Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran Mengelola Administrasi Kas dan Bank : penelitian dilakukan di kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pak

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT

(TGT) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN

KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN

MENGELOLA ADMINISTRASI KAS DAN BANK

Penelitian Dilakukan di Kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh Praptomaningsih NIM : 091334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan sepenuh hati kupersembahkan karya ini untuk:

Allah SWT Kedua orang tuaku, Bapak Tukijo dan Ibu Sumirah Keluarga besar Kromo Harjo dan Atmo Warsito Sahabat-sahabatku Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(5)

v

Motto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

urusan yang lainnnya.” (QS. Al Insyirah: 6-7)

“Satu ons aksi jauh lebih berharga daripada satu ton teori.” (Ralp W.E.)

“Masa depan itu seperti cermin yang tak tembus pandang. Semua orang yang mencoba melihat ke dalamnya tak akan melihat apa-apa, tapi hanya

sebuah kerangka dari wajah lama yang cemas.” (Jim Bishop)


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA ADMINISTRASI KAS DAN BANK

Penelitian Dilakukan di Kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem Praptomaningsih

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran mengelola administasi kas dan bank dengan pokok bahasan menyusun rekonsiliasi bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipeteams games tournament(TGT).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi kelas, pembagian kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa yaitu kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank dengan pokok bahasan rekonsiliasi bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (rata-rata pra penelitian = 64,68; siklus pertama = 75,59; siklus kedua = 80,94; rata-rata siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang ditetapkan yaitu 75,00); (2) ada peningkatan keterampilan sosial pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank dengan pokok bahasan rekonsiliasi bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (rata-rata pra penelitian = 65,79; siklus pertama = 80,12; siklus kedua = 85,44; rata-rata siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang ditetapkan yaitu 75,00).


(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMANT (TGT) TYPE TO IMPROVE

STUDENT’SLEARNING MOTIVATION AND SOCIAL SKILLS ON THE

SUBJECTS OF MANAGING THE ADMINISTRATION OF CASH AND BANK

A Research was Conducted to the Tenth Grade Students of Accounting Departement of Sanjaya Vocational High School, Pakem

Praptomaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims at know the increase of student’s learning motivation and social skills in studying accounting in the topic of bank reconsiliation through the implementation of cooperative learning model teams games tournament (TGT) type.

This research is a classroom action research. It was conducted on the tenth grade students of Acoounting Departement of Sanjaya Vocational High School Pakem. The implementation of this classroom action research was done in two cycles in which each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The main components of cooperative learning TGT type are class presentation, groups sharing, games, tournament, and the appreciation of the group. Instruments used in this study to measure the students motivation in learning and social skills are quetionnaires. The data obtained are analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.

The result of the research shows that: (1) there is an increase in student’s learning motivation in the subjects of managing the administration of cash and bank with the subject of bank reconciliation through the implementation of cooperative learning TGT type (the average score before the research = 64,68; the first cycle average score = 75,59; the second cycle average score = 80,94; the average score of first cycle and second cycle has reached the targets which were decided 75,00); (2) there is an increase in the student’s social skills in the subjects of managing the administration of cash and bank with the subject of bank reconciliation through the implementation of cooperative learning TGT type (the average score before the research = 65,79; the first cycle average score = 80,12; the second cycle average score = 85,44; the average cycle score of first and second cycle has reached the target which has been decided at 75,00).


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung dan dengan caranya masing-masing telah membantu penulis. Pada kesempatan ini dari lubuk hati yang terdalam penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah mendidik, membimbing, dan mendukung penulis selama belajar sampai tersusunnya skripsi ini.

4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mendampingi, mendidik, meluangkan waktu, tenaga, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik, dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.


(11)

xi

6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik, dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan membimbing penulis selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

8. Ibu Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang siap sedia melayani dan membantu urusan administrasi selama penulis kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Dra. S. Sri Utami selaku Kepala Sekolah SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

10. Ibu Triswinarti, S.Pd. selaku guru mitra mata pelajaran Mengelola Administrasi Kas dan Bank yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis selama melakukan penelitian.

11. Siswa-siswi kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2012/2013 yang telah bersedia bekerja sama dan membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

12. Kedua orang tuaku, Bapak Tukijo dan Ibu Sumirah yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan baik materi maupun moral.

13. Keluarga besar Kromo Harjo dan Atmo Warsito yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(12)

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK. ... viii

ABSTRACT. ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL. ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN….. ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Batasan Masalah. ... 4

C. Rumusan Masalah penelitian... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas. ... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif... 12

C. Teams Games Tournament(TGT)... 17

D. Motivasi Belajar. ... 19

E. Keterampilan Sosial... 23

F. Mengelola Administrasi Kas dan Bank. ... 26

G. Kerangka Berpikir. ... 29

H. Model Penelitian... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34


(14)

xiv

C. Subjek dan Objek Penelitian. ... 34

D. Prosedur Penelitian. ... 35

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalnya... 42

F. Pengukuran Variabel Penelitian. ... 42

G. Uji Kuesioner... 45

H. Instrumen Penelitian. ... 50

I. Teknik Pengumpulan Data. ... 52

J. Teknik Analisis Data. ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH. ... 57

A. Sejarah Berdirinya SMK Sanjaya Pakem... 57

B. Tujuan, Visi, dan Misi SMK Sanjaya Pakem... 59

C. Sistem Pendidikan SMK Sanjaya Pakem. ... 61

D. Kurikulum SMK Sanjaya Pakem. ... 62

E. Organisasi Sekolah SMK Sanjaya Pakem... 65

F. Sumber Daya Manusia SMK Sanjaya Pakem. ... 72

G. Siswa SMK Sanjaya Pakem. ... 77

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK Sanjaya Pakem ... 78

I. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan ... 79

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN. ... 81

A. Deskripsi Penelitian... 81

1. Kegiatan Pra Penelitian. ... 82

a. Observasi Aktivitas Guru. ... 82

b. Observasi Aktivitas Siswa. ... 86

c. Observasi Aktivitas Kelas... 90

2. Siklus Pertama. ... 92

a. Perencanaan. ... 92

b. Tindakan. ... 96

c. Pengamatan... 100

d. Refleksi. ... 108

3. Siklus Kedua... 112

a. Perencanaan. ... 112

b. Tindakan. ... 117

c. Pengamatan... 120

d. Refleksi. ... 128

B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament(TGT). ... 133


(15)

xv

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN. .. 146

A. Kesimpulan... 146

B. Keterbatasan. ... 147

C. Saran……... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar... 43

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial….. ... 44

Tabel 3.3 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar…... 46

Tabel 3.4 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar yang Baru ... 47

Tabel 3.5 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Keterampilan Sosial. .... 48

Tabel 3.6 Kesimpulan Hasil Pengujian Reliabilitas……... 49

Tabel 3.7 Penilaian Acuan Patokan (PAP) II... 55

Tabel 4.1 Daftar Nama Wali Kelas ... 76

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Siswa ... 77

Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum Sebelum TGT. ... 84

Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum TGT. 84 Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum TGT. 89 Tabel 5.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di dalam Kelompok Sebelum TGT. ... 89

Tabel 5.5 HasilPre Test... 90

Tabel 5.6 Hasil Observasi Aktivitas Kelas Sebelum TGT... 92

Tabel 5.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum Siklus I. ... 101

Tabel 5.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus I. ... 102

Tabel 5.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Siklus I. ... 105

Tabel 5.10 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok Siklus I. ... 106

Tabel 5.11 Hasil Observasi Aktivitas Kelas Siklus I. ... 107

Tabel 5.12 Lembar Refleksi Guru Mitra terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I. ... 109

Tabel 5.13 Lembar Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I. ... 111

Tabel 5.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum Siklus II. ... 122

Tabel 5.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus II. ... 122

Tabel 5.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Siklus II. ... 125

Tabel 5.17 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok Siklus II. ... 126


(17)

xvii

Tabel 5.19 Lembar Refleksi Guru Mitra terhadap Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II. ... 129 Tabel 5.20 Lembar Refleksi Siswa terhadap Komponen

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT Siklus II. ... 131 Tabel 5.21 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus

I, dan Siklus II. ... 134 Tabel 5.22 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian. .... 136 Tabel 5.23 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I. ... 137 Tabel 5.24 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 138 Tabel 5.25 Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan TGT,

Siklus I, dan Siklus II. ... 139 Tabel 5.26 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penelitian 141 Tabel 5.27 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I. ... 142 Tabel 5.28 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus II. ... 142


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart... 10 Gambar 2.2 Model Penelitian. ... 33 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMK Sanjaya Pakem 2012/2013 .... 65


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara

Umum. ... 155 Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas. ... 156 Lampiran 3 InstrumenObservasi Aktivitas Siswa di Kelas... 159 Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam

Kelompok. ... 160 Lampiran 5 Instrumen Observasi Aktivitas Kelas….. ... 161 Lampiran 6 Instrumen Observasi Aktivitas Guru (Catatan

Anekdotal). ... 163 Lampiran 7 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa (Catatan

Anekdotal). ... 164 Lampiran 8 Instrumen Observasi Pengamatan Aktivitas Siswa

dalam Kelompok (Catatan Anekdotal). ... 165 Lampiran 9 Instrumen Observasi Pengamatan Kelas (Catatan

Anekdotal). ... 166 Lampiran 10 Lembar Refleksi Guru Mitra terhadap Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. ... 167 Lampiran 11 Lembar Refleksi Siswa terhadap Komponen

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT. ... 168 Lampiran 12 Pedoman Wawancara... 169 Lampiran 13a Kuesioner Motivasi Belajar (Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT)... 171 Lampiran 13b Kuesioner Motivasi Belajar (Setelah Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 175 Lampiran 14a Kuesioner Keterampilan Sosial (Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 178 Lampiran 14b Kuesioner Keterampilan Sosial (Setelah Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 182 Lampiran 15 SoalPre Test... 185 Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan

Pertama (Siklus Pertama) ... 189 Lampiran 17 Pembagian Kelompok Siklus I. ... 219 Lampiran 18 Rules the Games (Peraturan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Siklus I). ... 220 Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan

Ketiga (Siklus Kedua)... 223 Lampiran 20 Pembagian Kelompok Siklus II. ... 252


(20)

xx

Lampiran 21 Rules the Games (Peraturan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Siklus II). ... 253

Lampiran 22 Lembar Penilaian Kelompok….. ... 256

Lampiran 23 Skenario Pembelajaran ... 258

Lampiran 24 Tingkat Aktivitas Siswa Dalam Kelas ... 277

Lampiran 25 Tingkat Aktivitas Siswa Dalam Kelompok ... 278

Lampiran 26 Tingkat Aktivitas Kelas ... 279

Lampiran 27 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Pra Penelitian. ... 326

Lampiran 28 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I. ... 327

Lampiran 29 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II. ... 328

Lampiran 30 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Pra Penelitian.... 329

Lampiran 31 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus I... 330

Lampiran 32 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus II. ... 331

Lampiran 33 Lembar Penilaian Afektif Pendidikan Berkarakter Siklus I. ... 333

Lampiran 34 Lembar Penilaian Afektif Pendidikan Berkarakter Siklus II... 334

Lampiran 35a Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar. 336 Lampiran 35b Validitas dan Reliabilitas KuesionerMotivasi Belajar yang Baru... 339

Lampiran 36 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan Sosial... 342

Lampiran 37a Refleksi Siswa Siklus I. ... 344

Lampiran 37b Refleksi Siswa Siklus II. ... 346


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan. Perubahan tersebut merupakan hasil dari interaksi baik secara formal maupunnonformal. Dalam pembelajaran formal berbeda dengannonformal. Pembelajaran formal dilakukan secara terstruktur dan terencana. Pembelajaran non formal dilakukan secara terorganisasi dan mandiri di luar lingkup formal.

Dalam pembelajaran formal guru memiliki peranan yang penting. Peran yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah membimbing dan mendidik siswa. Membimbing berarti proses pemberian bantuan terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam tugas mendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya, termasuk mampu berinteraksi dengan siswa secara keseluruhan.

Dalam proses interaksi antara guru dan siswa, harus dibangun dan dirancang sedemikian rupa supaya tercipta pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan, misalnya ketertarikan siswa, motivasi belajar, metode atau model pembelajaran yang digunakan guru bervariasi, dan teknik mengajar guru di kelas. Apabila


(22)

penggunaan model atau metode pembelajaran yang digunakan bervariasi dan dalam penyampaian materi siswa antusias, maka siswa tersebut termotivasi dalam belajar.

Dalam proses pembelajaran akuntansi hendaknya guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif. Pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi. Terutama pada kompetensi dasar menyusun rekonsiliasi bank. Siswa cenderung menghafal materi dalam mengerjakan tugas dan ulangan tanpa memahami materi. Guru dapat menyusun permainan yang menarik dan menyenangkan supaya siswa antusias dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik.

Berdasarkan pengamatan penulis, dalam penyampaian materi kebanyakan guru menggunakan metode ceramah dan penugasan, guru belum menggunakan metode atau model pembelajaran yang aktif dan kreatif. Penggunaan metode tersebut secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan dan siswa kurang termotivasi dalam belajar. Hal tersebut terbukti dengan masih ada siswa yang tidur-tiduran di kelas, berbincang-bincang dengan siswa lain, dan enggan memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Siswa kurang berani berpendapat dan bertanya, kurang menghargai orang lain, dan pasif. Dalam kegiatan kelompok masih ada siswa yang tidak mau bekerja sama dengan siswa lain dan cenderung mengerjakan tugas sendiri.


(23)

Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa masih rendah.

Dari permasalahan tersebut, penulis membuat alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang bervariasi yang mampu melatih mental siswa untuk berani berpendapat dan tentunya mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok siswa untuk bekerja sama memaksimalkan kondisi belajar demi mencapai tujuan belajar. Ada berbagai macam tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas diantaranya students teams

achievement divisions, teams games tournaments, team assisted

individualization, dan cooperative integrated reading and composition

(Slavin, 2005:11).

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah

tipe teams games tournaments (TGT). TGT merupakan model pembelajaran

yang melibatkan aktivitas seluruh siswa yang di dalamnya mengandung unsur permainan dan turnamen akademik yang sangat menyenangkan (Slavin, 2005:163). Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments diharapkan seluruh siswa mampu bekerja sama dengan siswa lain dan berani berpendapat sehingga akan termotivasi dalam belajar.


(24)

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe

Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa pada Mata Pelajaran Mengelola

Administrasi Kas dan Bank” yang akan dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem.

B. Batasan Masalah

Penerapan model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, yaitu students teams achievement divisions, teams games tournaments,team assisted individualization, cooperative integrated reading and composition, dan lain-lain. Dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :


(25)

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments(TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran mengelola adminstrasi kas dan bank?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran mengelola adminstrasi kas dan bank?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini disusun dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeteams games tournaments(TGT).

2. Mengetahui peningkatan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeteams games tournaments(TGT).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam proses belajar supaya siswa mampu mengikuti pembelajaran secara aktif dan mampu bekerja sama dengan siswa lain.


(26)

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dalam membantu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang aktif dan kreatif dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sehingga pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sekolah dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan dapat memotivasi guru bidang studi lain dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi salah satu sumber referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat membantu peneliti dalam mengetahui sejauh mana model pembelajaran kooperatif tipeteams games tournamentsdapat diterapkan dalam pembelajaran di SMK. Selain itu, sebagai calon guru penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam memanfaatkan dan menerapkan model pembelajaran yang aktif dan kreatif sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu yang berpusat pada siswa.


(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) memiliki tiga unsur, yakni sebagai berikut (Kunandar, 2008:45):

a. Penelitian

Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk meyelesaikan suatu masalah.

b. Tindakan

Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuaan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar.

c. Kelas

Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama.

Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang praktik-praktik kependidikan, pemahaman tentang praktik, dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan (Kunandar, 2008:46). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu cara memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru merupakan orang yang paling tahu segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009:88). Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:9) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya


(28)

sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Dari beberapa pengertian PTK di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan implementasi dari sikap kritis guru terhadap kegiatan yang diamati sehari-hari di dalam kelas untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:17), mengemukakan bahwa PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

2) Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

3) Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.

4) Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.

5) Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pemimpin sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

6) Masalah tidak hanya fokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan perlu kerjasama antara guru dan dosen).

3. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Dalam praktiknya, PTK merupakan penelitian yang mencakup empat tahapan, yaitu (Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:17):


(29)

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah dalam pembelajaran. Kegiatan perencanaan mencakup mengidentifikasi masalah, memetapkan masalah, menganalisis masalah, merumuskan masalah, dan merencanakan tindakan perbaikan.

b) Tindakan (Acting)

Perencanaan hatus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

c) Pengamatan (Observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan yang teliti terhadap proses pelaksanannya.

d) Refleksi (Reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kunandar (2008:63) tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:

a) Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.

b) Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

c) Meningkatkan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

d) Sebagai alat traning in-service, yang melengkapi guru dengan skill

dan metode baru, mempertajam kekuatan analisis, dan mempertinggi kesadaran diri guru.

e) Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan.

f) Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.

g) Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kepedidikan. h) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,

sehingga tercipta sikap proaktif terhadap perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

i) Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.


(30)

5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:14) PTK memiliki manfaat secara umum dan khusus, yaitu:

a) Manfaat umum PTK

1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran 2) Meningkatkan profesionalitas guru

3) Meningkatkan rasa percaya diri guru

4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya

b) Manfaat khusus PTK

1) Menumbuhkan kebiasaan menulis 2) Menumbuhkan budaya meneliti 3) Menggali ide baru

4) Melatih pemikiran ilmiah 5) Mengembangkan keterampilan

6) Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas

6. Model Penelitian Tindakan

Menurut Arikunto (2006:96), model penelitian tindakan yang paling dikenal adalah model dari Kemmis & Mc. Taggart. Adapun model penelitian tindakan kelas yang dimaksudkan menggambarkan empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan berikut ini:

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan

Refleksi


(31)

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (perencanaan)

Perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini, peneliti menetukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati.

Tahap 2: Pelaksanaan tindakan

Tahap ini merupakan implementasi dari tahap perencanaan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Dalam pelasanaannya guru harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar.

Tahap 3: Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan yang dilakukan bersamaan dengan tindakan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4: Refleksi atau pantulan

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Refleksi lebih tepat dilakukan saat guru selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan selanjutnya.


(32)

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Hamid Hasan (Solihatin dan Raharjo, 2005:4) cooperative

mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Suprijono, 2009:54). Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok siswa untuk bekerja sama memaksimalkan kondisi belajar demi mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:37). Cooperative learningdapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2005:4). Keberhasilan kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompoknya, baik secara individual maupun secara kelompok.


(33)

Model cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain dalam menentukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi. Menurut Hamid Hasan, belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar. Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan santai di antara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran (Solihatin dan Raharjo, 2005:6).

Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian akan membantu siswa yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar. Siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu siswa lain yang mempunyai gairah lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari (Solihatin dan Raharjo, 2005:6).

2. Tipe Pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin (2005:11-25) tipe pembelajaran kooperatif terdiri dari:


(34)

a. Student Teams Achievement Divisions(STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments(TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun, kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan kepada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

Pada model ini siswa dibagi menjadi kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Siswa bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model ini, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama untuk berdiskus. Pada tahap ini para ahli dibebaskan mengemukakan pendapat, saling bertanya, dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi tugasnya, para ahli kembali ke kelompok masing-masinng. Mereka bertugas mengajarkan topik kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model ini adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkaatan nilai individu sama seperti STAD.

d. Team Assisted Individualization (TAI)

TAI terdiri dari beberapa komponen, yaitu: tim, tes penempatan, materi-materi kurikulum, belajar kelompok, skor tim dan rekognisi tim, kelompok pengajaran, tes fakta, unit seluruh kelas. Siswa dibagi ke dalam tim yang beranggotakan empat sampai lima orang. Para siswa kemudian diberi tes pra-program. Selanjutnya para siswa mengerjakan dalam kelompok. Siswa membentuk kelompok terdiri dari dua sampai tiga siswa untuk melakukan pengecekan. Tiap siswa mengerjakan empat soal pertama dalam latihan kemampuan pertama selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya. Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan benar maka akan mengerjakan tes formatif A, dan siswa bekerja sendiri kemudian teman dalam satu timnya menghitung skornya. Pada akhir minggu guru menghitung


(35)

jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupi oleh tiap anggota tim. Kriteria tim tinggi ditetapkan sebagai tim super dan akan menerima sertifikat yang menarik. Setiap hari guru memberi pengajaran selama 10-15 menit kepada dua atau tiga kelompok kecil siswa yang terdiri dari tim yang berbeda. Seminggu sekali siswa diminta mengerjakan tes fakta selama tiga menit. Pada akhir tiap minggu guru menghentikan program individual dan menghabiskan satu minggu mengajari seluruh kelas.

e. Cooperative Intregrated Reading and Composition(CIRC)

CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa. CIRC terdiri dari beberapa komponen, yaitu: tindak lanjut, membaca lisan, kemampuan memahami bacaan, menulis, dan seni berbahasa.

f. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan pelajaran, kemudian siswa dikelompokkan terdiri dari empat sampai lima orang yang bersifat heterogen dan mengerjakan satu lembar kerja secara berkelompok. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa secara individual mengerjakan kuis.

3. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning, terdapat lima prinsip dasar dalamcooperative learningyaitu (Lie, 2002:31-37):

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok yang tidak mungkin diselesaikan oleh salah satu anggota, maka ada anggota lain akan membantu menyelesaikan tugas, sehingga ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.


(36)

b. Tanggung jawab perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan. Tanggung jawab perseorangan tersebut dapat tercipta apabila guru dapat memberikan tugas yang bobot dan tingkat kesulitannya relatif sama untuk setiap siswa dalam anggota kelompok. Dengan demikian setiap siswa mempunyai tanggung jawab yang sama dengan anggota tim yang lain dan dapat menyelesaikan tugas kelompoknya bersama-sama.

c. Tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok. Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota karena hasil pemikiran kelompok akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. Sinergi antar anggota ini akan meningkatkan sikap menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Tatap muka ini merupakan suatu bentuk keterampilan sosial yang memungkinkan anggota berinteraksi dengan anggota lainnya untuk saling mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap anggota harus diberi kesempatan untuk saling mengenal, saling menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka, dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi antar anggota

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa harus dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempunyai keahlian berbicara dan mendengarkan. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Siswa perlu diberitahu tentang cara-cara berkomunikasi secara efektif. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok memerlukan proses yang panjang, namun sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan untuk pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Untuk kepentingan evaluasi, guru harus menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi kerja kelompok dan hasil kerjasama kelompok, supaya untuk selanjutnya setiap siswa dalam bekerjasama dapat lebih efektif. Evaluasi tidak harus diadakan setiap waktu ada kerja kelompok, melainkan dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajarancooperative learning.


(37)

C. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments(TGT)

TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Kegiatan belajar melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan. Aktivitas belajar dirancang dengan permainan dan turnamen akademik akan menumbuhkan kegairahan siswa dalam belajar, tanggung jawab, kerja sama, dan persaingan yang sehat.

1. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Menurut Slavin (2005:166-167) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan yaitu:

a. Presentasi kelas (Class presentation)

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas, atau dengan diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas berlangsung, karena dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-kuis (soal-soal).

b. Kelompok (Team)

Kelompok terdiri dari empat atau enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas (heterogen). Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik. Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan supaya kerja sama dalam kelompok dapat berjalan dengan lancar. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lain. Pembelajaran ini biasanya melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi setiap kesalahan pemahaman.

c. Permainan (Game)

Permainan dalam pembelajaran ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari prestasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Kebanyakan permainan berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai dengan yang tertera


(38)

pada kartu tersebut. Siswa yang dapat menjawab dengan benar akan mendapatkan skor.

d. Pertandingan (Tournament)

Pertandingan adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen berlangsung setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa pada meja turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi pada meja pertama, tiga siswa berprestasi selanjutnya pada meja kedua, dan seterusnya. Kompetisi ini memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Pada turnamen selanjutnya, para siswa akan tertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada waktu turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja naik meja ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Skor yang paling rendah diturunkan. Dengan cara ini, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

e. Penghargaan kelompok (Team recognition)

Tim terbaik akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan 20% dari peringkat siswa.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembelajaraan kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT diantaranya adalah (Irvanzaky, 2012):

a. Siswa lebih temotivasi untuk belajar agar dapat memberikan dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

b. Meningkatkan interaksi siswa secara aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa.

c. Menuntut rasa tanggung jawab siswa untuk berbuat terbaik bagi kelompoknya.

d. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah kurang efisien terhadap waktu yang ada karena membutuhkan waktu yang lama dalam persiapan turnamennya.


(39)

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Beck (1978:24) motivation is broadly concerned with the contemporary determinants of choice (direction), persistence, and of goal direct behavior. Cropley (Siregar dan Hartini Nara, 2010:49) menjelaskan, bahwa motivasi merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu, dan apabila tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka tersebut (Sardiman, 2008:75). Menurut Hamalik (2007:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2007:23). Menurut Winkel (2007:58) belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,


(40)

menjamin kelangsungan, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Sardiman, 2008:75). Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar.

2. Klasifikasi Motivasi

Menurut Sardiman (2008:89-91), dipandang dari sudut yang menimbulkannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, siswa yang senang membaca tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, siswa tersebut sudah rajin mencari buku untuk dibaca. Motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajar. Jadi motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial bukan sekedar simbol dan seremonial.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh, siswa belajar karena tahu besok pagi akan ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan nilai baik. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Menurut Sardiman (2008:85), ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


(41)

b. Menentukan arah kegiatan, yakni ke arah yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

4. Ciri-ciri Orang Termotivasi

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat diketahui melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana dikemukakan Brown (Imron, 1996:30) sebagai berikut: tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh; tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol dalam lingkungannya.

Menurut Sardiman (Imron, 1996:31) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin,


(42)

dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari, dan memecahkan masalah.

5. Peran Motivasi Dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi memiliki peran dalam belajar dan pembelajaran, antara lain (Uno, 2007:27-28):

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar.

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari sedikitnya sudah diketahui atau dinikmati manfaatnya.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.

Menurut Siregar dan Hartini Nara (2010:51), terdapat dua peran penting motivasi dalam belajar. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.


(43)

E. Keterampilan Sosial

1. Pengertian Keterampilan Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting ketika anak menginjak masa remaja, karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan (Thalib, 2010:159).

Keterampilan sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan orang lain, memberi atau menerima umpan balik, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai, maka siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Thalib, 2010:159). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain, berani berpendapat, memberi saran, penuh pertimbangan sebelum melakukan tindakan, dan bertindak sesuai norma yang berlaku.


(44)

2. Faktor-faktor Penentu Keterampilan Sosial

Menurut Thalib (2010:160), faktor-faktor yang menentukan keterampilan sosial, antara lain:

a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat utama dan pertama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak akan menentukan bagaimana anak akan bereaksi terhadap lingkungannya. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis atau

broken home, dimana anak yang tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup, akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal yang penting diperhatikan orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua dan saudara. Melalui komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua, segala bentuk konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya, komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial yang tidak harmonis.

b. Kepribadian

Penampilan sering diidentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang. Akan tetapi, apa yang tampil tidak selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya. Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan.

c. Pendidikan/ sekolah

Sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan sosial yang berkaitan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya.

d. Teman/ solidaritas kelompok

Peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain.

3. Cara Mengembangkan Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial siswa SMA sangat perlu dikembangkan, karena siswa SMA masih pada usia mencari jati diri dan masa membutuhkan


(45)

teman, sehingga perlu bimbingan yang memiliki landasan yang benar. Cara-cara berketerampilan sosial yang dapat dikembangkan dari siswa adalah sebagai berikut: membuat rencana dengan orang lain, partisipasi dalam usaha meneliti sesuatu, partisipasi produktif dalam kelompok, menjawab secara sopan pertanyaan orang lain, memimpin diskusi kelompok, bertindak secara tanggung jawab, dan menolong orang lain. Seorang siswa dikatakan berketerampilan sosial dengan baik sesuai aturan dengan sesamanya di dalam sebuah kelompok. Jadi, sarana kelompok urtuk berkomunikasi merupakan syarat yang harus ada di dalam memproses keterampilan sosial siswa (Thalib, 2010:162).

Secara singkat dapat dikemukakan bahwa keterampilan sosial siswa dapat berkembang dengan baik jika, 1) interaksi atau individu dalam suatu kelompok bisa terlaksana apabila individu dalam kelompok telah dibekali dengan berbagai keterampilan sosial termasuk cara berbicara, mendengar, dan memberi pertolongan; 2) suasana dalam suatu kelompok, yaitu suasana kerja dalam kelompok itu hendaknya memberi kesan semua anggota, bahwa mereka dianggap setaraf, khususnya dalam pengembangan keterampilan sosial.


(46)

F. Materi Mengelola Administrasi Kas dan Bank (KD: Menyusun

Rekonsiliasi Bank)

1. Hubungan rekening koran dengan akun kas

Sistem pengawasan kas yang mengharuskan semua transaksi dalam bentuk uang tunai maupun cek yang diterima setiap hari disetorkan ke bank, sementara pembayaran dengan kas dilakukan dengan menggunakan cek sehingga semua transaksi yang menyangkut kas selain oleh perusahaan juga dicatat oleh bank. Semua kas yang diterima sebelum disetor ke bank oleh perusahaan dicatat dalam jurnal penerimaan. Semua cek yang dikeluarkan perusahaan untuk semua jenis pembayaran dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Data kedua jurnal tersebut dihimpun dalam akun kas setelah dilakukan posting (Somantri, 2007:38).

Setoran dana dari perusahaan dan pengurangan cek yang dikeluarkan perusahaan oleh pihak bank dicatat dalam suatu rekening yang disebut rekening koran atau rekening giro. Simpanan dana dalam rekening tersebut bersifat lancar, artinya dapat ditarik sewaktu-waktu sehingga saldonya sering berubah-ubah (Somantri, 2007:38).

2. Tujuan rekonsiliasi bank

Tujuan dilakukan rekonsiliasi bank yang dilakukan oleh perusahaan yaitu untuk merukunkan atau mencocokan catatan kas di perusahaan dengan catatan kas dalam rekening koran, supaya dapat diketahui transaksi-transaksi yang sudah dicatat oleh perusahaan tetapi belum dicatat


(47)

oleh pihak bank, atau sebaliknya sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perbedaan saldo kas (Somantri, 2007:39).

3. Bentuk rekonsiliasi bank

Rekonsiliasi bank dapat disusun dalam bentuk staffel dan scontro. Rekonsiliasi bank dilakukan hanya terhadap saldo akhir kas, laporan rekonsiliasi bank dapat disusun dalam bentuk sebagai berikut (Somantri, 2007:40) :

1) Rekonsiliasi saldo menurut bank dan saldo menurut perusahaan ke arah saldo yang benar.

2) Rekonsiliasi saldo menurut bank ke arah saldo menurut catatan perusahaan.

Apabila rekonsiliasi bank dilakukan terhadap saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir maka laporan rekonsiliasi bank dapat disusun dalam bentuk sebagai berikut (Somantri, 2007:40):

1) Rekonsiliasi bentuk empat kolom 2) Rekonsiliasi bentuk delapan kolom

4. Prosedur rekonsiliasi bank

a. Penghitungan selisih saldo kas

Dalam perusahaan yang menyelenggarakan akuntansi secara manual, saldo akun kas menurut catatan perusahaan dalam buku besar pada akun kas. Dengan demikian, saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo kas menurut rekening koran pada suatu periode dapat diketahui dari saldo rekening koran dan saldo akun kas di buku besar. Dalam proses rekonsiliasi diperlukan buku-buku dan dokumen-dokumen, antara lain (Somantri, 2007:40):


(48)

1) Buku jurnal penerimaan kas 2) Buku jurnal pengeluaran kas 3) Rekening koran

4) Daftar bukti setoran ke bank

5) Bukti penerimaan dan pengeluaran kas dengan dokumen pendukungnya

b. Identifikasi penyebab timbulnya perbedaan saldo kas

Transaksi-transaksi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo rekening koran, antara lain (Somantri, 2007:41):

1) Setoran dalam perjalanan atau setoran dalam proses (deposit in transit), yaitu setoran perusahaan yang belum diterima oleh bank pada saat rekening koran sudah ditutup.

2) Cek dalam peredaran (out standing check), yaitu cek yang telah dikeluarkan perusahaan untuk pembayaran kepada pihak lain, tetapi sampai dengan penutupan rekening koran, cek yang bersangkutan belum diuangkan (dicairkan) sehingga belum tercatat dalam rekening koran.

3) Cek kosong, yaitu cek yang diterima perusahaan dan disetorkan ke bank, ditolak oleh bank karena dananya tidak mencukupi.

4) Cek ditempat (counter check), yaitu pengambilan uang dari bank tidak menggunakan cek melainkan dengan formulir yang disediakan oleh bank.

5) Adanya hasil inkaso bank, yaitu penagihan piutang/ wesel atas nama perusahaan dan dilakukan oleh bank, tetapi oleh bank belum dilaporkan ke perusahaan.

6) Kesalahan pencatatan bank dalam melakukan pencatatan. Bank mencatat penyetoran dan pengambilan ke rekening koran nasabah lain.

7) Kesalahan dalam pencatatan yang dilakukan bank atau perusahaan, yaitu mencatat uang dengan jumlah terlalu besar atau kecil.

8) Jasa giro dan biaya administrasi yang telah diperhitungkan dan dicatat oleh bank dalam rekening koran, sementara perusahaan baru mengetahui setelah menerima rekening koran dari bank.


(49)

c. Penyusunan laporan rekonsiliasi bank

1) Rekonsiliasi saldo akhir menurut bank dan menurut perusahaan ke arah saldo yang benar.

Menyusun rekonsiliasi bank dalam bentuk ini, pada dasarnya melakukan penambahan atau pengurangan terhadap saldo kas menurut catatan perusahaan atau menurut rekening koran sesuai dengan pengaruh transaksi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan saldo kas sehingga pada akhirnya akan diperoleh saldo kas yang sama. Langkah-langkah untuk dapat menyusun rekonsiliasi ke arah saldo yang benar adalah sebagai berikut (Somantri, 2007:44):

a) Menentukan saldo menurut pihak mana (bank atau perusahaan) yang harus diubah setiap terjadi penyebab perbedaan saldo. b) Menentukan perubahan yang harus dilakukan pada salso yang

bersangkutan, apakah harus ditambah atau harus dikurangi.

G. Kerangka Berpikir

Menurut Hamalik (2007:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki peranan dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar dan Hartini Nara, 2010:49). Salah satu indikator dalam motivasi belajar yaitu adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.


(50)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok, dimana kelompok tersebut dibentuk secara heterogen di dalam satu kelas. Dengan demikian, di dalam kelompok siswa dapat mengembangkan aspek akademik maupun sosialnya, sehingga tujuan belajar baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotorik dapat tercapai. Ada berbagai macam tipe dalam model pembelajaran kooperatif antara lain tipestudent teams achievement divisions,

teams games tournaments, team assisted individualization, dan cooperative intregrated reading and composition(Slavin, 2005:11-25).

TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Kegitan belajar melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan. Aktivitas belajar dirancang dengan permainan dan turnamen akademik akan menumbuhkan kegairahan siswa dalam belajar, tanggung jawab, kerja sama, dan persaingan yang sehat. Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen, yaitu: 1) presentasi kelas berupa penyampaian materi oleh guru kepada siswa; 2) pembagian kelompok untuk mendalami materi; 3) permainan yang dirancang untuk pembelajaran; 4) pertandingan akademik yang bertujuan untuk menciptakan persaingan yang sehat antar siswa; dan 5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Model pembelajaraan kooperatif tipe TGT akan diterapkan pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank pada kompetensi dasar menyusun rekonsiliasi bank. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian, bahwa motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa


(51)

masih rendah dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa siswa yang sibuk sendiri, tidur-tiduran, dan bercerita dengan siswa lain saat guru menjelaskan materi pelajaran. Dalam diskusi kelompok masih ada siswa yang enggan menyumbangkan ide dan tidak mau bekerja sama dengan siswa lain. Peristiwa tersebut dapat terjadi karena guru belum menggunaakan model dan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dalam kondisi tersebut model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dapat diterapkan dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa. Dalam TGT siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan adanya interaksi dan saling berdiskusi, adanya permainan yang menyenangkan, pertandingan akademik yang bertujuan untuk bersaing secara sehat, dan penghargaan bagi kelompok. Dengan demikian, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat merangsang siswa untuk tertarik terlibat dalam proses pembelajaran sehingga pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.

Pernyataan-pernyataan tersebut didukung oleh kajian hasil penelitian yang relevan, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan Restika Parendrarti (2009) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model teams games tournament dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa. Peningkatan motivasi belajar biologi siswa ditunjukkan dengan peningkatan skor motivasi belajar dan hasil belajar siswa yaitu 124,87 pada siklus I


(52)

(termasuk kategori baik) menjadi 151,70 pada siklus II (termasuk kategori sangat baik).

2. Penelitian yang dilakukan Ni Wayan Eva Nurhayati (2012:226) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teams games

tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata persentase motivasi belajar siswa siklus I sebesar 64,6 (cukup tinggi) menjadi 75,77 (tinggi) pada siklus II. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 10% yakni dari 70,53 pada siklus I menjadi 77,86 pada sikulus II dengan kualifikasi tuntas. Ketuntasan klasikal meningkat dari siklus I 67% menjadi 93% pada siklus II.

3. Van Sikle (Solihatin dan Rahajo, 2008:13) dalam penelitiannya mengenai model cooperative learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam modelcooperative learningmendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan positif, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa, serta mengembangkan dan ketercapaian kurikulum.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Slavin (Rusman, 2011:205) menyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain; (2)


(53)

pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

H. Model Penelitian Tindakan Kelas

Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT

Keterampilan Sosial Motivasi


(54)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:9). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah SMK Sanjaya Pakem, Jalan Kaliurang Km. 17 Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582. Telp. (0274) 895187.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari–Mei 2013.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini merupakan siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem.


(55)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games

tournaments(TGT).

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan observasi terhadap situasi awal di kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa utuk mendukung data yang diperoleh.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah.

a. Siklus Pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau tatap muka di kelas yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut:


(56)

1) Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaraan kooperatif tipe TGT, yang meliputi sebagai berikut:

a) Peneliti dan guru menggali data awal tentang karakteristik siswa untuk mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan yang dimiliki ke dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini meliputi rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar kerja siswa, dan lembar observasi.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang meliputi: (1) Instrumen untuk mengobservasi aktivitas guru (tersedia di

lampiran 1, 2, dan 3 halaman 155, 156, dan 163)

(2) Instrumen untuk mengobservasi aktivitas siswa (tersedia di lampiran 3 dan 7 halaman 159 dan 164)

(3) Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok (tersedia di lampiran 4 dan 8 halaman 160 dan 165)

(4) Instrumen untuk mengobservasi aktivitas kelas (tersedia di lampiran 5 dan 9 halaman 161 dan 166)

(5) Kuesioner motivasi belajar siswa (tersedia di lampiran 13a halaman 171)


(57)

(6) Kuesioner keterampilan sosial siswa (tersedia di lampiran 14a halaman 178)

2) Tindakan

Pada tahap ini guru melakukan pre-test (tersedia lampiran 15 halaman 185) terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil

pre test digunakan untuk membentuk kelompok. Selanjutnya

dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai rencana dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam presentasi kelas dengan metode ceramah dan diskusi. Pada saat presentasi kelas ini diharapkan siswa benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Hal tersebut bertujuan untuk membantu siswa bekerja lebih baik pada saat diskusi kelompok, permainan, dan pertandingan.

b) Kelompok (Team)

Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing beranggotakan empat sampai lima orang secara heterogen. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk mendalami materi bersama teman dalam satu kelompok dan mempersiapkan anggota kelompok dalam bekerja supaya siswa bekerja secara optimal saat mengerjakan lembar kerja siswa, permainan, dan pertandingan.


(58)

c) Permainan (Game)

Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa selama presentasi kelas dan belajar kelompok. Permainan juga digunakan untuk mengetahui kekompakan kelompok dalam menyelesaikan persoalan. Setiap kelompok mengerjakan soal-soal dalam permainanmake a match. Setiap kelompok akan memperoleh satu set kartu. Kartu tersebut berupa soal dan jawaban. Kelompok diminta untuk mencari pasangan dari setiap kartu dan menempelkan pada media yang sudah disediakan. Kartu soal maupun kartu jawaban yang sudah ditempelkan tidak boleh ditukar dengan kartu lain. Kelompok hanya boleh berdiskusi dengan siswa dalam satu kelompoknya. Kelompok yang melanggar aturan akan langsung didiskualifikasi dan tidak diperbolehkan melanjutkan permainan.

Setelah waktu yang ditentukan habis, guru menunjuk beberapa kelompok untuk membacakan hasil permainan. Kelompok lain menilai apakah kartu soal dan kartu jawaban yang dibacakan memang cocok. Jika cocok maka kelompok akan memperoleh tambahan skor 100 untuk setiap pasangan kartu. Setiap anggota dalam satu kelompok diharapkan menyumbangkan ide untuk menyelesaikan permainan, sehingga kekompakkan,


(59)

saling memberi masukan, dan kerja sama sangat diperlukan dalam permainan ini.

d) Pertandingan (Tournament)

Pertandingan dilakukan setelah guru melakukan presentasi kelas, kelompok, dan permainan. Guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Setiap meja turnamen terdiri dari empat sampai lima siswa yang dikelompokan secara heterogen. Kompetisi ini memungkinkan para siswa berkontribusi secara maksimal terhadap kelompok jika mereka menginginkan kelompoknya menjadi yang terbaik.

Pada pertandingan ini setiap kelompok akan mendapatkan sebuah bendera dan uang investasi dengan jumlah nominal yang sama. Siswa pertama dari masing-masing kelompok maju ke depan dan membawa uang investasi (besarnya investasi ditentukan oleh kelompok) untuk mengambil soal yang telah disediakan untuk masing-masing kelompok. Siswa diberi waktu maksimal dua menit untuk berpikir dan tidak boleh berdiskusi dengan teman. Siswa yang melanggar aturan akan mendapat kartu kuning, jika melanggar aturan sampai dua kali maka akan mendapatkan kartu merah. Siswa diminta menuliskan jawabannya di depan kelas pada tempat yang telah disediakan. Siswa yang dapat menjawab dengan benar akan mendapatkan skor sesuai dengan jumlah nominal uang yang diinvestasikan. Apabila


(60)

jawaban siswa salah maka dapat dilempar ke kelompok lain dengan cara mengangkat bendera. Guru akan menunjuk kelompok yang mengangkat bendera pertama. Apabila kelompok berhasil menjawab pertanyaan dengan benar maka skor akan bertambah sesuai dengan jumlah nominal uang yang diinvestasikan siswa yang menjawab salah. Apabila jawaban dari kelompok salah, maka soal dianggap hangus dan tidak ada yang mendapatkan skor, selanjutnya siswa kedua dari masing-masing kelompok maju, begitu seterusnya untuk pertandingan selanjutnya.

e) Penghargaan kelompok

Guru akan mengumumkan kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ditentukan dengan menjumlah skor seluruh anggota kelompok. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan skor akan mendapatkan penghargaan. Dengan demikian, kelompok lain yang belum mendapatkan penghargaan akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi supaya bisa mendapatkan penghargaan.

3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan. Dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap hasil tindakan yang meliputi interaksi dan keterlibatan siswa dalam kelompok serta kekompakan kelompok saat permainan dan pertandingan.


(61)

4) Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis dan evaluasi hasil pengamatan. Siswa dibagikan kuesioner mengenai motivasi belajar (tersedia di lampiran 13a halaman 171) dan keterampilan sosial (tersedia di lampiran 14a halaman 178) untuk mengetahui bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

a) Refleksi (tersedia di lampiran 10 dan 11 halaman 167 dan 168) setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan mencari pemecahan masalah untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

b) Refleksi pada setiap akhir siklus, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditentukan telah tercapai, kemudian dilakukan refleksi bersama guru untuk penyempurnaan pertemuan selanjutnya.

b. Siklus Kedua

Tahapan dan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya sama dengan siklus pertama, yang membedakan adalah tahap perencanaan dan tindakan.


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAMS

GAMES TOURNAMENT(TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA ADMINISTRASI KAS DAN BANK

Penelitian Dilakukan di Kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem

Praptomaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran mengelola administasi kas dan bank dengan pokok bahasan menyusun rekonsiliasi bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipeteams games tournament(TGT).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi kelas, pembagian kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa yaitu kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank dengan pokok bahasan rekonsiliasi bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (rata-rata pra penelitian = 64,68; siklus pertama = 75,59; siklus kedua = 80,94; rata-rata siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang ditetapkan yaitu 75,00); (2) ada peningkatan keterampilan sosial pada mata pelajaran mengelola administrasi kas dan bank dengan pokok bahasan rekonsiliasi bank melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (rata-rata pra penelitian = 65,79; siklus pertama = 80,12; siklus kedua = 85,44; rata-rata siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang ditetapkan yaitu 75,00).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMANT (TGT) TYPE TO IMPROVE

STUDENT’SLEARNING MOTIVATION AND SOCIAL SKILLS ON THE

SUBJECTS OF MANAGING THE ADMINISTRATION OF CASH AND BANK

A Research was Conducted to the Tenth Grade Students of Accounting Departement of Sanjaya Vocational High School, Pakem

Praptomaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims at know the increase of student’s learning motivation and social skills in studying accounting in the topic of bank reconsiliation through the implementation of cooperative learning model teams games tournament (TGT) type.

This research is a classroom action research. It was conducted on the tenth grade students of Acoounting Departement of Sanjaya Vocational High School Pakem. The implementation of this classroom action research was done in two cycles in which each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The main components of cooperative learning TGT type are class presentation, groups sharing, games, tournament, and the appreciation of the group. Instruments used in this study to measure the students motivation in learning and social skills are quetionnaires. The data obtained are analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.

The result of the research shows that: (1) there is an increase in student’s learning motivation in the subjects of managing the administration of cash and bank with the subject of bank reconciliation through the implementation of cooperative learning TGT type (the average score before the research = 64,68; the first cycle average score = 75,59; the second cycle average score = 80,94; the average score of first cycle and second cycle has reached the targets which were decided 75,00); (2) there is an increase in the student’s social skills in the subjects of managing the administration of cash and bank with the subject of bank reconciliation through the implementation of cooperative learning TGT type (the average score before the research = 65,79; the first cycle average score = 80,12; the second cycle average score = 85,44; the average cycle score of first and second cycle has reached the target which has been decided at 75,00).


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada materi jurnal penyesuaian.

0 2 334

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi.

0 0 196

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 260

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran Mengelola Administrasi Kas dan Bank

0 3 369

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi

0 7 194

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 288