PENGELOLAAN RISIKO OPERASIONAL Bank Mandiri 2014 Annual Report Indonesian
berkarya untuk indonesia | 2014
406
Implementasi Manajemen Risiko Operasional
Adapun Implementasi Manajemen risiko difokuskan pada 4 aspek penguatan yaitu:
t Program Risk Awareness, merupakan program
budaya yang dimiliki setiap unit kerja dan terkait dengan pengenalan, pemahaman, dan mitigasi risiko
operasional.
t Forum MRO, yakni suatu pertemuan di unit kerja
yang membahas risiko operasional di setiap aktivitas utama unit kerja, termasuk melakukan assessment atas
identifikasi dan pengukuran risiko. Forum MRO wajib untuk dilaksanakan minimal satu bulan sekali. Hasil
pelaksanaan forum dilaporkan kepada Unit Pembina Sistem Manajemen Risiko Operasional dalam bentuk
minutes of meeting.
t Laporan Profil Risiko adalah gambaran eksposur risiko
operasional di unit kerja. Laporan tersebut wajib disampaikan oleh unit kerja kepada unit pembina
sistem manajemen risiko operasional, minimal secara triwulanan atau dengan frekuensi yang lebih pendek
jika diperlukan ad-hoc. Penyusunan Laporan Profil Risiko secara rutin dimaksudkan agar profil risiko
operasional setiap unit kerja selalu ter-update dan terjaga.
t Data Quality pada ORM Tools, berupa pengelolaan
dan pengkinian datainformasi yang ada pada ORM Tools i-MORs meliputi RCSA, MFORs, KI dan IAM. Data
yang diinput di i-MORS merupakan dasar penyusunan Profil Risiko unit kerja dalam rangka perhitungan
Tingkat Kesehatan Bank.
Tujuan pelaksanaan Program Penguatan MRO adalah: 1. Untuk
meningkatkan Risk Awareness
dari seluruh pegawai sehingga dapat lebih memahami Risiko
Operasional Utama yang melekat pada produk dan aktivitas Unit Pengelola Risiko Operasional know your
risk dan cara pengendaliannya know how to mitigate.
2. Agar lebih memahami bahwa serangkaian inisiatif
seperti: Pelaksanaan Forum MRO, Risk Awareness Program dan Letter to CEO LTC dapat menunjang
efektifitas Pengelolaan Risiko Operasional. 3.
Agar DCOR dan RBC sebagai second line of defense memahami risiko utama yang ada pada unit yang
disupervisi, sehingga lebih fokus dalam melaksanakan pengawasannya.
4. Sebagai Lesson Learned bagi unit kerja terhadap
kejadianinsiden fraud yang terjadi di unit kerja lain sehingga dapat meminimalisir terjadinya fraud yang
berulang.
Strategi Anti Fraud, Sistem Pemantauan Fraud, dan Fraud Respon Plan
Sejalan dengan SE BI No.1328DPNP mengenai Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, Bank Mandiri
telah melakukan berbagai upaya untuk memantau dan memitigasi risiko fraud melalui penerapan 4 pilar yaitu:
1 Pencegahan; 2 Deteksi; 3 Investigasi, Pelaporan dan Sanksi; serta 4 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut,
dimana dalam implementasinya melibatkan seluruh line of defense.
Untuk mendukung implementasi strategi anti fraud, khususnya dalam pilar deteksi, telah dikembangkan
early detection system yang dapat mendeteksi secara dini
transaksi, proses, dan aplikasi yang bersifat anomali dan memiliki potensi fraud risk. Sistem tersebut secara otomatis
akan memberikan alert terhadap transaksi yang memiliki risiko fraud. Tindak lanjutnya adalah proses investigasi
data alert, baik secara on-desk maupun onsite review, untuk memastikan apakah benar telah terjadi kejadian
fraud
sehingga Bank dapat dengan cepat melakukan langkah mitigasi dan penanganan yang cepat, akurat,
dan terencana fraud respon plan. Mengingat proses pengembangan deteksi fraud merupakan proses panjang
dan berkelanjutan, maka manajemen akan memfokuskan pada bisnis yang memiliki fraud risk yang signifikan. Untuk
itu bisnis yang diutamakan adalah:
1. Segmen Retail Payment Deposit Cabang, EDC
Merchant, dan E-Channel 2.
Segmen Retail Financing Mikro, Kartu Kredit, Consumer Loan
3. Segmen Wholesale Business Banking sd 2 milyar
4. Fraud Control System yang saat ini telah dimiliki antara
lain: t
Fraud Control System Credit Card t
Fraud Control System Debit Card
berkarya untuk indonesia | 2014
407
t Merchant Monitoring System
t Internet Mobile Banking Monitoring System
t Anti Fraud Application System
t Early Detection System Mikro
Fraud Control System yang saat ini sedang dan akan dikembangkan antara lain:
t Fraud Detection System for Branch
t Fraud Control System untuk Business Banking
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
Untuk mencegah dan memitigasi risiko akibat transaksi pencucian uang dan pendanaan terorisme, Bank telah
menerapkan proses due diligence dan pengelolaan risiko terhadap nasabah mengacu kepada ketentuan Bank
Indonesia mengenai Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. Proses due diligence dan pengelolaan
risiko ini didasarkan pada prinsip risk-based approach yang mengidentifikasi, mengklasifikasi, memantau
dan mengelola risiko transaksi oleh nasabah atas dasar karateristik produk, nasabah dan geografis negara, cross-
border
.
Business Continuity Management
Untuk menjamin kelangsungan bisnis operasional Bank dalam kondisi bencana, Bank memiliki rencana
komprehensif yang terdokumentasi, teruji dan tercakup dalam Business Continuity Management BCM. BCM
meliputi Emergency Response Plan ERP, Disaster Recovery Plan
DRP dan Business Continuity Plan BCP. ERP adalah panduan yang digunakan untuk menjamin keamanan
dan keselamatan jiwa pegawai dalam kondisi bencana, DRP adalah rencana kerja untuk persiapan pemulihan
dari bencana yang berdampak kepada layanan Teknologi Informasi, sedangkan BCP adalah prosedur informasi
yang dibuat untuk menjaga kelangsungan operasional
suatu unit kerja.
5. SIMULASI KONDISI TERBURUK STRESS TESTING
Stress testing dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan Bank dalam menghadapi suatu skenario
kejadian eksternal yang ekstrim exceptional tetapi mungkin terjadi plausible dan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan contingency plan, serta sebagai pemenuhan ketentuan regulasi. Bagi Bank,
stress testing memiliki tujuan untuk mengestimasi besarnya kerugian, mengestimasi ketahanan modal
Bank dalam menyerap kerugian serta mengidentiikasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
memitigasi risiko dan menjaga modal. Ada dua jenis stress testing yang dilakukan Bank, yaitu: sensitivity
shock analysis dan scenario analysis historikal maupun
hipotetis. Simulasi stress testing didukung oleh skenario yang
aktual, model-model yang komprehensif dan sistem perhitungan yang terotomasi. Model stress testing
mencakup jenis-jenis risiko utama yaitu risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Untuk risiko kredit,
model stress testing dikembangkan untuk mencakup segmen wholesale, consumer dan retail, dengan
mengacu kepada best practice, antara lain melalui pemodelan ekonometrika yang menghubungkan faktor
risiko kredit dengan faktor makro ekonomi. Pada tahun 2014, terdapat banyak kondisi yang
mempengaruhi dari global dan regional seperti pemulihan kondisi ekonomi di negara-negara Eropa
yang tidak merata, melambatnya pertumbuhan di negara maju dan China, kenaikan Fed Fund Rate,
volatilitas di pasar keuangan yang tetap tinggi serta isu-isu dalam negeri yang terjadi seperti kondisi politik
terkait pemilu. Bank Mandiri melakukan stress testing triwulanan
menggunakan standard shock parameter dan
berkarya untuk indonesia | 2014
408
skenario yang mensimulasikan kondisi stress serta mempersiapkan contigency plan apabila kondisi
mengarah pada kondisi krisis. Selama tahun 2014 dilakukan beberapa simulasi scenario analysis untuk
skenario baseline, moderate dan worst dengan mengacu kondisi saat terkini maupun historical issue
global maupun issue dalam negeri seperti kenaikan harga bahan bakar bersubsidi, nilai tukar USDIDR,
inlasi serta suku bunga acuan Bank Indonesia. Bank Mandiri telah melalui global inancial crisis
tahun 2008 dan krisis Eropa tahun 2011 relatif tanpa kerugian maupun goncangan yang berarti. Namun
demikian selama tahun 2014 Bank Mandiri tetap melanjutkan aktivitas Business Command Center sebagai
crisis management center yang terintegrasi untuk mengantisipasi dampak krisis dan resesi global. Atas
strategi antisipasi kondisi krisis ini, Bank Mandiri pernah mendapatkan penghargaan dalam Asian Banker Risk
Management Award untuk kategori Achievement in Liquidity Risk Management Award.
6. RISIKO LAIN
Disamping risiko-risiko utama, Bank juga memahami adanya risiko-risiko lain yang harus dikelola, antara lain
risiko kepatuhan, hukum, reputasi, strategik, teknologi informasi, kompetitor, human resources dan risiko
business interruption. Keseluruhan risiko tersebut bersama dengan risiko-risiko utama setiap tahunnya
dinilai dan diukur secara top-down oleh manajemen melalui sistem voting Enterprise Risk Assessment.
Secara bottom-up juga dilakukan pengukuran melalui Proil Risiko setiap triwulanan.
Pengelolaan risiko-risiko lain dilakukan melalui Risk
Management Committee serta dilakukan secara
langsung oleh unit kerja pendukung, antara lain Compliance Unit, Legal Unit, Corporate Secretary dan IT
Operations Unit. Dalam hal risiko hukum, Bank terus berusaha
meningkatkan pengendalian risiko hukum, antara lain dengan menempatkan Legal Oicers di Unit-Unit Kerja
Kantor Pusat dan Regional Oices yang berkewajiban untuk memastikan setiap kegiatantransaksi telah
mendapat kajian dari sisi hukum. Dalam hal risiko stratejik, Bank melakukan review kinerja
dan evaluasi kebijakan penyusunan target bisnis dan melakukan langkah-langkah perbaikan dalam rencana
strategi dan target bisnis dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal, apabila diperlukan. Bank
juga terus mengupayakan penguatan implementasi program pendukung pengelolaan kinerja keuangan
melalui pengembangan automated budgeting, PMS
enhancement , dan pengembangan Executive Information
System EIS.
Dalam hal risiko kepatuhan, Bank memiliki Code of Conduct
sebagai pedoman berperilaku dan merupakan bagian budaya perusahaan corporate culture. Dalam
tahap perencanaan strategis, Bank selalu menilai kecukupan kepatuhan terhadap peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. Bank juga telah menerapkan sistem rotasi mutasi kepada sebagian
karyawan serta pejabat bank secara konsisten dan komprehensif, terutama yang menduduki posisi
strategis. Dalam hal risiko reputasi, Bank telah memiliki standar
layanan nasabah yang dimonitor secara berkala dan dijadikan sebagai bagian KPI Cabang. Bank memiliki
Contact Center sehingga nasabah dapat langsung
menyampaikan keluhan dan inquiry mengenai produk dan layanan Bank. Bank juga secara aktif melakukan
Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan di
bidang pendidikan, kesehatan, budaya, olahraga, lingkungan hidup, sarana ibadah dan bantuan korban
bencana alam.
7. VALIDASI MODEL
Bank Mandiri memiliki suatu unit kerja validasi yang independen di dalam Direktorat Risk Management
sebagai bagian dari pengendalian intern bagi Bank, dan dalam rangka memberikan quality assurance terhadap
pengembangan model, serta sebagai pemenuhan ketentuan Bank Indonesia. Ruang lingkup dari unit kerja
ini adalah melakukan validasi seluruh model risiko yang
berkarya untuk indonesia | 2014
409
dipergunakan serta model yang akan dikembangkan di Direktorat Risk Management. Selain daripada itu, unit
validasi ini aktif terlibat dalam proses advisory terhadap pengembangan dan perbaikan model risiko.
Pada tahun 2014 telah dilakukan validasi terhadap 16 model risiko kredit yang mencakup model scoring dan
rating antara lain application scoring untuk segmen mikro produk KSM Payroll, kartu kredit, produk dari
Mandiri Tunas Finance dan rating untuk inancial institution, model parameter risiko Basel II probability
of default untuk segmen mikro dan consumer serta loss
given default untuk segmen consumer. Sedangkan
advisory yang diberikan mengenai perhitungan
Counterparty Credit Risk menggunakan metode
Standardized Approach SA-CCR, perhitungan Cost of
Equity CoE berdasarkan metode Implied Approach
dan CAPM, serta pemodelan stress test menggunakan model Vector Autoregressive VAR.
Proses validasi model risiko juga diveriikasi oleh Direktorat Internal Audit untuk memastikan bahwa
proses validasi yang dilakukan telah sejalan dengan prinsip Good Corporate Governance.
PENGELOLAAN RISIKO TERKONSOLIDASI
Konsolidasi manajemen risiko telah dimulai secara bertahap sejak tahun 2008 sejalan dengan diterbitkan
ketentuan BI nomor 86PBI2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank Yang
Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak. Tahapan tersebut hingga saat ini merupakan salah satu
inisiatif strategik unit kerja manajemen risiko di Bank Mandiri dan secara berkala dikomunikasikan dengan
BI dalam forum mengenai diskusi proil risiko ataupun Risk Based Bank Rating. Hal tersebut dipandang penting
karena Bank Mandiri memahami bahwa kelangsungan usahanya juga dipengaruhi oleh eksposur risiko yang
timbul secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan usaha Perusahaan Anak.
Bank Mandiri melakukan penerapan manajemen risiko secara konsolidasi perusahaan anak yang beroperasi
di Indonesia dan di luar wilayah Indonesia dengan tetap memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko
dan disesuaikan dengan yurisdiksi otoritaspengawas setempat, serta mempertimbangkan karakteristik bisnis
masing-masing perusahaan anak. Konsep konsolidasi manajemen risiko di Bank Mandiri
dan perusahaan anak secara umum dibagi menjadi 2 dua bagian besar, yaitu:
1. First Line, yang berkaitan dengan pemenuhan ketentuan PBI nomor 86PBIPBI2006 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank Yang Melakukan Pengendalian Terhadap
Perusahaan Anak. 2. Second Line, yang lebih merupakan pendekatan
kebutuhan internal Bank Mandiri secara keseluruhan yang mencakup perangkat tools, kesadaran risiko
awareness, tata kelola perusahaan governance, dan sistem informasi manajemen risiko system.
Konsolidasi manajemen risiko bertujuan untuk memberikan nilai tambah kepada stakeholder karena
secara tidak langsung membentuk lingkungan bisnis yang progresif namun aman, memenuhi ketentuan BI
yang berkait dengan proses konsolidasi manajemen risiko beserta laporannya, dan monitoring eksposur
risiko aktivitas bisnis perusahaan anak sehingga dapat diambil langkah-langkah mitigasi pada kesempatan
pertama.
Bank Mandiri melaksanakan konsolidasi pengelolaan risiko dengan perusahaan anak yang bergerak di
bidang keuangan Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri Europe, Bank Sinar Harapan Bali, Mandiri Sekuritas,
AXA Mandiri Financial Services, Mandiri Tunas Finance, Mandiri International Remittance, Mandiri AXA General
Insurance, dan InHealth secara bertahap. Sebagai kerangka bagi proses konsolidasi manajemen risiko,
telah dilaksanakan penyelarasan kebijakan dan ketentuan antara Bank sebagai perusahaan induk
dengan perusahaan-perusahaan anak tersebut. Demi meningkatkan pemahaman pengelolaan risiko
di Bank dan perusahaan anak, pada tahun 2014 telah diselenggarakan Forum Enterprise Risk Management
FERMA setiap triwulanan, Annual Risk Consolidation
berkarya untuk indonesia | 2014
410
Forum ARCC, Risk Awareness Survey RAWS, pelatihan penggunaan risk management tools, serta pelatihan
penerapan pengelolaan risiko sesuai dengan kebutuhan perusahaan anak. Bank juga telah melakukan
pengembangan RPX system dengan platform yang lebih komprehensif agar dapat diakses secara online
oleh perusahaan anak dan dilakukan penambahan fasilitas lainnya sehingga diharapkan laporan Proil
Risiko secara konsolidasi dapat berjalan dengan lebih baik.
Bank Mandiri melakukan pengelolaan risiko baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan
perusahaan anak. Berdasarkan posisi Desember 2014, Bank Mandiri melakukan self assessment proil risiko
secara individual dan secara konsolidasi dengan perusahaan anak dengan hasil akhir yang menunjukkan
bahwa kemungkinan Bank Mandiri dan perusahaan anak mengalami kerugian tergolong sangat rendah
dan memiliki kualitas manajemen risiko yang sangat memadai dengan kelemahan minor yang dapat
diabaikan. Hasil penilaian proil risiko tersebut menunjukkan
bahwa kualitas penerapan manajemen risiko Bank Mandiri secara konsolidasi dengan perusahaan anak
telah dilakukan dengan baik, tanpa menunjukkan perbedaan signiikan dalam aktivitas pengelolaan risiko,
sehingga secara komposit menunjukkan peringkat risiko yang rendah dan penerapan manajemen risiko
yang sangat baik.
SASARAN STRATEGIS MANAJEMEN RISIKO 2015
Dalam rangka mendukung pertumbuhan bisnis dan mengantisipasi perubahan kondisi makroekonomi
serta penerapan regulasi baru, Bank Mandiri secara berkelanjutan akan mengembangkan infrastruktur dan
kapabilitas manajemen risiko, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pengelolaan asset liability
untuk optimalisasi risk reward
dan pengelolaan risiko likuiditas sesuai Basel III Bank Mandiri senantiasa melakukan continous
improvement atas penerapan metodologi dan alat ukur risiko dengan mengacu kepada ketentuan
regulator maupun international best practices. Untuk pengelolaan risiko likuiditas, Bank Mandiri
dalam proses persiapan implementasi ketentuan Basel III, khususnya mengenai perhitungan Liquidity
Coverage Ratio
LCR dan Net Stable Funding Ratio NSFR. Di samping itu, pengembangan liquidity
contingency plan juga terus dilakukan dalam rangka mengantisipasi dampak krisis ekonomi global. Untuk
risiko suku bunga pada banking book, Bank Mandiri sedang menyempurnakan metodologi pengukuran
risiko yang digunakan dalam analisa static, dynamic dan stochastic ALM dan melakukan pembaruan atas
sistem yang digunakan.
2. Pengelolaan Market Risk - trading book atas holistic
wholesale transaction product suite. Seiring dengan berkembangnya pasar finansial
dan perluasan fungsi Cabang Luar Negeri sebagai money center, telah mendorong bank untuk
melakukan pengembangan produk-produk baru dalam aktivitas Treasury. Dalam rangka memperkuat
pengelolaan risiko pasar atas pengembangan produk baru tersebut, diperlukan suatu penerapan
integrated market risk management termasuk didalamnya melakukan review atas holistic wholesale
transaction product
secara menyeluruh. Selanjutnya, penerapan ketentuan perhitungan modal untuk
risiko pasarsesuai Basel II diimplementasikan dengan Internal Model yang telah melalui pengembangan
dengan menggunakan historical simulation. Untuk pengelolaan aktivitas treasury secara end to end, Bank
Mandiri melakukan pengembangan sistem yang akan mendukung integrasi market risk dengan kegiatan
Treasury melalui implementasi New Treasury Core System.
3. Pengelolaan Risiko Operasional secara konsolidasi
untuk pengelolaan sehari-hari: a.
Pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan risiko operasional yang akan
diimplementasikan ke seluruh Unit Kerja.
b. Pengembangan dan sinkronisasi framework
berkarya untuk indonesia | 2014
411
pengelolaan risiko operasional Kantor Luar Negeri KLN dan Perusahaan Anak PA
untuk mendapatkan profil risiko operasional konsolidasi.
c. Penyempurnaan efektivitas kajian atas Produk
atau Aktivitas Baru PAB, Pedoman Kerja Kebijakan, SPO, PTO, MP, MPO dan Inisiatif
Strategis IT SDLC melalui prioritisasi review terhadap produk dan aktivitas yang memiliki
risiko melekat dengan dampak yang signifikan bagi Bank sehingga tindakan mitigasi risiko
operasional sejalan dengan bisnis Bank.
d. Pengembangan Project Operational Risk System
untuk memenuhi ketentuan regulasi terkait Risk- Based Bank Rating
RBBR. e. Pengembangan
framework penyusunan RBBR
dan pengembangan metode forward looking dan rating tools
secara spesifik. 4.
Pengelolaan Risiko Operasional secara konsolidasi untuk optimalisasi perhitungan modal
a. Penyediaan Operational
Risk Measurement melalui implementasi dan perbaikan framework
Operational Risk yang meliputi Governance, Internal Loss Data, External Loss Data, Scenario
Analysis, Risk Control Self Assessment, Reporting, Training, Culture
dan Awarenes b.
Pengembangan model perhitungan Capital Charge
untuk risiko operasional melalui Project ERM Implementation Basel II - Advanced
Measurement Approach AMA Roadmap.
c. Pencatatan data kerugian risiko operasional oleh
unit kerja secara baik dan benar. 5.
Pengembangan dan penyempurnaan framework dan infrastruktur serta tools untuk credit risk management
dan portfolio management, yang selaras dengan penerapan regulasi internasional dan best practices,
dengan inisiatif-inisiatif sebagai berikut:
a. Mengembangkanmenyempurnakan rating
model untuk segment Corporate secara sectoral pada sektor-sektor prioritas.
b. Mengembangkan Basel II risk parameters PD,
LGD, EAD untuk Wholesale Retail exposures. c. Mengembangkan
spreadsheet sesuai sektor-
sektor prioritas. d. Memperbaiki proses kredit untuk sektor-sektor
prioritas melalui pengembangan value chain. e. Mengembangkan
Portfolio Guideline dan Industry
Classification sesuai sektor-sektor prioritas.
6. Mengembangkan dan menyempurnakan framework
dan infrastruktur untuk menciptakan proses manajemen risiko dan Enterprise Risk Management
ERM yang komprehensif dan terintegrasi, dengan inisiatif-inisiatif sebagai berikut:
a. Implementasi Internal Capital Adequacy
Assessment Process ICAAP dan capital planning.
b. Mengembangkan ERM System dalam rangka
implementasi Basel II III dan implementasi value based management
menggunakan parameter RoRWA.
c. Mengembangkanmenyempurnakan risk
management consolidation policy, framework, methodology system
, berdasarkan ISO 31000. d. Mengembangkan
integrated stress testing system untuk risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko
pasar di Bank Mandiri dan perusahaan anak. e. Mengembangkan
risk data aggregation risk reporting
sesuai standar Basel Committee dan best practice methodology system
, berdasarkan ISO 31000.
berkarya untuk indonesia | 2014
412
retail risk
Bank Mandiri berambisi untuk menjadi ASEAN market leader pada tahun 2020. Berbagai pencapaian dan prestasi
yang telah diraih selama ini menjadi modal yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu strategi untuk
mencapai tujuan besar tersebut adalah memperkuat segmen retail banking, dimana segmen tersebut
diharapkan untuk tumbuh signifikan secara konsisten setiap tahun.
Selain tumbuh dengan cepat, segmen retail banking juga harus tumbuh dengan sehat untuk menghasilkan
keuntungan yang sustainable. Untuk memastikan pertumbuhan portfolio yang sehat, Direksi Bank Mandiri
telah memutuskan untuk membentuk Direktorat Retail Risk pada akhir tahun 2013. Direktorat baru ini akan berperan
sebagai business enabler yang akan memastikan portfolio produk retail banking berkembang secara berkelanjutan
sustainable, dengan kinerja yang terprediksi dan stabil.
Walaupun Direktorat Retail Risk baru terbentuk, pengelolaan retail risk bukan merupakan hal yang baru
bagi Bank Mandiri. Sebelum terbentuknya direktorat ini, fungsi pengelolaan retail risk telah dilaksanakan oleh
Consumer Risk Group dan Retail Risk Group dibawah supervisi Direktorat Risk Management.
Direktorat Retail Risk didukung oleh beberapa group yang bertugas untuk mengawal pemberian kredit segmen retail
secara end-to-end sejak tahap perencanaan produk, proses akuisisi kredit, sampai dengan proses penyelesaian dan
penagihan kredit. Disamping menjaga pertumbuhan kredit segmen retail, Direktorat Retail Risk juga berkomitmen
untuk memberikan rasa aman kepada seluruh nasabah bank dalam bertransaksi menggunakan produk atau
electronic channel Bank Mandiri dengan menyusun dan mengimplementasikan strategi pencegahan serta
penanganan tindakan fraud yang komprehensif.
Direktorat Retail Risk dipimpin oleh SEVP Retail Risk yang membawahi tiga grup yaitu retail risk group, fraud and
collection management group, dan decision management group. SEVP Retail Risk bertanggung jawab kepada Direktur
Utama.
PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2014
Sejak resmi terbentuk, Direktorat Retail Risk langsung ‘tancap gas’ untuk turut berpartisipasi dalam mewujudkan
Corporate Plan Bank Mandiri tahun 2020, melalui beberapa inisiatif untuk mendukung unit bisnis dalam memperluas
market dan untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah. Beberapa inisiatif yang telah
direalisasikan pada tahun 2014 antara lain:
t Memfasilitasi debitur-debitur mikro untuk terus
mengembangkan skala usahanya melalui program Debtor Path.
t Program ini dikembangkan bekerjasama dengan
unit bisnis, dengan tujuan memberikan kemudahan kepada debitur-debitur skala mikro yang berpotensi
tinggi, dalam mendapatkan akses modal yang lebih besar untuk meningkatkan skala usaha. Selama
pelaksanaan pilot project Debtor Path di 2014, kami berhasil mengidentifikasi lebih dari 2.200 debitur
mikro yang siap untuk beralih menjadi debitur SME untuk mengembangkan skala usahanya. Usaha-usaha
untuk peningkatan usaha debitur ini sangat selaras dengan misi Bank Mandiri untuk senantiasa tumbuh
bersama-sama dengan nasabah.
t Memperkuat peran Retail Risk dengan terlibat dalam
proses akuisisi baru pada kredit segmen business banking limit ≤ 2 miliar.
t Retail Risk Officers membantu unit bisnis di wilayah
dalam melakukan analisa kredit sehingga unit bisnis dapat semakin fokus pada akselerasi ekspansi sesuai
kriteria dan target market. Dengan sinergi yang baik antara unit bisnis dan unit risk, di tahun 2014 portfolio
yang terbentuk dengan proses akuisisi baru pada segmen ini berkembang mencapai 817 miliar dengan
tingkat NPL yang sangat terjaga baik pada level 0.38.
t Mengembangkan website lelang agunan Bank
Mandiri.
berkarya untuk indonesia | 2014
413
t Website ini dikembangkan untuk memudahkan
publik dalam mengakses agunan kredit bermasalah yang akan dilelang. Informasi terkait pelelangan
agunan tersebut disajikan secara jelas dan transparan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam proses
lelang. Website ini mempermudah proses marketing lelang agunan sehingga turut andil dalam menunjang
peningkatan hasil recovery kredit pada tahun 2014 sebesar 24 dibandingkan pada tahun 2013.
t Mengintegrasikan sistem pendeteksi fraud ke dalam
sistem akuisisi kredit mikro. Sistem tersebut mampu mendeteksi potensi fraud pada dua titik : sebelum
aplikasi kredit disetujui pre-disbursement dan segera setelah aplikasi kredit disetujui immediate
post-disbursement. Dengan pendeteksian potensi fraud secara dini, tingkat kerugian bank akan dapat
diminimalisir. Selama tahun 2014, sistem ini berhasil mendeteksi 1.300 aplikasi kredit masuk yang
terindikasi fraud sehingga menghindarkan bank dari potensi kerugian sebesar Rp99 miliar.
RENCANA DAN STRATEGI TAHUN 2015
Tahun 2015 adalah tahun yang sangat menantang bagi Bank Mandiri, tidak terkecuali bagi segmen kredit
retail. Untuk terus mengawal pertumbuhan kredit retail serta memberikan rasa aman kepada nasabah dalam
bertransaksi dengan Bank Mandiri, Direktorat Retail Risk fokus pada beberapa prioritas sebagai berikut:
t Membentuk Decision Management Group untuk
memperkuat data-driven decision making processes. t
Grup ini akan berfungsi sebagai penyedia data dan analisa bagi unit-unit lain untuk pengambilan
keputusan. Pemrosesan data dan analisa yang terkonsolidasi akan mempercepat pengambilan
keputusan dan meningkatkan efisiensi bank.
t Penguatan peran Regional Risk Head di wilayah.
t Dalam struktur organisasi baru yang
diimplementasikan di wilayah, Regional Risk Head berperan untuk mengontrol dan mensupervisi
eksposur risiko pada portfolio Bank Mandiri, termasuk di antaranya portfolio kredit retail dan transaction
products, secara end-to-end. Regional Risk Head berkewajiban mengawal pertumbuhan bisnis dengan
risk dan retuirn yang sesuai dengan appetite bank, dan comply terhadap ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
t Meningkatkan peran sebagai business enabler.
t Dalam mendukung visi bank untuk deepening
relationship dan integrate the bank, Retail Risk bersama unit-unit bisnis menggarap skema ekspansi
bisnis dengan memanfaatkan jaringan value chain dan anchor client Bank Mandiri, antara lain ekspansi
kredit di sektor Fast Moving Consumer Goods FMCG, Construction Building, dan Health Care.
t Meningkatkan kualitas proses akuisisi kredit segmen
retail. t
Pertumbuhan kredit retail akan sehat apabila diawali dengan proses akuisisi kredit yang baik. Penguatan
atas proses kredit yang terpusat pada sentra pemrosesan kredit Loan Factory menjadi salah
satu fokus utama Direktorat Retail Risk. Melalui Loan Factory, Retail Risk menerapkan standarisasi proses
underwriting kredit, khususnya kredit konsumtif, dengan pola pemrosesan ‘conveyor belt’. Independensi
proses kredit pada loan factory juga ditingkatkan dengan memperkuat fungsi 3 pilar penunjang proses
kredit unit bisnis, unit pengelola risiko, dan unit credit operations. Dalam memperkuat proses akuisisi,
Retail Risk akan melakukan pengembangan untuk mengintegrasikan data eksternal dalam application
scorecards untuk meningkatkan kemampuan sistem menyeleksi calon debitur yang berkualitas.
Terus meningkatkan keamanan transaksi nasabah dalam rangka meningkatkan jumlah transaksi.
Direktorat Retail Risk berkomitmen untuk melakukan investasi sistem Fraud Risk Management sehingga dapat
berkarya untuk indonesia | 2014
414
melakukan deteksi lebih dini atas potensi terjadinya fraud pada seluruh chaninel. Sistem ini juga akan memiliki
kemampuan untuk mempelajari dan beradaptasi untuk mendeteksi modus-modus fraud baru sehingga akan
memberikan perlindungan yang maksimal kepada nasabah. Nasabah akan merasa lebih aman dan nyaman
untuk bertransaksi menggunakan produk maupun channel sehingga akan mendorong peningkatan jumlah transaksi
secara keseluruhan.
Pemisahan fungsi unit kerja pendeteksi fraud. Retail Risk akan memisahkan fungsi fraud prevention
strategy dengan fraud prevention operations ke dalam unit yang terpisah. Dengan pemisahan fungsi tersebut,
diharapkan unit-unit terkait akan lebih efisien dan fokus pada pengembangan strategi untuk pencegahan tindakan
fraud dan pada pelaksanaan operasional deteksi tindakan fraud.
Mengimplementasikan automated collection system untuk segmen mikro dan business banking.
Dengan terintegrasinya segmen mikro dan business banking ke dalam automated collection system,
kegiatan credit collection untuk seluruh produk kredit retail akan terlaksana secara sistematis. Proses yang
sistematis diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kualitas kredit yang disalurkan.
Memperkuat scorecard untuk aktivitas collection dan recovery.
Untuk mengoptimalkan upaya-upaya penagihan kredit bermasalah, Retail Risk akan melakukan penyempurnaan
dan penguatan model scoring collection dan recovery untuk mendukung pelaksanaan strategi-strategi
penyelamatan kredit.
Selain fokus pada peningkatan pengelolaan risiko retail di internal perusahaan, kami juga akan terus meningkatkan
sinergi dan supervisi dengan perusahaan anak dalam pengelolaan risiko retail. Sinergi dan supervisi ini akan
saling menguntungkan karena baik Bank Mandiri maupun perusahaan anak memiliki expertise serta pengalaman
pengelolaan risiko yang ekstensif, sehingga portfolio kredit retail Bank Mandiri secara keseluruhan akan tumbuh
dengan cepat, aman, dan sehat.
berkarya untuk indonesia | 2014
415
berkarya untuk indonesia | 2014
416
transaction banking
Transactional Banking menjadi amunisi tambahan bagi Bank Mandiri guna memenangkan persaingan di pasar.
Krisis finansial yang terjadi sejak tahun 2008 membawa dampak antara lain berkurangnya likuiditas dan
meningkatnya risiko bisnis. Untuk menghadapinya, perusahaan dituntut untuk meningkatkan efisiensi
keuangan khususnya dalam pengelolaan likuiditas. Seluruh Bank terus berupaya untuk meningkatkan hubungan
dengan nasabah melalui layanan yang memberikan pendapatan lebih stabil seraya mengurangi tekanan
terhadap kecukupan modal dan likuiditas bank itu sendiri.
Layanan bank yang memiliki karakteristik di atas umumnya adalah layanan yang berbasis transaksi antara lain
payment cash management dan trade related services. Selain itu, industri perbankan terus mengembangkan
layanan transaction banking kepada Nasabah sebagai funding engine agar dapat meningkatkan likuiditas Bank.
Menyadari besarnya customer base baik segmen wholesale maupun retail, Bank Mandiri membentuk Direktorat
Transaction Banking yang tidak hanya melayani kedua segmen tersebut secara terpisah, namun juga memberikan
layanan terintegrasi sehingga potensi bisnis nasabah dapat digarap secara end to end.
Guna memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan mewujudkan visi menjadi Bank
Terbesar di ASEAN pada 2020, Direktorat Transaction Banking mengembangkan platform transaction banking
yang terintegrasi dari sisi wholesale sampai dengan retail, yang diikuti dengan mengembangkan platform
transactions banking untuk beberapa sector solutions dan diperkuat melalui pengembangan jaringan e-Channel
seperti penambahan mesin ATM, EDC, Gerbang Tol Otomatis GTO serta memperbarui user experience
e-Channel yang ada.
Terdapat tiga bagian utama transaction banking yang menjadi tulang punggung Direktorat, yakni Transaction
Banking Product Development, Transaction Banking Sales dan Transaction Banking Retail.
Fungsi utama Transaction Banking Product Development adalah melakukan pengembangandesain produk
terintegrasi yang berfokus pada inovasi, produktifitas dan profitabilitas produk dengan eksposur risiko produk yang
terjaga. Fungsi utama Transaction Banking Sales adalah memasarkan produk dan solusi transaction banking
kepada Nasabah dan menjadi subject matter expert bagi Relationship Manager. Sedangkan fungsi utama Transaction
Banking Retail adalah mengembangkan electronic banking channel sehingga nasabah retail dapat mengakses produk
dan layanan Bank dengan mudah, nyaman dan efisien.
PETA PERSAINGAN
Untuk menghadapi pesaing utama, Bank Mandiri melalui Direktorat Transaction Banking terus menjalin hubungan
baik dengan berbagai institusi nasabah baik BUMN maupun swasta. Hal tersebut dapat terlihat melalui market
share Trade ekspor yang meningkat 29.8 dan 32 untuk Trade Impor dibandingkan tahun sebelumnya serta
peningkatan 28.4 untuk market share Bank Garansi. Selain hal tersebut, dukungan jaringan yang luas melalui 1.415
Cabang, 15.344 ATM dan 270.352 EDC serta fitur e-banking yang lengkap menegaskan posisi Bank Mandiri dalam peta
persaingan usaha.
Di luar pencapaian tersebut, Direktorat Transaction Banking terus menciptakan peluang bisnis melalui pemasaran
solusi value chain dan e-commerce yang saat ini masih belum banyak tersedia di pasar dan peluang pemanfaatan
DASAR PEMBENTUKAN DIREKTORAT TRANSACTION BANKING
berkarya untuk indonesia | 2014
417
jaringan cabang, ATM, dan EDC yang dimiliki Bank Mandiri. Dalam pemberian layanan prima kepada Nasabah,
Direktorat Transaction Banking melakukan aliansi dan kolaborasi dengan direktorat lain untuk menjalin
hubungan baik dengan nasabah, pengembangan platform sesuai kebutuhan nasabah, pengembangan
inisiatif strategis dan kerja sama dalam mengoptimalkan peningkatan wallet share di masing-masing nasabah
anchor beserta supplier dan distributornya maupun dari wilayah distribution network.
STRATEGI PENGEMBANGAN SDM
Sebagai direktorat yang baru berdiri, Direktorat Transaction Banking secara aktif melakukan perekrutan pegawai
untuk mengisi posisi kunci yang tersedia. Selain itu, secara berkesinambungan melakukan pelatihan dan peningkatan
kapasitas kompetensi pegawai untuk memenuhi gap yang ada.
Berikut strategi pengembangan Sumber Daya Manusia SDM Transaction Banking:
1. Pemenuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan bisnis baik dari internal maupun eksternal bank. Pemenuhan
dari internal diantaranya melalui pemenuhan dari Staff Development Program SDP Officer Development
Program ODP baru dan mutasi dari unit di luar Transaction Banking. Pemenuhan dari eksternal bank
diantaranya melalui rekrutmen pegawai eksternal Bank untuk jabatan user experience dalam rangka
memenuhi perkembangan kebutuhan bisnis.
2. Bekerja sama dengan Mandiri University melakukan pengembangan kompetensi pegawai baik yang terkait
technical maupun managerial competency melalui kegiatan classroom training, e-learning, workshop,
sertifikasi, projectassignment dan sebagainya. Pengembangan tidak hanya untuk pegawai internal
Transaction Banking, tetapi juga untuk stakeholder unit kerja terkait dengan Transaction Banking, misalnya
dengan mengadakan sosialisasi produk dan layanan Transaction Banking kepada unit kerja terkait.
3. Meningkatkan engagement pegawai, melalui kegiatan Tim Internalisasi Budaya TIB, seperti apresiasi ulang
tahun pegawai spouse, sehingga pegawai nyaman bekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan
engagement pegawai dimaksud.
EMPAT SEKTOR FOKUS TRANSACTION BANKING
Kunci sukses keberhasilan transaction banking adalah seberapa tepat solusi yang ditawarkan memenuhi
kebutuhan nasabah. Direktorat Transaction Banking fokus untuk melakukan pengembangan solusi pada 4 empat
sektor yaitu Healthcare, Telekomunikasi, Port dan Fast Moving Consumer Goods FMCG.
Solusi yang diberikan untuk entitas di masing-masing sektor adalah layanan transaksi pada sisi collection dan
payment, termasuk membantu dalam pengelolaan likuiditas seluruh anggota ekosistem. Dengan semakin
meningkatnya kenyamanan nasabah dalam bertransaksi di Bank Mandiri diharapkan nasabah akan meningkatkan
pengendapan dananya di Bank. Khusus terkait dengan sektor healthcare, berdasarkan data bulan Desember 2014,
Bank Mandiri menguasai 66 volume collection BPJS sebesar Rp23,4 T. Tentunya penerimaan premi ini akan terus
meningkat setiap tahunnya. Selain itu, pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan ke provider nya merupakan peluang
bagi Bank Mandiri untuk meningkatkan pengendapan dana. Apabila Bank Mandiri dapat mengakuisisi provider
BPJS Kesehatan, pembayaran klaimnya tentu akan mengalir ke Bank Mandiri.
Selain itu, mengakuisisi perusahaan asuransi kesehatan seperti InHealth yang memiliki jaringan terluas di
Indonesia, bisnis dapat diraih antara lain adalah pengendapan dana yang berasal dari penerimaan
premi peserta sebesar Rp1,7 Triliun per tahun termasuk pengendapan dana provider dokter, rumah sakit dan
apotek yang berasal dari pembayaran klaim sebesar Rp860 Miliar per tahun.
berkarya untuk indonesia | 2014
418
Solusi industri, baik solusi Healthcare, Port, FMCG maupun Telco, diharapkan dapat memberikan competitive
advantage bagi Bank Mandiri yang tidak mudah ditiru pesaing, sehingga dapat mewujudkan visi Bank Mandiri
menjadi Bank Terbesar di ASEAN pada 2020.
BISNIS LEBIH SUSTAIN
Formulasi dasar pembentukan bisnis transaction banking sudah dimulai sejak penyusunan Corporate Plan 2009-2014
pada tahun 2008. Kondisi persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan atas likuiditas, mendorong Bank Mandiri
mengintegrasikan seluruh lini bisnis yang berkaitan dengan transaction banking menjadi satu Direktorat, yaitu
Direktorat Transaction Banking. Pengintegrasian tersebut diharapkan dapat meningkatkan fokus dan sinergi untuk
mendorong transaksi nasabah. Transaction Banking tidak hanya memberikan pelayanan transaksi, akan tetapi
juga mencakup bisnis turunannya sehingga potensi dari transaction banking ini sungguh besar.
Transaction Banking Product Development, Transaction Banking Sales dan Transaction Banking Retail secara
bersama-sama bersinergi menghasilkan produk dan solusi yang dibutuhkan nasabah. Dengan menyediakan produk
dan solusi yang dibutuhkan, diharapkan loyalitas Nasabah akan semakin meningkat sebab semua kebutuhannya
telah dapat terpenuhi dengan hanya berbank bersama Bank Mandiri. Hal ini pada akhirnya membuat pelayanan
bisnis Transaction Banking lebih berkelanjutan atau sustain. Dana yang diperoleh dari nasabah akan lebih
stabil mengendap dan fee yang diperoleh akan meningkat seiring dengan berkembangnya bisnis nasabah.
Dampak positif dari kehadiran Transaction Banking adalah semakin banyak dana murah yang masuk ke Bank. Dengan
memperoleh dana murah, Bank lebih kompetitif untuk menjaga likuiditasnya dan lebih leluasa untuk menyalurkan
kredit. Selain itu, hadirnya dana murah akan membuat cost of fund Bank menjadi lebih rendah sehingga bunga kredit
yang ditawarkan akan lebih kompetitif.
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT TRANSACTION BANKING
Struktur organisasi Direktorat Transaction Banking adalah sebagai berikut:
berkarya untuk indonesia | 2014
419
KINERJA 2014
Secara keseluruhan, kinerja Transaction Banking menunjukkan hasil menggembirakan yang secara garis
besar dapat digambarkan peningkatan sebagai berikut:
1. Segmen Wholesale, apabila dibandingkan tahun 2013,
volume transaksi Trade meningkat signifikan menjadi 44.3 dengan peningkatan FBI sebesar 35.1. FBI
Bank Garansi meningkat 15.5. Volume transaksi Cash Management mengalami peningkatan 39.7 dan FBI
Cash Management meningkat 26,8.
Solusi Value Chain mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan jumlah Principal yang menjadi
Nasabah meningkat 60.7, sementara jumlah Supplier meningkat 44.4 dan jumlah Distributor meningkat
34.3. Volume transaksi Supplier Financing meningkat 51.6 dengan peningkatan jumlah Asset 83.1.
Volume transaksi Distributor Financing meningkat 296.4 dengan peningkatan jumlah Asset 2.7.
Adapun Giro Supplier Financing meningkat 106.4 dan Distributor Financing meningkat 45.8
2. Sector Solution, perolehan Giro sektor unggulan
tumbuh signifikan, yaitu Health Care tumbuh 223,4, Port tumbuh 94,9, FMCG tumbuh 69,8, dan Telco
tumbuh 56,2.
Segmen Retail, apabila dibandingkan tahun 2013, jumlah transaksi finansial Mobile Banking meningkat
signifikan 140.2 sedangkan Volume transaksi finansial meningkat 160.9.
Jumlah transaksi finansial Internet Personal meningkat 22.8, sedangkan volume transaksi finansial
meningkat 13.9. Jumlah transaksi finansial Internet Bisnis meningkat 92.5, sedangkan volume transaksi
finansial meningkat 90.4.
Jumlah ATM tumbuh 33.2. Jumlah EDC tumbuh 17.4 dengan peningkatan jumlah transaksi 21 dan
volume transaksi finansial meningkat 31.
Jumlah Kartu Prepaid tumbuh 43 dengan peningkatan jumlah transaksi 26.3 dan volume
transaksi 7,2.
Selain itu, Direktorat Transaction Banking menerima beberapa penghargaan pada tahun 2014 sebagai berikut:
1. Best Trade Finance Bank In Indonesia
Penghargaan diberikan oleh Corporate Treasurer. 2.
Best Service Provider – Cash Management in Indonesia.
Penghargaan diberikan oleh The Asset. 3.
Best Trade Finance Bank in Indonesia. Penghargaan diberikan oleh Alpha Southeast Asia.
4. Indonesia Banking Award 2014 untuk Kategori The
Best Bank In Digital Services Penghargaan diberikan oleh PT Tempo Inti Media Tbk.
5. Acquiring with The Most Sales Volume
Penghargaan diberikan oleh Visa International.
STRATEGI TRANSACTION BANKING
Untuk mendukung visi Bank Mandiri menjadi bank terbesar di ASEAN pada tahun 2020, Strategi Transaction Banking
diselaraskan dengan Corporate Plan Bank Mandiri 2015- 2020, yaitu deepen client relationship, Accelerate in Growth
Segment dan Integrate the Group. Dari sisi Wholesale, dilakukan fokus terhadap
pengembangan solusi transaksi generic ataupun customize bagi Nasabah sesuai dengan kompleksitas, kondisi dan
kebutuhan Nasabah. Dengan tersedianya solusi kebutuhan Nasabah akan meningkatkan fee based income dan dana
pihak ketiga Bank.
Dari sisi Retail, yang bersifat massal, dilakukan pengembangan terhadap fasilitas channel umum
seperti ATM, EDC, Mobile dan Internet Banking. Untuk kebutuhan yang bersifat lebih kompleks, dilakukan fokus
pengembangan prodyuk social banking dan fasilitas channel yang lebih personalize, sesuai kebutuhan nasabah
secara spesifik. Selain hal tersebut di atas, dilakukan aliansi antar segmen
Nasabah maupun dengan Unit Kerja lain sehingga dapat melayani seluruh segmen nasabah, yaitu wholesale dan
retail secara end to end.
PT BANK MANDIRI Persero Tbk.
Annual Report
2014
tata kelola perusahaan
berkarya untuk indonesia | 2014
422
tata kelola perusahaan
Praktik tata kelola perusahaan yang baik merupakan alat untuk menjaga kelangsungan bisnis, menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan, dan
menumbuhkan integritas perusahaan. Bank Mandiri terus berupaya mengikuti perkembangan praktik terbaik Corporate Governance baik di tingkat nasional
maupun regional yang relevan yang disesuaikan dengan kebutuhan praktik bagi perusahaan.
berkarya untuk indonesia | 2014
423
PENDAHULUAN
Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG menjadi hal yang mutlak diperlukan bagi
kelangsungan usaha perusahaan dewasa ini. Bank Mandiri terus berupaya mengikuti perkembangan praktik
GCG terbaik baik di tingkat nasional, regional maupun internasional yang relevan dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Hal tersebut menjadi upaya Bank Mandiri untuk menjalankan sistem perbankan yang sehat dengan
berlandaskan pada penerapan prinsip-prinsip GCG.
Penerapan GCG di Bank Mandiri mengacu pada Undang- Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Peraturan Bank
lndonesia PBI No. 84PB12006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum yang telah diubah dengan PBI No.
814PB12006; Surat Edaran Bank Indonesia No 1515 DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan GCG Bagi
Bank Umum; Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01MBU2011 tentang Penerapan GCG pada BUMN.
Dalam prakteknya, Bank Mandiri senantiasa mengikuti perkembangan terkini dan best practices GCG yang
berlaku antara lain Pedoman Umum GCG oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman GCG perbankan
Indonesia, Asean Corporate Governance Scorecard serta memperhatikan etika dan praktik bisnis terbaik.
Untuk itulah Bank Mandiri terus meningkatkan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan GCG
dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Seluruh jajaran Bank Mandiri meyakini bahwa pemenuhan
aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan Bank baik dalam mencapai kinerja terbaik, profitabilitas dan nilai
tambah bagi seluruh pemangku kepentingan, serta keberlangsungan bisnis jangka panjang.
Self Assesment
GCG
sesuai ketentuan dari Regulator
Survei Corporate Governance
Perception Index CGPI
mendapat predikat “Perusahaan Sangat
Terpercaya” dengan skor 92,36
Annual Report Award
sejak tahun 2007 – 2014 untuk
Kategori BUMN Keuangan Listed
Bank Mandiri Membangun Sistem
Integritas Nasional
bersama Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
ICON on Corporate Governance
dalam 10th Corporate Governance Asia
Recognition Awards 2014
1st place, Strongest Adherence to
Corporate Governance
dalam Alpha Southeast Asia’s 8th Annual Best Financial
Institution Awards Corporate Awards
berkarya untuk indonesia | 2014
424
PRINSIP-PRINSIP GCG
Bank Mandiri terus mendorong peningkatan cakupan implementasi GCG di berbagai aspek dan di setiap tingkatan dan jenjang organisasi perusahaan, antara
lain dengan terus menyempurnakan soft-structure GCG yang dimiliki, sosialisasi soft- structure
GCG secara berkelanjutan serta melaksanakan self assessment penilaian GCG secara berkala untuk mendukung penerapan GCG yang semakin efektif.
Implementasi GCG berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang meliputi: Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness
TARIF.
berkarya untuk indonesia | 2014
425
Adapun penerapan prinsip-prinsip GCG Bank Mandiri dapat diuraikan sebagai berikut:
Prinsip-prinsip GCG Uraian
Transparansi
1. Bank mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan stakeholders
sesuai dengan haknya. 2. Bank mengungkapkan informasi yang meliputi tetapi tidak terbatas pada visi, misi,
sasaran usaha, strategi Bank, kondisi keuangan,susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, cross share holding, pejabat eksekutif, pengelolaan
risiko, sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan implementasi good corporate governance serta informasi dan fakta material yang dapat
mempengaruhi keputusan pemodal.
3. Prinsip keterbukaan tetap memperhatikan ketentuan rahasia bank, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan yang berlaku.
4. Kebijakan Bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.
Akuntabilitas
1. Bank menetapkan sasaran usaha dan strategi untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholders.
2. Bank menetapkan check and balance system dalam pengelolaan Bank. 3. Bank memiliki ukuran kinerja dari semua Jajaran Bank berdasarkan ukuran yang
disepakati secara konsisten dengan nilai perusahaan Corporate Culture Values, sasaran usaha dan strategi Bank serta memiliki rewards and punishment system.
4. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi Bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam implementasi
good corporate governance.
Responsibilitas
1. Bank berpegang pada prinsip kehati-hatian prudential banking practices dan menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
2. Bank sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial secara wajar.
Independensi
1. Bank menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh Stakeholders manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta terbebas dari benturan
kepentingan conflict of interest. 2. Bank mengambil keputusan secara obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak
manapun.
Kewajaran dan Kesetaraan
1. Bank memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran equal treatment.
2. Bank memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Bank serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
berkarya untuk indonesia | 2014
426
KEBIJAKAN DASAR GCG
Untuk meningkatkan kualitas dan cakupan implementasi GCG secara berkelanjutan, Bank Mandiri telah menyusun dan menerapkan kebijakan-kebijakan operasional bagi seluruh unit kerja sejalan dengan prinsip-prinsip GCG. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya kebijakan pokok GCG yang meliputi GCG Code, Pedoman Perilaku Pegawai, Business Ethics, Board Manual, Whistle-Blowing System WBS Policy
dan berbagai kebijakan operasional bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebutuhan perusahaan.
KILAS BALIK IMPLEMENTASI GCG
Implementasi GCG Bank Mandiri telah dilakukan secara terstuktur dengan tahapan sebagai berikut:
TAHUN PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN
1998
Awal Merger Kesadaran implementasi GCG didorong adanya krisis perbankan akibat adanya praktek
“bad governance” yang menyeluruh di industri perbankan, hal ini menyebabkan
banyak bank yang harus di-bailout dan kemudian Direksi serta Dewan Komisaris bank harus menandatangani Kontrak Manajemen dengan Bank Dunia yang didalamnya
mencantumkan kewajiban bank untuk menerapkan GCG.
2000 - 2001
Peletakan Dasar-Dasar Governance Commitment,
Structure And Mechanisms t
Respon Bank Mandiri terhadap Kontrak Manajemen dengan Bank Dunia tersebut, menerbitkan ketentuan antara lain:
- Surat Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris tentang Prinsip-prinsip GCG
- Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Code of Conduct
yang menjadi pedoman perilaku dalam berinteraksi dengan nasabah, rekanan dan sesama pegawai
- Keputusan Direksi tentang Kebijakan Kepatuhan Compliance Policy yang
mewajibkan seluruh jajaran Bank Mandiri untuk bertanggung jawab penuh secara individu di dalam melakukan kegiatan operasional Bank di bidangnya
masing-masing
t Bank Mandiri telah menugaskan PWC untuk melakukan diagnostic review atas
implementasi GCG t
Atas implementasi pelaksanaan GCG tersebut, Standard Poor’s telah memberikan penilaian GCG untuk periode tahun 2003 dengan skor sebesar 6,2, meningkat dari
penilaian tahun sebelumnya dengan skor 5,4.
berkarya untuk indonesia | 2014
427
TAHUN PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN
2003
Initial Public Offering IPO Bank Mandiri
Dalam rangka pelaksanaan IPO, Bank Mandiri telah melakukan penyempurnaan implementasi GCG, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
t Pembentukan Komite-komite di Level Dewan Komisaris, yaitu
- Komite Audit
- Komite Pemantau Risiko
- Komite Remunerasi dan Nominasi
- Komite GCG
t Pembentukan Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary
t Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi perusahaan publik t
Melaksanakan keterbukaan informasi secara tepat waktu, antara lain dalam publikasi Laporan Keuangan, informasi maupun peristiwa atau fakta material
t Menyusun Laporan Tahunan yang tepat waktu, memadai, jelas dan akurat
t Menghormati dan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas
t Mengikuti penilaian implementasi GCG oleh Lembaga Independen yaitu The
Indonesian Institute for Corporate Governance.
2005
Transformasi Budaya t
Melakukan transformasi melalui penetapan nilai-nilai kebersamaan shared values serta perumusan perilaku utama Bank Mandiri TIPCE yang merupakan Budaya kerja
perusahaan.
t Penyusunan Charter GCG yang dituangkan melalui Keputusan Dewan Komisaris, yang
mengatur pokok-pokok pelaksanaan GCG di Bank Mandiri
2008 - 2010
Transformasi Budaya Lanjutan
t Secara berkelanjutan melaksanakan penyempurnaan penerapan prudent banking,
GCG serta internal control melalui pengembangan website GCG, Compliance Risk
Management System, Standar prosedur Anti Pencucian Uang Pencegahan
Pendanaan Teroris, Risk Based Audit Tools dan Sistem Informasi Manajemen Audit. t
Pengambilan keputusan bisnis maupun keputusan manajemen lainnya dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip GCG serta senantiasa mempertimbangkan semua
ketentuan yang berlaku
t Pelaksanaan program internalisasi budaya lanjutan antara lain melalui
penyelenggaraan Culture Fair, Culture Seminar, dan Recognition Program berupa pemberian penghargaan kepada unit kerja dan change agent terbaik dalam
implementasi program budaya.
berkarya untuk indonesia | 2014
428
TAHUN PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN
2011 – 2013
t Bank Indonesia mengeluarkan PBI No. 131PBI2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum, mewajiibkan Bank baik secara individual maupun konsolidasi melakukan penilaian GCG dengan pendekatan Risk Based Bank Rating RBBR.
t Konsistensi penerapan GCG Bank Mandiri secara terus menerus, mendapatkan
apresiasi dari berbagai lembaga nasional dan internasional yang independen dan profesional, antara lain:
- Rating GCG dalam Corporate Governance Perception Index CGPI meraih predikat
“Sangat Terpercaya” sebanyak 7 kali berturut-turut. - Rating
GCG oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship IICD kepada
100 perusahaan publik dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Bank Mandiri meraih predikat Best Financial
- Rating GCG
oleh Corporate Governance Asia CGA yang berkedudukan di Hongkong, sejak tahun 2009 Bank Mandiri selalu meraih posisi sebagai
perusahaan terbaik dalam implementasi GCG. t
Menerbitkan Petunjuk Teknis Operasional Gift Disclosure Statement pada tanggal 2 Juli 2013 sebagai upaya dalam pencegahan penerimaan gratifikasi yang sejalan dengan
himbauan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
t Berpartisipasi untuk terus menciptakan budaya anti korupsi antara lain dengan
mengikuti acara kegiatan Pekan Anti Korupsi 2013 yang diselenggarakan KPK dan memperoleh penghargaan sebagai stand terbaik kedua.
2014
t Corporate Governance Perception Index CGPI adalah program riset dan
pemeringkatan penerapan GCG yang dilakukan oleh lembaga independen yaitu The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG, dimana Bank Mandiri
telah mengikuti penilaian CGPI selama 10 sepuluh tahun berturut-turut sejak tahun 2003. Di tahun 2014 Bank Mandiri meraih predikat “Sangat Terpercaya” sebanyak 8 kali
berturut-turut.
t Rating GCG oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship IICD dalam ajang
ASEAN CG Scorecard, Bank Mandiri meraih kategori “Best Overall”. t
Rating GCG oleh Corporate Governance Asia CGA yang berkedudukan di Hongkong, Bank Mandiri meraih predikat ICON in Corporate Governance.
t Good Corporate Citizen GCC sejalan dengan corporate plan Bank Mandiri 2015 –
2020 yang salah satunya adalah social economic impact, dimana salah satu komponen yaitu role model corporate citizen. Bank Mandiri telah melakukan diagnostic review
terhadap penerapan GCC di Bank Mandiri.
t Menyempurnakan ketentuan larangan gratifikasi yang diatur dalam Petunjuk Teknis
Operasional Gift Disclosure Statement sesuai dengan himbauan KPK.
berkarya untuk indonesia | 2014
429
TAHAPAN IMPLEMENTASI GCG
Disadari bahwa upaya implementasi GCG perlu dilakukan secara terarah dan terencana sesuai standar terbaik dalam mendukung pencapaian tujuan Perusahaan maka aktualisasi GCG di Bank Mandiri dilakukan sejalan dengan ketentuan
pelaksanaan GCG bagi Bank Umum di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi. Pelaksanaan GCG di Bank Mandiri berpedoman pada Peraturan Bank lndonesia Nomor 84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang sebagaimana diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 814PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006.
Tahapan Implementasi GCG Bank Mandiri diawali dengan 1 perumusan governance commitment, 2 Government Structure, 3 penyempurnaan governance mechanism, 4 sosialisasi dan evaluasi serta 5 walking the talk.
Transformasi GCG di Bank Mandiri dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-prinsip GCG yang dilaksanakan dalam 5 lima tahap, yaitu:
PENYEMPURNAAN GOVERNANCE
STRUCTURE
t 1FNFOVIBO+VNMBI Komposisi Dewan Komisaris,
Direksi, Komite- komite di bawah Dewan Komisaris dan
Direksi t 1FOHVBUBO3JTL
Management, Compliance dan Internal Control
t 1FOZFNQVSOBBOTUSVLUVS organisasi untuk menjamin
terlaksana check balance
PERUMUSAN GOVERNANCE
COMMITMENT
t 1FSVNVTBO7JTJ.JTJ Strategi Bank Mandiri
t OHHBSBOBTBS t 1FSVNVTBOPSQPSBUF
7BMVFT t Code of Conduct
t 3FJOGPSDFNFOUCode of Conduct
t IBSUFS
1 2
3 4
5
PENYEMPURNAAN GOVERNANCE
MECHANISM
t 1FOVBOHBO Prinsip- Prinsip GCG dalam
,FCJKBLBO
QFEPNBO peraturan Kerja, SOP
t 1FOFHBLBO3FXBSE Punishment
t 5SBOTQBSBOTJ1SPEVL t 1FNCVBUBOBMMFOUSF
Customer Care t 4USBUFHZOUJSBVE
t 8IJTUMFCMPXJOH4ZTUFN Letter to CEO
SOSIALISASI DAN
EVALUASI
t OUFSOBMJTBTJPSQPSBUF 7BMVF
t 4PBTJBMJTBTJOJTJBUJG strategis kebijakan,
Peraturan Dll t Self Assessment
Pelaksanaan GCG t 1FMBQPSBO1FMBLTBOBBO
GCG t 1FOJMBJBOPMFIQJIBL
Independen t Performance and
recognitions
WALKING THE TALK
t NQMFmentasi prinsip GCG dilaksanakan dalam setiap aspek kegiatan operasional bank
t IBOHFHFOU t 4FSWJDFYDFMMFODF
t 1FOFHBLBOUJLBEJTFUJBQMFWFMPSHBOJTBTJNFMBMVJ 1. E-procurement
2. Pakta Integritas 3. Kerahasiaan
t Bank Mandiri menerbitkan PTO Gift Disclosure Statement
sebagai implementasi larangan penerimaan gratiikasi seluruh jajaran Bank Mandiri
t Mendorong terciptanya Budaya anti korupsi dengan mengikuti kegiatan Pekan Anti Korupsi 2013 dan
2014 yang diselenggarakan oleh KPK t 1BEBUBOHHBMPWFNCFS
BOL.BOEJSJ
dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menandatangani komitmen penerapan sistem
integritas budaya kerja serta pengendalian gratiikasi untuk memperkuat tata kelola perusahaan.
TAHAPAN 53403.4
GCG
1
2
3 4
5
GOVERNANCE COMMITMENT
WALKING THE TALK
GOVERNANCE MECHANISM GOVERNMENT
STRUCTURE
SOSIALISASI DAN EVALUASI
Perumusan Visi - Misi dan Strategi Bank Mandiri, dengan revitalisasi visi Bank
Mandiri
Implementasi GCG secara disiplin dan konsisten yang
diwijudkan dalam tindakan nyata oleh seluruh jajaran
Bank Mandiri
Memastikan efektivitas proses implementasi GCG yang didukung
oleh kecukupan struktur dan infrastruktur GCG
Menyempurnakan struktur dan infrastruktur GCG agar proses
pelaksanaan prinsip GCG dapat menghasilkan outcome yang sesuai
dengan harapan Stakeholders
dilakukan untuk menjamin implementasi GCG secara
kesinambungan
berkarya untuk indonesia | 2014
430
komitmen penerapan tata kelola secara berkelanjutan
Bank Mandiri menyadari bahwa penerapan GCG merupakan proses jangka panjang yang akan menghasilkan sustainable value, sehingga Bank mutlak
memerlukannya untuk menghadapi persaingan usaha, meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mengelola sumber daya, memaksimalkan nilai
perusahaan sehingga Bank Mandiri mampu beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan. Oleh karenanya, Bank Mandiri terus berupaya optimal untuk
melakukan internalisasi prinsip-prinsip GCG ke dalam sistem dan prosedur serta pembentukan perilaku yang sesuai guna mendorong terciptanya budaya yang
menjunjung tinggi profesionalisme, integritas, kualitas layanan dan prudential banking
.
FOKUS TATA KELOLA BANK MANDIRI 2014
Untuk melanjutkan tahapan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2014 Bank Mandiri
memperkuat penerapan GCG yang antara lain berfokus pada: