Model cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama
pembelajaran, karena siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain dalam menentukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah
materi pelajaran yang dihadapi. Menurut Hamid Hasan, belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk
mencapai tujuan belajar. Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan santai di antara anggota kelompok
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral,
serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran Solihatin dan Raharjo, 2005:6.
Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti
dan memahami materi pelajaran dengan baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian akan membantu siswa yang kurang berminat
menjadi lebih bergairah dalam belajar. Siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu siswa lain yang mempunyai gairah lebih tinggi dan
memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari Solihatin dan Raharjo, 2005:6.
2. Tipe Pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin 2005:11-25 tipe pembelajaran kooperatif terdiri dari:
a. Student Teams Achievement Divisions STAD Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok
terdiri dari empat sampai lima orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam
kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan
siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments TGT Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara
heterogen, setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa
bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun, kuis dalam
TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa.
Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan kepada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan
dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw Pada model ini siswa dibagi menjadi kelompok kecil secara heterogen.
Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Siswa bertugas menjadi ahli
pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model ini, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada
topik yang sama untuk berdiskus. Pada tahap ini para ahli dibebaskan mengemukakan pendapat, saling bertanya, dan berdiskusi untuk
menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi tugasnya, para ahli kembali ke kelompok masing-masinng. Mereka
bertugas mengajarkan topik kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model ini adalah pemberian kuis atau penilaian
untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkaatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Team Assisted Individualization TAI TAI terdiri dari beberapa komponen, yaitu: tim, tes penempatan, materi-
materi kurikulum, belajar kelompok, skor tim dan rekognisi tim, kelompok pengajaran, tes fakta, unit seluruh kelas. Siswa dibagi ke
dalam tim yang beranggotakan empat sampai lima orang. Para siswa kemudian diberi tes pra-program. Selanjutnya para siswa mengerjakan
dalam kelompok. Siswa membentuk kelompok terdiri dari dua sampai tiga siswa untuk melakukan pengecekan. Tiap siswa mengerjakan
empat soal pertama dalam latihan kemampuan pertama selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya. Apabila siswa sudah dapat
menyelesaikan keempat soal dengan benar maka akan mengerjakan tes formatif A, dan siswa bekerja sendiri kemudian teman dalam satu
timnya menghitung skornya. Pada akhir minggu guru menghitung