berkomitmen untuk melakukan investasi sistem Fraud Risk Management sehingga dapat berkarya untuk indonesia | 2014 414 melakukan deteksi lebih dini atas potensi terjadinya fraud pada seluruh chaninel. Sistem ini juga akan memiliki kemampuan untuk mempelajari dan beradaptasi untuk mendeteksi modus-modus fraud baru sehingga akan memberikan perlindungan yang maksimal kepada nasabah. Nasabah akan merasa lebih aman dan nyaman untuk bertransaksi menggunakan produk maupun channel sehingga akan mendorong peningkatan jumlah transaksi secara keseluruhan. Pemisahan fungsi unit kerja pendeteksi fraud. Retail Risk akan memisahkan fungsi fraud prevention strategy dengan fraud prevention operations ke dalam unit yang terpisah. Dengan pemisahan fungsi tersebut, diharapkan unit-unit terkait akan lebih efisien dan fokus pada pengembangan strategi untuk pencegahan tindakan fraud dan pada pelaksanaan operasional deteksi tindakan fraud. Mengimplementasikan automated collection system untuk segmen mikro dan business banking. Dengan terintegrasinya segmen mikro dan business banking ke dalam automated collection system, kegiatan credit collection untuk seluruh produk kredit retail akan terlaksana secara sistematis. Proses yang sistematis diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kualitas kredit yang disalurkan. Memperkuat scorecard untuk aktivitas collection dan recovery. Untuk mengoptimalkan upaya-upaya penagihan kredit bermasalah, Retail Risk akan melakukan penyempurnaan dan penguatan model scoring collection dan recovery untuk mendukung pelaksanaan strategi-strategi penyelamatan kredit. Selain fokus pada peningkatan pengelolaan risiko retail di internal perusahaan, kami juga akan terus meningkatkan sinergi dan supervisi dengan perusahaan anak dalam pengelolaan risiko retail. Sinergi dan supervisi ini akan saling menguntungkan karena baik Bank Mandiri maupun perusahaan anak memiliki expertise serta pengalaman pengelolaan risiko yang ekstensif, sehingga portfolio kredit retail Bank Mandiri secara keseluruhan akan tumbuh dengan cepat, aman, dan sehat. berkarya untuk indonesia | 2014 415 berkarya untuk indonesia | 2014 416 transaction banking Transactional Banking menjadi amunisi tambahan bagi Bank Mandiri guna memenangkan persaingan di pasar. Krisis finansial yang terjadi sejak tahun 2008 membawa dampak antara lain berkurangnya likuiditas dan meningkatnya risiko bisnis. Untuk menghadapinya, perusahaan dituntut untuk meningkatkan efisiensi keuangan khususnya dalam pengelolaan likuiditas. Seluruh Bank terus berupaya untuk meningkatkan hubungan dengan nasabah melalui layanan yang memberikan pendapatan lebih stabil seraya mengurangi tekanan terhadap kecukupan modal dan likuiditas bank itu sendiri. Layanan bank yang memiliki karakteristik di atas umumnya adalah layanan yang berbasis transaksi antara lain payment cash management dan trade related services. Selain itu, industri perbankan terus mengembangkan layanan transaction banking kepada Nasabah sebagai funding engine agar dapat meningkatkan likuiditas Bank. Menyadari besarnya customer base baik segmen wholesale maupun retail, Bank Mandiri membentuk Direktorat Transaction Banking yang tidak hanya melayani kedua segmen tersebut secara terpisah, namun juga memberikan layanan terintegrasi sehingga potensi bisnis nasabah dapat digarap secara end to end. Guna memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan mewujudkan visi menjadi Bank Terbesar di ASEAN pada 2020, Direktorat Transaction Banking mengembangkan platform transaction banking yang terintegrasi dari sisi wholesale sampai dengan retail, yang diikuti dengan mengembangkan platform transactions banking untuk beberapa sector solutions dan diperkuat melalui pengembangan jaringan e-Channel seperti penambahan mesin ATM, EDC, Gerbang Tol Otomatis GTO serta memperbarui user experience e-Channel yang ada. Terdapat tiga bagian utama transaction banking yang menjadi tulang punggung Direktorat, yakni Transaction Banking Product Development, Transaction Banking Sales dan Transaction Banking Retail. Fungsi utama Transaction Banking Product Development adalah melakukan pengembangandesain produk terintegrasi yang berfokus pada inovasi, produktifitas dan profitabilitas produk dengan eksposur risiko produk yang terjaga. Fungsi utama Transaction Banking Sales adalah memasarkan produk dan solusi transaction banking kepada Nasabah dan menjadi subject matter expert bagi Relationship Manager. Sedangkan fungsi utama Transaction Banking Retail adalah mengembangkan electronic banking channel sehingga nasabah retail dapat mengakses produk dan layanan Bank dengan mudah, nyaman dan efisien. PETA PERSAINGAN Untuk menghadapi pesaing utama, Bank Mandiri melalui Direktorat Transaction Banking terus menjalin hubungan baik dengan berbagai institusi nasabah baik BUMN maupun swasta. Hal tersebut dapat terlihat melalui market share Trade ekspor yang meningkat 29.8 dan 32 untuk Trade Impor dibandingkan tahun sebelumnya serta peningkatan 28.4 untuk market share Bank Garansi. Selain hal tersebut, dukungan jaringan yang luas melalui 1.415 Cabang, 15.344 ATM dan 270.352 EDC serta fitur e-banking yang lengkap menegaskan posisi Bank Mandiri dalam peta persaingan usaha. Di luar pencapaian tersebut, Direktorat Transaction Banking terus menciptakan peluang bisnis melalui pemasaran solusi value chain dan e-commerce yang saat ini masih belum banyak tersedia di pasar dan peluang pemanfaatan DASAR PEMBENTUKAN DIREKTORAT TRANSACTION BANKING berkarya untuk indonesia | 2014 417 jaringan cabang, ATM, dan EDC yang dimiliki Bank Mandiri. Dalam pemberian layanan prima kepada Nasabah, Direktorat Transaction Banking melakukan aliansi dan kolaborasi dengan direktorat lain untuk menjalin hubungan baik dengan nasabah, pengembangan platform sesuai kebutuhan nasabah, pengembangan inisiatif strategis dan kerja sama dalam mengoptimalkan peningkatan wallet share di masing-masing nasabah anchor beserta supplier dan distributornya maupun dari wilayah distribution network. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM Sebagai direktorat yang baru berdiri, Direktorat Transaction Banking secara aktif melakukan perekrutan pegawai untuk mengisi posisi kunci yang tersedia. Selain itu, secara berkesinambungan melakukan pelatihan dan peningkatan kapasitas kompetensi pegawai untuk memenuhi gap yang ada. Berikut strategi pengembangan Sumber Daya Manusia SDM Transaction Banking: 1. Pemenuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan bisnis baik dari internal maupun eksternal bank. Pemenuhan dari internal diantaranya melalui pemenuhan dari Staff Development Program SDP Officer Development Program ODP baru dan mutasi dari unit di luar Transaction Banking. Pemenuhan dari eksternal bank diantaranya melalui rekrutmen pegawai eksternal Bank untuk jabatan user experience dalam rangka memenuhi perkembangan kebutuhan bisnis. 2. Bekerja sama dengan Mandiri University melakukan pengembangan kompetensi pegawai baik yang terkait technical maupun managerial competency melalui kegiatan classroom training, e-learning, workshop, sertifikasi, projectassignment dan sebagainya. Pengembangan tidak hanya untuk pegawai internal Transaction Banking, tetapi juga untuk stakeholder unit kerja terkait dengan Transaction Banking, misalnya dengan mengadakan sosialisasi produk dan layanan Transaction Banking kepada unit kerja terkait. 3. Meningkatkan engagement pegawai, melalui kegiatan Tim Internalisasi Budaya TIB, seperti apresiasi ulang tahun pegawai spouse, sehingga pegawai nyaman bekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan engagement pegawai dimaksud. EMPAT SEKTOR FOKUS TRANSACTION BANKING Kunci sukses keberhasilan transaction banking adalah seberapa tepat solusi yang ditawarkan memenuhi kebutuhan nasabah. Direktorat Transaction Banking fokus untuk melakukan pengembangan solusi pada 4 empat sektor yaitu Healthcare, Telekomunikasi, Port dan Fast Moving Consumer Goods FMCG. Solusi yang diberikan untuk entitas di masing-masing sektor adalah layanan transaksi pada sisi collection dan payment, termasuk membantu dalam pengelolaan likuiditas seluruh anggota ekosistem. Dengan semakin meningkatnya kenyamanan nasabah dalam bertransaksi di Bank Mandiri diharapkan nasabah akan meningkatkan pengendapan dananya di Bank. Khusus terkait dengan sektor healthcare, berdasarkan data bulan Desember 2014, Bank Mandiri menguasai 66 volume collection BPJS sebesar Rp23,4 T. Tentunya penerimaan premi ini akan terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan ke provider nya merupakan peluang bagi Bank Mandiri untuk meningkatkan pengendapan dana. Apabila Bank Mandiri dapat mengakuisisi provider BPJS Kesehatan, pembayaran klaimnya tentu akan mengalir ke Bank Mandiri. Selain itu, mengakuisisi perusahaan asuransi kesehatan seperti InHealth yang memiliki jaringan terluas di Indonesia, bisnis dapat diraih antara lain adalah pengendapan dana yang berasal dari penerimaan premi peserta sebesar Rp1,7 Triliun per tahun termasuk pengendapan dana provider dokter, rumah sakit dan apotek yang berasal dari pembayaran klaim sebesar Rp860 Miliar per tahun. berkarya untuk indonesia | 2014 418 Solusi industri, baik solusi Healthcare, Port, FMCG maupun Telco, diharapkan dapat memberikan competitive advantage bagi Bank Mandiri yang tidak mudah ditiru pesaing, sehingga dapat mewujudkan visi Bank Mandiri menjadi Bank Terbesar di ASEAN pada 2020. BISNIS LEBIH SUSTAIN Formulasi dasar pembentukan bisnis transaction banking sudah dimulai sejak penyusunan Corporate Plan 2009-2014 pada tahun 2008. Kondisi persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan atas likuiditas, mendorong Bank Mandiri mengintegrasikan seluruh lini bisnis yang berkaitan dengan transaction banking menjadi satu Direktorat, yaitu Direktorat Transaction Banking. Pengintegrasian tersebut diharapkan dapat meningkatkan fokus dan sinergi untuk mendorong transaksi nasabah. Transaction Banking tidak hanya memberikan pelayanan transaksi, akan tetapi juga mencakup bisnis turunannya sehingga potensi dari transaction banking ini sungguh besar. Transaction Banking Product Development, Transaction Banking Sales dan Transaction Banking Retail secara bersama-sama bersinergi menghasilkan produk dan solusi yang dibutuhkan nasabah. Dengan menyediakan produk dan solusi yang dibutuhkan, diharapkan loyalitas Nasabah akan semakin meningkat sebab semua kebutuhannya telah dapat terpenuhi dengan hanya berbank bersama Bank Mandiri. Hal ini pada akhirnya membuat pelayanan bisnis Transaction Banking lebih berkelanjutan atau sustain. Dana yang diperoleh dari nasabah akan lebih stabil mengendap dan fee yang diperoleh akan meningkat seiring dengan berkembangnya bisnis nasabah. Dampak positif dari kehadiran Transaction Banking adalah semakin banyak dana murah yang masuk ke Bank. Dengan memperoleh dana murah, Bank lebih kompetitif untuk menjaga likuiditasnya dan lebih leluasa untuk menyalurkan kredit. Selain itu, hadirnya dana murah akan membuat cost of fund Bank menjadi lebih rendah sehingga bunga kredit yang ditawarkan akan lebih kompetitif. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT TRANSACTION BANKING Struktur organisasi Direktorat Transaction Banking adalah sebagai berikut: berkarya untuk indonesia | 2014 419 KINERJA 2014 Secara keseluruhan, kinerja Transaction Banking menunjukkan hasil menggembirakan yang secara garis besar dapat digambarkan peningkatan sebagai berikut: 1. Segmen Wholesale, apabila dibandingkan tahun 2013, volume transaksi Trade meningkat signifikan menjadi 44.3 dengan peningkatan FBI sebesar 35.1. FBI Bank Garansi meningkat 15.5. Volume transaksi Cash Management mengalami peningkatan 39.7 dan FBI Cash Management meningkat 26,8. Solusi Value Chain mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan jumlah Principal yang menjadi Nasabah meningkat 60.7, sementara jumlah Supplier meningkat 44.4 dan jumlah Distributor meningkat 34.3. Volume transaksi Supplier Financing meningkat 51.6 dengan peningkatan jumlah Asset 83.1. Volume transaksi Distributor Financing meningkat 296.4 dengan peningkatan jumlah Asset 2.7. Adapun Giro Supplier Financing meningkat 106.4 dan Distributor Financing meningkat 45.8 2. Sector Solution, perolehan Giro sektor unggulan tumbuh signifikan, yaitu Health Care tumbuh 223,4, Port tumbuh 94,9, FMCG tumbuh 69,8, dan Telco tumbuh 56,2. Segmen Retail, apabila dibandingkan tahun 2013, jumlah transaksi finansial Mobile Banking meningkat signifikan 140.2 sedangkan Volume transaksi finansial meningkat 160.9. Jumlah transaksi finansial Internet Personal meningkat 22.8, sedangkan volume transaksi finansial meningkat 13.9. Jumlah transaksi finansial Internet Bisnis meningkat 92.5, sedangkan volume transaksi finansial meningkat 90.4. Jumlah ATM tumbuh 33.2. Jumlah EDC tumbuh 17.4 dengan peningkatan jumlah transaksi 21 dan volume transaksi finansial meningkat 31. Jumlah Kartu Prepaid tumbuh 43 dengan peningkatan jumlah transaksi 26.3 dan volume transaksi 7,2. Selain itu, Direktorat Transaction Banking menerima beberapa penghargaan pada tahun 2014 sebagai berikut: 1. Best Trade Finance Bank In Indonesia Penghargaan diberikan oleh Corporate Treasurer. 2. Best Service Provider – Cash Management in Indonesia. Penghargaan diberikan oleh The Asset. 3. Best Trade Finance Bank in Indonesia. Penghargaan diberikan oleh Alpha Southeast Asia. 4. Indonesia Banking Award 2014 untuk Kategori The Best Bank In Digital Services Penghargaan diberikan oleh PT Tempo Inti Media Tbk. 5. Acquiring with The Most Sales Volume Penghargaan diberikan oleh Visa International. STRATEGI TRANSACTION BANKING Untuk mendukung visi Bank Mandiri menjadi bank terbesar di ASEAN pada tahun 2020, Strategi Transaction Banking diselaraskan dengan Corporate Plan Bank Mandiri 2015- 2020, yaitu deepen client relationship, Accelerate in Growth Segment dan Integrate the Group. Dari sisi Wholesale, dilakukan fokus terhadap pengembangan solusi transaksi generic ataupun customize bagi Nasabah sesuai dengan kompleksitas, kondisi dan kebutuhan Nasabah. Dengan tersedianya solusi kebutuhan Nasabah akan meningkatkan fee based income dan dana pihak ketiga Bank. Dari sisi Retail, yang bersifat massal, dilakukan pengembangan terhadap fasilitas channel umum seperti ATM, EDC, Mobile dan Internet Banking. Untuk kebutuhan yang bersifat lebih kompleks, dilakukan fokus pengembangan prodyuk social banking dan fasilitas channel yang lebih personalize, sesuai kebutuhan nasabah secara spesifik. Selain hal tersebut di atas, dilakukan aliansi antar segmen Nasabah maupun dengan Unit Kerja lain sehingga dapat melayani seluruh segmen nasabah, yaitu wholesale dan retail secara end to end. PT BANK MANDIRI Persero Tbk. Annual Report 2014 tata kelola perusahaan berkarya untuk indonesia | 2014 422 tata kelola perusahaan Praktik tata kelola perusahaan yang baik merupakan alat untuk menjaga kelangsungan bisnis, menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan, dan menumbuhkan integritas perusahaan. Bank Mandiri terus berupaya mengikuti perkembangan praktik terbaik Corporate Governance baik di tingkat nasional maupun regional yang relevan yang disesuaikan dengan kebutuhan praktik bagi perusahaan. berkarya untuk indonesia | 2014 423 PENDAHULUAN Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG menjadi hal yang mutlak diperlukan bagi kelangsungan usaha perusahaan dewasa ini. Bank Mandiri terus berupaya mengikuti perkembangan praktik GCG terbaik baik di tingkat nasional, regional maupun internasional yang relevan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut menjadi upaya Bank Mandiri untuk menjalankan sistem perbankan yang sehat dengan berlandaskan pada penerapan prinsip-prinsip GCG. Penerapan GCG di Bank Mandiri mengacu pada Undang- Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Peraturan Bank lndonesia PBI No. 84PB12006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum yang telah diubah dengan PBI No. 814PB12006; Surat Edaran Bank Indonesia No 1515 DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum; Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01MBU2011 tentang Penerapan GCG pada BUMN. Dalam prakteknya, Bank Mandiri senantiasa mengikuti perkembangan terkini dan best practices GCG yang berlaku antara lain Pedoman Umum GCG oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman GCG perbankan Indonesia, Asean Corporate Governance Scorecard serta memperhatikan etika dan praktik bisnis terbaik. Untuk itulah Bank Mandiri terus meningkatkan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan GCG dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Seluruh jajaran Bank Mandiri meyakini bahwa pemenuhan aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan Bank baik dalam mencapai kinerja terbaik, profitabilitas dan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan, serta keberlangsungan bisnis jangka panjang. Self Assesment GCG sesuai ketentuan dari Regulator Survei Corporate Governance Perception Index CGPI mendapat predikat “Perusahaan Sangat Terpercaya” dengan skor 92,36 Annual Report Award sejak tahun 2007 – 2014 untuk Kategori BUMN Keuangan Listed Bank Mandiri Membangun Sistem Integritas Nasional bersama Komisi Pemberantasan Korupsi KPK ICON on Corporate Governance dalam 10th Corporate Governance Asia Recognition Awards 2014 1st place, Strongest Adherence to Corporate Governance dalam Alpha Southeast Asia’s 8th Annual Best Financial Institution Awards Corporate Awards berkarya untuk indonesia | 2014 424 PRINSIP-PRINSIP GCG Bank Mandiri terus mendorong peningkatan cakupan implementasi GCG di berbagai aspek dan di setiap tingkatan dan jenjang organisasi perusahaan, antara lain dengan terus menyempurnakan soft-structure GCG yang dimiliki, sosialisasi soft- structure GCG secara berkelanjutan serta melaksanakan self assessment penilaian GCG secara berkala untuk mendukung penerapan GCG yang semakin efektif. Implementasi GCG berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang meliputi: Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness TARIF. berkarya untuk indonesia | 2014 425 Adapun penerapan prinsip-prinsip GCG Bank Mandiri dapat diuraikan sebagai berikut: Prinsip-prinsip GCG Uraian Transparansi 1. Bank mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan stakeholders sesuai dengan haknya. 2. Bank mengungkapkan informasi yang meliputi tetapi tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha, strategi Bank, kondisi keuangan,susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, cross share holding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko, sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan implementasi good corporate governance serta informasi dan fakta material yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal. 3. Prinsip keterbukaan tetap memperhatikan ketentuan rahasia bank, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan yang berlaku. 4. Kebijakan Bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut. Akuntabilitas 1. Bank menetapkan sasaran usaha dan strategi untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholders. 2. Bank menetapkan check and balance system dalam pengelolaan Bank. 3. Bank memiliki ukuran kinerja dari semua Jajaran Bank berdasarkan ukuran yang disepakati secara konsisten dengan nilai perusahaan Corporate Culture Values, sasaran usaha dan strategi Bank serta memiliki rewards and punishment system. 4. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi Bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam implementasi good corporate governance. Responsibilitas 1. Bank berpegang pada prinsip kehati-hatian prudential banking practices dan menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. 2. Bank sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial secara wajar. Independensi 1. Bank menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh Stakeholders manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta terbebas dari benturan kepentingan conflict of interest. 2. Bank mengambil keputusan secara obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun. Kewajaran dan Kesetaraan 1. Bank memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran equal treatment. 2. Bank memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Bank serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan. berkarya untuk indonesia | 2014 426 KEBIJAKAN DASAR GCG Untuk meningkatkan kualitas dan cakupan implementasi GCG secara berkelanjutan, Bank Mandiri telah menyusun dan menerapkan kebijakan-kebijakan operasional bagi seluruh unit kerja sejalan dengan prinsip-prinsip GCG. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kebijakan pokok GCG yang meliputi GCG Code, Pedoman Perilaku Pegawai, Business Ethics, Board Manual, Whistle-Blowing System WBS Policy dan berbagai kebijakan operasional bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebutuhan perusahaan. KILAS BALIK IMPLEMENTASI GCG Implementasi GCG Bank Mandiri telah dilakukan secara terstuktur dengan tahapan sebagai berikut: TAHUN PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN 1998 Awal Merger Kesadaran implementasi GCG didorong adanya krisis perbankan akibat adanya praktek “bad governance” yang menyeluruh di industri perbankan, hal ini menyebabkan banyak bank yang harus di-bailout dan kemudian Direksi serta Dewan Komisaris bank harus menandatangani Kontrak Manajemen dengan Bank Dunia yang didalamnya mencantumkan kewajiban bank untuk menerapkan GCG. 2000 - 2001 Peletakan Dasar-Dasar Governance Commitment, Structure And Mechanisms t Respon Bank Mandiri terhadap Kontrak Manajemen dengan Bank Dunia tersebut, menerbitkan ketentuan antara lain: - Surat Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris tentang Prinsip-prinsip GCG - Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Code of Conduct yang menjadi pedoman perilaku dalam berinteraksi dengan nasabah, rekanan dan sesama pegawai - Keputusan Direksi tentang Kebijakan Kepatuhan Compliance Policy yang mewajibkan seluruh jajaran Bank Mandiri untuk bertanggung jawab penuh secara individu di dalam melakukan kegiatan operasional Bank di bidangnya masing-masing t Bank Mandiri telah menugaskan PWC untuk melakukan diagnostic review atas implementasi GCG t Atas implementasi pelaksanaan GCG tersebut, Standard Poor’s telah memberikan penilaian GCG untuk periode tahun 2003 dengan skor sebesar 6,2, meningkat dari penilaian tahun sebelumnya dengan skor 5,4. berkarya untuk indonesia | 2014 427 TAHUN PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN 2003 Initial Public Offering IPO Bank Mandiri Dalam rangka pelaksanaan IPO, Bank Mandiri telah melakukan penyempurnaan implementasi GCG, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: t Pembentukan Komite-komite di Level Dewan Komisaris, yaitu - Komite Audit - Komite Pemantau Risiko - Komite Remunerasi dan Nominasi - Komite GCG t Pembentukan Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary t Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi perusahaan publik t Melaksanakan keterbukaan informasi secara tepat waktu, antara lain dalam publikasi Laporan Keuangan, informasi maupun peristiwa atau fakta material t Menyusun Laporan Tahunan yang tepat waktu, memadai, jelas dan akurat t Menghormati dan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas t Mengikuti penilaian implementasi GCG oleh Lembaga Independen yaitu The Indonesian Institute for Corporate Governance. 2005 Transformasi Budaya t Melakukan transformasi melalui penetapan nilai-nilai kebersamaan shared values serta perumusan perilaku utama Bank Mandiri TIPCE yang merupakan Budaya kerja perusahaan. t Penyusunan Charter GCG yang dituangkan melalui Keputusan Dewan Komisaris, yang mengatur pokok-pokok pelaksanaan GCG di Bank Mandiri 2008 - 2010 Transformasi Budaya Lanjutan t Secara berkelanjutan melaksanakan penyempurnaan penerapan prudent banking, GCG serta internal control melalui pengembangan website GCG, Compliance Risk Management System, Standar prosedur Anti Pencucian Uang Pencegahan Pendanaan Teroris, Risk Based Audit Tools dan Sistem Informasi Manajemen Audit. t Pengambilan keputusan bisnis maupun keputusan manajemen lainnya dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip GCG serta senantiasa mempertimbangkan semua ketentuan yang berlaku t Pelaksanaan program internalisasi budaya lanjutan antara lain melalui penyelenggaraan Culture Fair, Culture Seminar, dan Recognition Program berupa pemberian penghargaan kepada unit kerja dan change agent terbaik dalam implementasi program budaya. berkarya untuk indonesia | 2014 428 TAHUN PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN 2011 – 2013 t Bank Indonesia mengeluarkan PBI No. 131PBI2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, mewajiibkan Bank baik secara individual maupun konsolidasi melakukan penilaian GCG dengan pendekatan Risk Based Bank Rating RBBR. t Konsistensi penerapan GCG Bank Mandiri secara terus menerus, mendapatkan apresiasi dari berbagai lembaga nasional dan internasional yang independen dan profesional, antara lain: - Rating GCG dalam Corporate Governance Perception Index CGPI meraih predikat “Sangat Terpercaya” sebanyak 7 kali berturut-turut. - Rating GCG oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship IICD kepada 100 perusahaan publik dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Bank Mandiri meraih predikat Best Financial - Rating GCG oleh Corporate Governance Asia CGA yang berkedudukan di Hongkong, sejak tahun 2009 Bank Mandiri selalu meraih posisi sebagai perusahaan terbaik dalam implementasi GCG. t Menerbitkan Petunjuk Teknis Operasional Gift Disclosure Statement pada tanggal 2 Juli 2013 sebagai upaya dalam pencegahan penerimaan gratifikasi yang sejalan dengan himbauan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. t Berpartisipasi untuk terus menciptakan budaya anti korupsi antara lain dengan mengikuti acara kegiatan Pekan Anti Korupsi 2013 yang diselenggarakan KPK dan memperoleh penghargaan sebagai stand terbaik kedua. 2014 t Corporate Governance Perception Index CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG yang dilakukan oleh lembaga independen yaitu The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG, dimana Bank Mandiri telah mengikuti penilaian CGPI selama 10 sepuluh tahun berturut-turut sejak tahun 2003. Di tahun 2014 Bank Mandiri meraih predikat “Sangat Terpercaya” sebanyak 8 kali berturut-turut. t Rating GCG oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship IICD dalam ajang ASEAN CG Scorecard, Bank Mandiri meraih kategori “Best Overall”. t Rating GCG oleh Corporate Governance Asia CGA yang berkedudukan di Hongkong, Bank Mandiri meraih predikat ICON in Corporate Governance. t Good Corporate Citizen GCC sejalan dengan corporate plan Bank Mandiri 2015 – 2020 yang salah satunya adalah social economic impact, dimana salah satu komponen yaitu role model corporate citizen. Bank Mandiri telah melakukan diagnostic review terhadap penerapan GCC di Bank Mandiri. t Menyempurnakan ketentuan larangan gratifikasi yang diatur dalam Petunjuk Teknis Operasional Gift Disclosure Statement sesuai dengan himbauan KPK. berkarya untuk indonesia | 2014 429 TAHAPAN IMPLEMENTASI GCG Disadari bahwa upaya implementasi GCG perlu dilakukan secara terarah dan terencana sesuai standar terbaik dalam mendukung pencapaian tujuan Perusahaan maka aktualisasi GCG di Bank Mandiri dilakukan sejalan dengan ketentuan pelaksanaan GCG bagi Bank Umum di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi. Pelaksanaan GCG di Bank Mandiri berpedoman pada Peraturan Bank lndonesia Nomor 84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 814PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006. Tahapan Implementasi GCG Bank Mandiri diawali dengan 1 perumusan governance commitment, 2 Government Structure, 3 penyempurnaan governance mechanism, 4 sosialisasi dan evaluasi serta 5 walking the talk. Transformasi GCG di Bank Mandiri dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-prinsip GCG yang dilaksanakan dalam 5 lima tahap, yaitu: PENYEMPURNAAN GOVERNANCE STRUCTURE t 1FNFOVIBO+VNMBI Komposisi Dewan Komisaris, Direksi, Komite- komite di bawah Dewan Komisaris dan Direksi t 1FOHVBUBO3JTL Management, Compliance dan Internal Control t 1FOZFNQVSOBBOTUSVLUVS organisasi untuk menjamin terlaksana check balance PERUMUSAN GOVERNANCE COMMITMENT t 1FSVNVTBO7JTJ.JTJ Strategi Bank Mandiri t OHHBSBOBTBS t 1FSVNVTBOPSQPSBUF 7BMVFT t Code of Conduct t 3FJOGPSDFNFOUCode of Conduct t IBSUFS 1 2 3 4 5 PENYEMPURNAAN GOVERNANCE MECHANISM t 1FOVBOHBO Prinsip- Prinsip GCG dalam ,FCJKBLBO QFEPNBO peraturan Kerja, SOP t 1FOFHBLBO3FXBSE Punishment t 5SBOTQBSBOTJ1SPEVL t 1FNCVBUBOBMMFOUSF Customer Care t 4USBUFHZOUJSBVE t 8IJTUMFCMPXJOH4ZTUFN Letter to CEO SOSIALISASI DAN EVALUASI t OUFSOBMJTBTJPSQPSBUF 7BMVF t 4PBTJBMJTBTJOJTJBUJG strategis kebijakan, Peraturan Dll t Self Assessment Pelaksanaan GCG t 1FMBQPSBO1FMBLTBOBBO GCG t 1FOJMBJBOPMFIQJIBL Independen t Performance and recognitions WALKING THE TALK t NQMFmentasi prinsip GCG dilaksanakan dalam setiap aspek kegiatan operasional bank t IBOHFHFOU t 4FSWJDFYDFMMFODF t 1FOFHBLBOUJLBEJTFUJBQMFWFMPSHBOJTBTJNFMBMVJ 1. E-procurement 2. Pakta Integritas 3. Kerahasiaan t Bank Mandiri menerbitkan PTO Gift Disclosure Statement sebagai implementasi larangan penerimaan gratiikasi seluruh jajaran Bank Mandiri t Mendorong terciptanya Budaya anti korupsi dengan mengikuti kegiatan Pekan Anti Korupsi 2013 dan 2014 yang diselenggarakan oleh KPK t 1BEBUBOHHBMPWFNCFS BOL.BOEJSJ dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menandatangani komitmen penerapan sistem integritas budaya kerja serta pengendalian gratiikasi untuk memperkuat tata kelola perusahaan. TAHAPAN 53403.4 GCG 1 2 3 4 5 GOVERNANCE COMMITMENT WALKING THE TALK GOVERNANCE MECHANISM GOVERNMENT STRUCTURE SOSIALISASI DAN EVALUASI Perumusan Visi - Misi dan Strategi Bank Mandiri, dengan revitalisasi visi Bank Mandiri Implementasi GCG secara disiplin dan konsisten yang diwijudkan dalam tindakan nyata oleh seluruh jajaran Bank Mandiri Memastikan efektivitas proses implementasi GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur GCG Menyempurnakan struktur dan infrastruktur GCG agar proses pelaksanaan prinsip GCG dapat menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan Stakeholders dilakukan untuk menjamin implementasi GCG secara kesinambungan berkarya untuk indonesia | 2014 430 komitmen penerapan tata kelola secara berkelanjutan Bank Mandiri menyadari bahwa penerapan GCG merupakan proses jangka panjang yang akan menghasilkan sustainable value, sehingga Bank mutlak memerlukannya untuk menghadapi persaingan usaha, meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mengelola sumber daya, memaksimalkan nilai perusahaan sehingga Bank Mandiri mampu beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan. Oleh karenanya, Bank Mandiri terus berupaya optimal untuk melakukan internalisasi prinsip-prinsip GCG ke dalam sistem dan prosedur serta pembentukan perilaku yang sesuai guna mendorong terciptanya budaya yang menjunjung tinggi profesionalisme, integritas, kualitas layanan dan prudential banking . FOKUS TATA KELOLA BANK MANDIRI 2014 Untuk melanjutkan tahapan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2014 Bank Mandiri memperkuat penerapan GCG yang antara lain berfokus pada:

1. Sinergi implementasi GCG Bank Mandiri Group

Sejak tahun 2012 Bank Mandiri mulai melakukan proses penyelarasan implementasi GCG pada Perusahaan Anak. Perusahaan Anak yang telah melakukan penilaian GCG dan turut serta dalam Corporate Governance Perception Index CGPI adalah Bank Syariah Mandiri dengan predikat “Sangat Terpercaya”, dan untuk tahun 2014 Perusahaan Anak yang turut serta dalam CGPI adalah Bank Syariah Mandiri dengan predikat “Sangat Terpercaya”, Mandiri 5VOBTJOBODFEBOBOL4JOBSBSBQBOBMJEFOHBO predikat “Terpercaya”.

2. Sistem Integritas Nasional

Program pengendalian gratifikasi dan implementasi sistem integritas secara berkelanjutan melalui Sistem Integritas Nasional. Pada tanggal 4 November 2014, Bank Mandiri dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK bersama-sama menandatangani komitmen dalam hal penerapan sistem integritas dalam budaya kerja serta pengendalian gratifikasi untuk memperkuat penetapan tata kelola perusahaan yang baik dalam setiap proses bisnis. Kesepahaman tersebut telah ditindaklanjuti program dengan kegiatan nyata, baik bersifat jangka panjang maupun jangka pendek yang langsung dapat memberikan hasil nyata, berupa kick off kegiatan dan workshop pembangunan budaya integritas, sosialisasi sistem integritas nasional yang ditindaklanjuti dengan rangkaian TOT Tunas Integritas. Pertemuan formal maupun informal antara jajaran pimpinan Bank Mandiri dan pejabat KPK telah dilakukan secara simultan hingga terbangun kesepahaman bersama dan kerangka pikir kerjasama pembangunan sistem integritas nasional, dalam hal ini telah dilakukan penyelarasan antara pembangunan budaya di lingkungan Bank Mandiri serta semangat “spirit memakmurkan negeri” dengan program-program pencegahan terintegrasi dalam kerangka pembangunan sistem integritas nasional. berkarya untuk indonesia | 2014 431 Sistem Integritas Nasional SIN menjadi inisiatif KPK untuk memastikan bahwa upaya pemberantasan korupsi mempunyai makna yang kuat, yaitu dalam kerangka mencapai tujuan nasional. Keberhasilannya memerlukan keterlibatan seluruh elemen bangsa, baik pemerintahan maupun swasta serta sektor penting bangsa lainnya, semua elemen perlu berkolaborasi untuk membangun Sistem Integritas Nasional. Bank Mandiri terus meningkatkan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Seluruh jajaran Bank Mandiri meyakini bahwa pemenuhan aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan Bank baik dalam mencapai kinerja terbaik, profitabilitas dan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan, serta keberlangsungan bisnis jangka panjang. SELF-ASSESSMENT GCG Sebagai bentuk komitmen dalam memenuhi Peraturan Bank Indonesia No.84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana diubah dengan PBI No.814PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan SE BI No.1515DPNP tanggal 29 April 2013 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, maka Bank Mandiri secara rutin telah melakukan Self Assessment Pelaksanaan GCG baik secara individual maupun Konsolidasi dengan Perusahaan Anak, dimana hasil self assessment tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan GCG. Sejak penilaian periode Juni 2013, penilaian GCG oleh Perusahaan Anak telah dilaksanakan melalui Risk Profile YUFOEFE319 ZBOHUFSJOUFHSBTJ Self Assessment pelaksanaan GCG sesuai Surat Edaran BI tersebut dilakukan secara komperehensif dan terstruktur dengan mengintegrasikan factor-faktor penilaian ke dalam 3 tiga aspek governance, yaitu governance structure, governance process, governance outcome. Hasil self assessment pelaksanaan GCG di Bank Mandiri untuk semester II tahun 2013 dan semester I tahun 2014 telah memperoleh feedback dari OJK melalui Prudential meeting pada tanggal 19 September 2014 dengan hasil penilaian peringkat 2 atau Baik yang mencerminkan Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip GCG. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan pronsip GCG, maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen bank. Kelemahan-kelemahan sebagaimana disampaikan dalam feedback OJK dimaksud telah ditindaklanjuti dengan baik sehingga pada self assessment untuk periode semester II 2014 diperoleh hasil peringkat 1 atau sangat baik. GCG ASEAN SCORECARD GCG Asean Scorecard merupakan inisiatif dari Asean Capital Market Forum . VOUVLNFMBLVLBOQFOJMBJBO implementasi GCG mengacu pada prinsip-prinsip GCG yang dikembangkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development OECD, yaitu mencakup: 1. Hak-hak Pemegang Saham Rights of Shareholders 2. Perlakuan yang setara terhadap Pemegang Saham Equitable Treatment of Shareholders 3. Peran Pemangku Kepentingan Role of Stakeholders 4. Pengungkapan dan Transparansi Disclosure and Transparency 5. Tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi Responsibilities of the Board Scorecard ini telah digunakan untuk menilai praktek GCG perusahaan terbuka di negara Asean lainnya seperti JMJQJOB .BMBZTJB 4JOHBQVSB 5IBJMBOEEBO7JFUOBN Sebagai domestic rangking body Asean Corporate Governance Scorecard , Indonesian Institute for Corporate Directorship IICD telah melakukan rating atau survei praktek GCG dengan metode Asean Corporate Governance Scorecard. Adapun hasil penilaian Asean Corporate Governance Scorecard bagi Bank Mandiri adalah sebagai berikut: berkarya untuk indonesia | 2014 432 SKOR ASEAN CG SCORECARD BANK MANDIRI No Komponen ASEAN CG Scorecard 2014 2013 Skor Total Skor Skor Total Skor 1 Rights of Shareholders 10 38.46 3.85 48 4.8 2 Equitable Treatment of Shareholders 15 64.71 9.71 58.82 8.82 3 Role of Stakeholders 10 57.14 5.71 80.95 8.10 4 Disclosure and Transparency 25 70.00 17.50 85 21.25 5 Responsibilities of The Boards 40 62.03 24.81 75 30 6 Bonus 4 4 6 6 7 Penalti 0 0 0 0 Total Score 85.68 78.97 Untuk tahun 2014 Bank Mandiri memperoleh nilai 85,68 RATING GCG – CGPI AWARD Bank Mandiri telah mengikuti rating dan survei Corporate Governance Perception Index CGPI setiap tahun. Adapun tujuan, manfaat dan aspek yang dinilai dalam CGPI diuraikan sebagai berikut: Tujuan 1. Sebagai indikator atau standar mutu yang ingin dicapai perusahaan dalam bentuk pengakuan dari masyarakat terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG; 2. Mewujudkan komitmen dan tanggung jawab bersama serta upaya yang mendorong seluruh anggota organisasi perusahaan untuk menerapkan GCG dan memperhatikan aspek risiko bisnis. Manfaat : 1. Menata organisasi perusahaan guna mendukung terwujudnya GCG; 2. Meningkatkan kesadaran dan komitmen bersama dari internal perusahaan dan stakeholder terhadap penerapan GCG; 3. Memetakan masalah-masalah strategis dalam praktik GCG; 4. Meningkatkan kesadaran bersama terhadap pentingnya GCG dalam pengelolaan risiko ke arah pertumbuhan yang berkelanjutan. Aspek penilaian Aspek-aspek yang dinilai CGPI, terdiri dari 4 empat aspek sebagai berikut : Self Assessment 24,87 Dokumen 38,08 Makalah 12,72 Observasi 16,69 Hasil Penilaian CGPI Bank Mandiri tahun 2014 mendapatkan skor sebesar 92,36 dengan predikat “Perusahaan Sangat Terpercaya”. Hasil penilaian CGPI selama 8 tahun berturut-turut adalah sebagai berikut: berkarya untuk indonesia | 2014 433 Tabel Skor CGPI Bank Mandiri Tahun 2007-2014 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Corporate Governance Perception Index CGPI 88,66 89,86 90,65 91,67 91,81 91,91 91,88 92,36 Grafik Corporate Governance Perception Index CGPI 93 91 89 87 92 90 88 86 2007 88,66 89,86 90,65 91,67 91,81 91,91 91,88 92,36 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Skor Corporate Governance Perception Index CGPI KEBIJAKAN BENTURAN KEPENTINGAN DAN GRATIFIKASI Pada tahun 2014, Bank Mandiri meluncurkan program ‘Implementasi sistem integritas nasional – “spirit memakmurkan negeri” sebagai wujud pengendalian gratifikasi melalui penerapan prinsip integritas dalam kegiatan usaha bank. LARANGAN GRATIFIKASI Bank Mandiri telah memiliki Code of Conduct, yang mengatur pedoman berprilaku antar jajaran Bank dengan pihak eksternal, seperti pemegang saham, perusahaan afiliasi, investor, pelanggan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Pedoman ini telah menjadi budaya perusahaan corporate culture yang menghindarkan jajaran Bank Mandiri dari penyalahgunaan jabatan, perilaku benturan kepentingan conflict of interest dan mengatur hal-hal yang terkait dengan integritas pegawai. berkarya untuk indonesia | 2014 434 Dalam rangka pemberantasan korupsi, pada tanggal 4 November 2014, Bank Mandiri telah menyatakan komitmen kepada KPK untuk: 1. Membangun Sistem Integritas Nasional dengan pendekatan Budaya Kerja dan Spirit Memakmurkan Negeri. 2. Menerapkan pengendalian gratifikasi guna mendukung upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di lingkungan Bank Mandiri Saat ini Bank Mandiri sedang dalam proses persiapan pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi dan memperbaharui ketentuan Gift Disclosure Statement yang mengatur larangan gratifikasi serta mekanisme pelaporan kepada KPK dan internal Bank Mandiri. Dengan adanya ketentuan internal tersebut diharapkan seluruh jajaran Bank Mandiri dapat memiliki persepsi yang sama terhadap penerimaan gratifikasi dan dapat segera mengambil tindakan yang sesuai ketentuan. Selama tahun 2014, Direksi dan Dewan Komisaris Bank Mandiri telah menandatangani pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan serta menyampaikan kepemilikan saham masing-masing beserta anggota keluarganya dalam Daftar Khusus secara berkala sebagai bentuk komitmen dalam pengendalian atas transaksi yang mengandung benturan kepentingan. PENGELOLAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA LHKPN Dalam rangka mendorong implementasi GCG yang semakin efektif, Bank Mandiri telah melaksanakan ketentuan mengenai kewajiban Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara LHKPN berdasarkan pada Keputusan Kepala Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Nomor:KEP.07KPK022005 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pemeriksaan dan Pengumuman Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. Sebagai upaya kongkrit dalam mewujudkan transparansi dan upaya tindakan pencegahan tindak pidana korupsi di Bank Mandiri dan dalam rangka mengatur penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme maka terhadap Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi, Pejabat Eksekutif 1 satu tingkat di bawah Direksi, dan Pejabat Struktural lainnya di lingkungan Bank Mandiri ditetapkan sebagai Pejabat Bank Mandiri yang wajib menyampaikan LHKPN. Ketentuan kewajiban LHKPN diatur dalam kebijakan khusus yang dituangkan dalam Surat Keputusan SK Direksi Perseroan dan diperbaharui setiap saat sesuai dengan ketentuan yang belaku.

1. Penetapan Pejabat Yang Wajib Menyampaikan LHKPN

No Keputusan Direksi Perihal 1 KEP.DIR 071 2011, Tgl. 22 Maret 2011 Perluasan Penetapan Pejabat Yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Di Lingkungan PT Bank Mandiri Persero Tbk. 2 KEP.DIR 090 2009, Tgl. 29 Juni 2009 Penetapan Pejabat Yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Di Lingkungan PT Bank Mandiri Persero Tbk