1. Pembahasan 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Akibat Penerapan Model

yang telah dibuat. Pada saat permainan dan pertandingan berlangsung kondisi kelas sedikit ramai karena siswa merasa senang ketika hasilnya dicocokkan benar, namun keramaian tersebut hanya berlangsung singkat. Kondisi yang demikian akan mendukung proses pembelajaran ke arah yang lebih baik karena metode dan model yang diterapkan tidak monoton. d. Refleksi Pada tahap ini dilaksanakan evaluasi, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Refleksi yang dilaksanakan merupakan refleksi segera setelah pertemuan berakhir sekaligus sebagai refleksi pada akhir siklus kedua. Refleksi dilakukan pada guru mitra dan siswa. Berikut ini dipaparkan hasil refleksi siklus pertama. 1 Kesan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT Tabel 5.19 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II No. Deskripsi Uraian 1. Kesan guru terhadap komponen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Bagus, bisa membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar, kemampuan afektif bisa lebih terlihat, tetapi kemampuan kognitif bagi siswa yang memiliki kemampuan kurang menjadi lebih tertinggal. 2. Kesan guru terhadap motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Motivasi siswa bagus, terlebih pada saat permainan dan pertandingan siswa berusaha untuk bisa. 3. Kesan guru terhadap sikap aspek afektik keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Keterampilan sosial siswa dengan TGT lebih bagus, siswa lebih bisa bekerja sama, saling menghargai pendapat dan sifat individualisme sudah tidak ada, serta saling mendukung. 4. Hambatan yang dihadapi apabila nanti guru hendak melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Siswa yang kemampuan kognitifnya kurang, agak kesulitan untuk memahami materi karena di sesi pertandingan sudah tidak dibantu teman. 5. Hal-hal yang mendukung apabila guru nanti akan menggunakan model pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TGT. Motivasi dan semangat siswa serta media yang mudah disiapkan. 6. Manfaat yang diperoleh dengan merencanakan rencana pembelajaran dan membuat perangkat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Bisa lebih memotivasi siswa untuk berusaha memahami materi, aspek keterampilan sosial bisa lebih terbentuk. 7. Hal-hal apa saja yang harus diperbaiki dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Siswa harus ditekankan untuk membaca dan memahami materi yang akan dibahas. Tabel 5.19 menunjukkan kesan guru mitra terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT setelah melakukan tindakan di kelas. Kesan guru mitra terhadap komponen pembelajaran yang telah diterapkan secara umum bagus. Dengan penerapan model pembelajaran ini siswa lebih termotivasi untuk belajar, kemampuan afektif siswa bisa lebih terlihat. Keterampilan sosial siswalebih bagus, siswa telah mampu bekerja sama dengan baik, saling menghargai pendapat, sifat individualism sudah tidak terlihat, dan aktif dalam proses pembelajaran. Kendala yang dihadapi oleh guru yaitu siswa yang kemampuan kognitifnya kurang, sedikit kesulitan untuk memahami materi. Saran yang disampaikan oleh guru ketika hendak melaksanakan model TGT yaitu siswa harus ditekankan untuk membaca dan memahami materi yang akan dibahas. 2 Kesan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT Tabel 5.20 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II No. Deskripsi Komentar 1. Bagaimana pendapat anda terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan? Asyik, menyenangkan, seru menjadikan pembelajaran mudah dipahami, santai tapi serius, tidak membosankan, kreatif, unik, bagus, dan menantang. 2. Apakah anda merasa senang dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT? 6,25 merasa sangat senang dan 93,75 merasa senang. 3. Apakah anda berminat mengikuti pembelajaran dengan TGT jika diterapkan kembali 12,50 menyatakan sangat berminat dan 87,50 menyatakan berminat. pada pembelajaran selanjutnya? 4. Apa yang membuat anda senang atau tidak senang ketika mengikuti proses pembelajaran dengan TGT? Yang membuat senang ketika bekerja sama, lebih asyik, seru, tidak terlalu serius, pembelajaran menjadi lebih jelas, game dan turnamennya menantang, kami menjadi lebih aktif, harus mandiri saat turnamen, permainnya menyenangkan, tidak senang saat salah dalam mengerjakan soal, beda pendapat dalam kelompok, terburu-buru dalam mengerjakan soal, dan waktunya terlalu singkat. 5. Apakah anda merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru? Terkadang sulit tapi kalau belajar pasti bias. 6. Hambatan apa yang anda temui ketika mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe TGT? Waktunya terlalu singkat, kurang menguasai materi, gugup, sulit mengingat kata kunci, kurang konsentrasi, sedikit bingung, ada materi yang belum begitu paham, terkadang bingung memilah bagian perusahaan dan bank, kurang tertib,kurang percaya diri saat maju ke depan, tergesa-gesa, dan kurang teliti. 7. Pengalaman baru apa yang anda dapatkan selama mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe TGT? Harus berusaha terus tanpa menyerah, pembelajaran dengan metode baru, lebih berani maju ke depan, belajar dengan game dan tournament, saling memahami, menghargai teman, harus mampu bekerja sama di dalam kelompok, tidak membeda-bedakan teman, dapat mempelajari materi dengan baik, dapat saling bekerja sama, berinteraksi satu sama lain, sabar, mandiri, lebih mudah memahami materi, belajar yang tidak sepaneng tetapi dapat dicerna dengan baik. 8. Apa kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah diterapkan? Tidak ada, waktunya kurang lama, kadang terlalu tegang, kurang teliti, dalam kerja sama pembagian tugasnya kurang merata, suasana kelas menjadi sedikit gaduh. 9. Apa saran anda untuk pembelajaran selanjutnya? Pembelajaran selanjutnya menggunakan TGT, lebih disiplin, jangan terlalu tegang, waktu mengerjakan diperpanjang, menggunakan model pembelajaran yang lebih asyik dan menyenangkan. Tabel 5.20 menunjukkan kesan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kesan siswa secara umum yaitu mereka merasa senang dan antusias mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Seluruh siswa menyatakan bahwa mereka berminat mengikuti pembelajaran dengan model TGT. Manfaat yang siswa rasakan yaitu mereka menjadi lebih memahami materi rekonsiliasi bank dan dapat menjalin kerjasama dengan teman tanpa membeda-bedakan teman. B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT 1. Motivasi Belajar Peneliti membagikan kuesioner motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajraan kooperatif tipe TGT. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaraan TGT. Kuesioner ini diisi oleh semua siswa. Berikut ini adalah tabel data tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X Akuntansi: Tabel 5.21 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I, dan Siklus II No. Nama Siswa Sebelum Siklus I Siklus II Target Keterangan 1. Aulia Permata Sari 61 72 77 75 Meningkat, tercapai 2. Andrianus Reno 49 - - 75 - 3. Emanuel Magai 60 80 89 75 Meningkat, tercapai 4. Fania Dewi Titisari 65 73 78 75 Meningkat, tercapai 5. Florentina Yuni Dwi U. 81 83 86 75 Meningkat, tercapai 6. Iin Karunia Natalia 57 71 72 75 Meningkat, tidak tercapai 7. M. Th. Sekarlangit K.P 65 72 76 75 Meningkat, tercapai 8. Meidyana Purnama N 61 64 69 75 Meningkat, tidak tercapai 9. Melina Fransisca 74 75 79 75 Meningkat, tercapai 10. Mila Mahabaruni T. 64 76 80 75 Meningkat, tercapai 11. Muhklisin 63 74 79 75 Meningkat, tercapai 12. Nurhayati 70 76 89 75 Meningkat, tercapai 13. Odilia Friska Dora 73 76 77 75 Meningkat, tercapai 14. Siti Mulyani 53 77 83 75 Meningkat, tercapai 15. Wirawati Dewi 65 86 - 75 Meningkat, tercapai 16. Laurensia Wiwid P 69 72 80 75 Meningkat, tercapai 17. Yustina Yuni Winarti 75 89 95 75 Meningkat, tercapai 18. Dyah Ayu Lestari 60 - - 75 - 19. Wikan Nurul Aini 64 71 86 75 Meningkat, tercapai Jumlah 1229 1285 1295 Rata-rata 64,68 75,59 80,94 Meningkat, tercapai Berdasarkan tabel 5.21 tingkat motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata motivasi belajar saat belum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 64,68, kemudian siklus I adalah 75,59, dan siklus kedua adalah 80,94. Dapat disimpulkan bahwa sebelum penelitian belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan penelitian pada siklus I dan siklus II pencapaian tingkat motivasi belajar siswa sudah mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 75. Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat bahwa ada 2 siswa 10,53 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 17 siswa 89,47 belum memenuhi target. Pada siklus I dapat dilihat bahwa hanya ada 9 siswa 52,94 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 8 siswa 47,06 belum memenuhi target. Pada siklus II dapat dilihat bahwa ada 14 siswa 87,50 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 2 siswa 12,50 belum memenuhi target. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar sebelum penelitian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut: Tabel 5.22 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori 1. 81 - 100 1 5,26 Sangat baik 2. 66 - 80 5 26,32 Baik 3. 56 - 65 11 57,89 Cukup 4. 46 - 55 2 10,53 Kurang baik 5. 46 Sangat kurang baik Jumlah 19 100 Dari tabel 5.22 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 1 siswa 5,26, motivasi belajar dengan kategori baik ada 5 siswa 26,32, motivasi belajar dengan kategori cukup 11 siswa 57,89, motivasi belajar dengan kategori kurang baik ada 2 siswa 10,53, dan yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori cukup yaitu 57,89. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut: Tabel 5.23 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori 1. 81 - 100 3 17,65 Sangat baik 2. 66 - 80 13 76,47 Baik 3. 56 - 65 1 5,88 Cukup 4. 46 - 55 Kurang baik 5. 46 Sangat kurang baik Jumlah 17 100 Dari tabel 5.23 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 3 siswa 17,65, motivasi belajar dengan kategoti baik ada 13 siswa 76,47, motivasi belajar dengan kategori cukup 1 siswa 5,88, motivasi belajar dengan kategoti kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama, siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu 76,47. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pada siklus II berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut: Tabel 5.24 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus II No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori 1. 81 - 100 6 37,50 Sangat baik 2. 66 - 80 10 62,50 Baik 3. 56 - 65 Cukup 4. 46 - 55 Kurang baik 5. 46 Sangat kurang baik Jumlah 16 100 Dari tabel 5.24 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 6 siswa 37,50, motivasi belajar dengan kategori baik ada 10 siswa 62,50, motivasi belajar dengan kategori cukup 0 siswa 0, motivasi belajar dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu 62,50.

2. Keterampilan Sosial

Peneliti membagikan kuesioner keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajraan kooperatif tipe TGT. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaraan TGT. Kuesioner ini diisi oleh siswa. Berikut ini adalah tabel data tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X Akuntansi: Tabel 5.25 Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I, dan Siklus II No. Nama Siswa Sebelum Siklus I Siklus II Target Keterangan 1. Aulia Permata Sari 64 80 86 75 Meningkat, tercapai 2. Andrianus Reno 57 - - 75 - 3. Emanuel Magai 63 81 90 75 Meningkat, tercapai 4. Fania Dewi Titisari 64 84 90 75 Meningkat, tercapai 5. Florentina Yuni Dwi U. 88 90 93 75 Meningkat, tercapai 6. Iin Karunia Natalia 59 70 74 75 Meningkat, tidak tercapai 7. M. Th. Sekarlangit K.P 59 79 82 75 Meningkat, tercapai 8. Meidyana Purnama N 57 65 75 75 Meningkat, tercapai 9. Melina Fransisca 80 86 88 75 Meningkat, tercapai 10. Mila Mahabaruni T. 65 81 87 75 Meningkat, tercapai 11. Muhklisin 65 72 77 75 Meningkat, tercapai 12. Nurhayati 83 90 94 75 Meningkat, tercapai 13. Odilia Friska Dora 70 79 83 75 Meningkat, tercapai 14. Siti Mulyani 37 69 83 75 Meningkat, tercapai 15. Wirawati Dewi 58 94 - 75 - 16. Laurensia Wiwid P 78 88 92 75 Meningkat, tercapai 17. Yustina Yuni Winarti 83 87 95 75 Meningkat, tercapai 18. Dyah Ayu Lestari 64 - - 75 - 19. Wikan Nurul Aini 56 67 78 75 Meningkat, tercapai Jumlah 1250 1362 1367 Rata-rata 65,79 80,12 85,44 Meningkat, tercapai Berdasarkan tabel 5.25 tingkat keterampilan siswa kelas X Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata keterampilan sosial sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 65,79, pada siklus I adalah 80,12, dan siklus kedua adalah 85,44. Dapat disimpulkan bahwa sebelum penelitian belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan penelitian pada siklus I dan siklus II pencapaian tingkat keterampilan sosial siswa sudah mencapai target yang diharapkan. Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat bahwa ada 5 siswa 26,32 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 14 siswa 73,68 belum memenuhi target. Pada siklus I dapat dilihat bahwa hanya ada 12 siswa 70,59 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 5 siswa 29,41 belum memenuhi target. Pada siklus II dapat dilihat bahwa ada 15 siswa 93,75 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 1 siswa 6,25 belum memenuhi target. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial sebelum penelitian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut: Tabel 5.26 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penelitian No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori 1. 81 - 100 3 15,79 Sangat baik 2. 66 - 80 3 15,79 Baik 3. 56 - 65 12 63,16 Cukup 4. 46 - 55 Kurang baik 5. 46 1 5,26 Sangat kurang baik Jumlah 19 100 Dari tabel 5.26 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 3 siswa 15,79, keterampilan sosial dengan kategori baik ada 3 siswa 15,79, keterampilan sosial dengan kategori cukup 12 siswa 63,16, keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 1 siswa 5,26. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori cukup baik yaitu 63,16. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut: Tabel 5.27 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori 1. 81 - 100 9 52,94 Sangat baik 2. 66 - 80 7 41,18 Baik 3. 56 - 65 1 5,88 Cukup 4. 46 - 55 Kurang baik 5. 46 Sangat kurang baik Jumlah 17 100 Dari tabel 5.27 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 9 siswa 52,74, keterampilan sosial dengan kategori baik ada 7 siswa 41,18, keterampilan sosial dengan kategori cukup 1 siswa 55,88, keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama, siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 52,94. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut: Tabel 5.28 Analisis Keterampilam Sosial Siswa Siklus II No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori 1. 81 - 100 12 75,00 Sangat baik 2. 66 - 80 4 25,00 Baik 3. 56 - 65 Cukup 4. 46 - 55 Kurang baik 5. 46 Sangat kurang baik Jumlah 16 100 Dari tabel 5.28 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 12 siswa 75,00, keterampilan sosial dengan kategori baik ada 4 siswa 25,00, keterampilan sosial dengan kategori cukup 0 siswa 0, keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 75,00.

C. Pembahasan 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Akibat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hasil rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus pertama dibandingkan dengan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama mengalami peningkatan. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yaitu 64,68, sedangkan pada saat dilakukan tindakan di siklus pertama rata-rata yang dihasilkan yaitu 75,57 dan target yang diharapkan tercapai. Hasil rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus kedua dibandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan. Pada siklus kedua rata-rata yang dicapai yaitu 80,94 selisih 5,47 dari siklus pertama. Peningkatan rata-rata motivasi belajar pada siklus kedua sebagai akibat dari perbaikan tindakan siklus pertama. Pada siklus kedua target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Oleh karena rata-rata motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diharapkan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Peningkatan motivasi belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT didukung oleh pendapat Slavin 2005:4 yang menyatakan bahwa banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan antara lain adalah meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, meningkatkan rasa harga diri, dan menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran model teams games tournament dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa Parendrarti, 2009. Penelitian lain menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teams games tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Nurhayati, 2012:226. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Restika Parendrarti dan Ni Wayan Eva Nurhayati. 2. Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa Akibat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hasil rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus pertama dibandingkan dengan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama mengalami peningkatan. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yaitu 65,79, sedangkan pada saat dilakukan tindakan di siklus pertama rata-rata yang dihasilkan yaitu 80,12 dan target yang diharapkan tercapai. Hasil rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus kedua dibandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan. Pada siklus kedua rata-rata yang dicapai yaitu 85,44 selisih 5,32 dari siklus pertama. Peningkatan rata-rata keterampilan sosial pada siklus kedua sebagai akibat dari perbaikan tindakan siklus pertama. Pada siklus kedua target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Oleh karena rata-rata keterampilan sosial siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diharapkan, maka dapat dikatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem kelas X Akuntansi dapat meningkatkan keterampilan sosial khususnya pada materi rekonsiliasi bank. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Van Sikle Solihatin dan Raharjo, 2007:13 bahwa dalam model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial, berkembangnya sikap kertergantungan positif, dan mendorong peningkatan serta kegairahan belajar siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Slavin Rusman, 2011:205 yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Webb Solihatin dan Raharjo, 2007:13 mengatakan bahwa penggunaan model cooperative learning, sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana yang demokratis dalam kelas. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Van Sikle, Slavin, dan Webb. 146 BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatig tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi rekonsiliasi bank. Peningkatan motivasi belajar siswa tampak dari hasil kuesioner. Pada saat sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yang dicapai siswa yaitu 64,68. Rata-rata hasil kuesioner motivasi belajar pada siklus pertama meningkat menjadi 75,59. Selanjutnya pada siklus kedua terjadi peningkatan rata-rata hasil kuesioner motivasi belajar yaitu sebesar 80,94. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang diharapkan yaitu 75. Berdasarkan hasil refleksi dan wawancara yang dilakukan oleh guru mitra dan siswa, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membangkitkan semangat dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatig tipe TGT dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada materi rekonsiliasi bank. Peningkatan keterampilan sosial siswa tampak dari hasil kuesioner. Pada saat sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yang dicapai siswa yaitu 65,79. Rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial pada siklus pertama meningkat menjadi 80,12. Selanjutnya pada siklus kedua terjadi peningkatan rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial yaitu 85,44. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang diharapkan yaitu 75. Berdasarkan hasil refleksi dan wawancara yang dilakukan oleh guru mitra dan siswa, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kekompakan, menghargai perbedaan pendapat, dan bekerja sama antar siswa dalam mengerjakan tugas kelompok.

B. Keterbatasan

Ada beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, antara lain: 1. Tidak dilakukan uji reliabilitas terhadap teknik observasi, sehingga tidak diketahui apakah observasi yang dilakukan telah memenuhi tingkat keandalan yang tinggi. 2. Kondisi dan suasana kelas gaduh sehingga pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sedikit terganggu. 3. Media power point pada siklus pertama tidak digunakan karena tidak adanya LCD proyektor sehingga pembelajaran menjadi tidak optimal. 4. Ada siswa yang tidak hadir ketika siklus pertama dan kedua berlangsung sehingga peneliti tidak dapat mengetahui tingkat motivasi belajar dan keterampilan sosialnya. 5. Pada siklus pertama waktu pelaksanaan tindakan berbeda dengan waktu yang telah disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sehingga proses pembelajaran berlangsung semakin lama dan siswa merasa kelelahan.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang ditujukan pada pihak yang terkait dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagi Guru Guru khususnya guru akuntansi hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai alternatif model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran supaya siswa tidak merasa bosan ketika mengikuti proses pembelajaran terutama pada materi yang memerlukan konsep tertentu untuk dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. dengan menerapkan model pembelajaran TGT siswa akan lebih aktif, termotivasi dalam belajar, dan keterampilan sosialnya semakin meningkat. 2. Bagi Siswa Siswa diharapkan berpartisipasi aktif baik dalam kelas maupun dalam kelompok. 3. Bagi Peneliti selanjutnya a. Dalam melakukan observasi, hendaknya observer latihan terlebih dahulu supaya memiliki persepsi yang sama dan konsisten antar observer . b. Sering meluangkan waktu untuk bertatap muka dengan guru mitra dalam melakukan persiapan pembelajaran, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat berjalan secara optimal sesuai dengan harapan peneliti maupun guru mitra. c. Peneliti perlu melakukan pengamatan secara mendetail pada setiap kelompok dari awal hingga akhir pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas keterlibatan setiap anggota kelompok saat diskusi berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi., Suhardjono. dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Beck, Robert. 1978. Motivation Theories and Principles. New Jersey: Prentice- Hall. Eno, Maria Magdalena. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Ekonomi”. Disertasi Sarjana. Universitas Sanata Dharma: tidak diterbitkan. Ervina, Monica. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Division STAD Guna Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi : Penelitian Dilakukan pada Siswa Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu” . Disertasi Sarjana. Universitas Sanata Dharma: tidak diterbitkan. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Harnanto. 2007. Akuntansi Keuangan Menengah Buku Satu. Yogyakarta: BPFE. Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya. Irvanzaky. 2012. http:irvanzaky.blogspot.com201205teams-games-tournaments- tgt.html . Isjoni dan Arif Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: PT. Indeks. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisisus. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurhayati, Ni Wayan Eva. 2012. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII D SMP Negeri 2 Kediri” . Disertasi Sarjana. Parendrarti, Restika. 2009. “Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Muhamadiyah 2 Surakarta” . Disertasi Sarjana. Universitas Muhamadiyah Surakarta: tidak diterbitkan. Rusman. 2011. Manajemen Sekolah Bermutu: Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mangajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS . Jakarta: Bumi Aksara. Somantri, Hendi. 2007. Memahami Akuntansi SMK Seri B. Bandung: Armico. Sucipto, Toto. 2011.Akuntansi 2. Bandung: Yudhistira. Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Taniredja, Tukiran. Efi Miftah Faridli dan Harmianto, Sri. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru : Praktik, Praktis, dan Mudah . Bandung: Alfabeta.

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada materi jurnal penyesuaian.

0 2 334

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi.

0 0 196

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 260

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran Mengelola Administrasi Kas dan Bank

0 3 369

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi

0 7 194

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 288