yang telah dibuat. Pada saat permainan dan pertandingan berlangsung kondisi kelas sedikit ramai karena siswa merasa senang
ketika hasilnya dicocokkan benar, namun keramaian tersebut hanya berlangsung singkat. Kondisi yang demikian akan mendukung
proses pembelajaran ke arah yang lebih baik karena metode dan model yang diterapkan tidak monoton.
d. Refleksi Pada tahap ini dilaksanakan evaluasi, pemaknaan, dan
penyimpulan hasil observasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Refleksi yang dilaksanakan merupakan refleksi
segera setelah pertemuan berakhir sekaligus sebagai refleksi pada akhir siklus kedua. Refleksi dilakukan pada guru mitra dan siswa. Berikut ini
dipaparkan hasil refleksi siklus pertama. 1 Kesan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Tabel 5.19 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Siklus II No.
Deskripsi Uraian
1. Kesan
guru terhadap
komponen pembelajaran
yang digunakan
dalam pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran tipe TGT.
Bagus, bisa membuat siswa lebih
termotivasi untuk
belajar, kemampuan afektif bisa lebih terlihat, tetapi
kemampuan kognitif bagi
siswa yang
memiliki kemampuan kurang menjadi
lebih tertinggal.
2. Kesan
guru terhadap
motivasi belajar
siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT.
Motivasi siswa
bagus, terlebih pada saat permainan
dan pertandingan
siswa berusaha untuk bisa.
3. Kesan guru terhadap sikap
aspek afektik keterampilan sosial
siswa dalam
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran tipe TGT. Keterampilan
sosial siswa
dengan TGT lebih bagus, siswa lebih bisa
bekerja sama,
saling menghargai
pendapat dan
sifat individualisme sudah tidak
ada, serta saling mendukung. 4.
Hambatan yang dihadapi apabila nanti guru hendak
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe TGT. Siswa
yang kemampuan
kognitifnya kurang,
agak kesulitan untuk memahami
materi karena
di sesi
pertandingan sudah
tidak dibantu teman.
5. Hal-hal yang mendukung
apabila guru nanti akan menggunakan
model pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe TGT. Motivasi dan semangat siswa
serta media yang mudah
disiapkan.
6. Manfaat
yang diperoleh
dengan merencanakan
rencana pembelajaran dan membuat
perangkat pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran tipe TGT.
Bisa lebih memotivasi siswa untuk berusaha memahami
materi, aspek keterampilan sosial bisa lebih terbentuk.
7. Hal-hal apa saja yang harus
diperbaiki dalam
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran tipe TGT. Siswa
harus ditekankan
untuk membaca
dan memahami materi yang akan
dibahas.
Tabel 5.19 menunjukkan kesan guru mitra terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT setelah
melakukan tindakan di kelas. Kesan guru mitra terhadap komponen
pembelajaran yang telah diterapkan secara umum bagus. Dengan penerapan model pembelajaran ini siswa lebih termotivasi untuk
belajar, kemampuan afektif siswa bisa lebih terlihat. Keterampilan sosial siswalebih bagus, siswa telah mampu bekerja sama dengan
baik, saling menghargai pendapat, sifat individualism sudah tidak terlihat, dan aktif dalam proses pembelajaran. Kendala yang dihadapi
oleh guru yaitu siswa yang kemampuan kognitifnya kurang, sedikit kesulitan untuk memahami materi. Saran yang disampaikan oleh
guru ketika hendak melaksanakan model TGT yaitu siswa harus ditekankan untuk membaca dan memahami materi yang akan
dibahas. 2 Kesan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Tabel 5.20 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II No.
Deskripsi Komentar
1. Bagaimana
pendapat anda terhadap metode
pembelajaran kooperatif tipe
TGT yang
diterapkan? Asyik, menyenangkan, seru
menjadikan pembelajaran mudah dipahami, santai tapi serius, tidak
membosankan, kreatif, unik, bagus, dan menantang.
2. Apakah anda merasa
senang dalam mengikuti pembelajaran
dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT?
6,25 merasa sangat senang dan 93,75 merasa senang.
3. Apakah anda berminat
mengikuti pembelajaran dengan
TGT jika
diterapkan kembali
12,50 menyatakan sangat berminat dan 87,50
menyatakan berminat.
pada pembelajaran
selanjutnya?
4. Apa
yang membuat
anda senang atau tidak senang ketika mengikuti
proses pembelajaran
dengan TGT? Yang membuat senang ketika
bekerja sama, lebih asyik, seru, tidak terlalu serius, pembelajaran
menjadi lebih jelas, game dan turnamennya menantang, kami
menjadi lebih aktif, harus mandiri saat turnamen, permainnya
menyenangkan, tidak senang saat salah dalam mengerjakan soal,
beda pendapat dalam kelompok, terburu-buru dalam mengerjakan
soal, dan waktunya terlalu singkat.
5. Apakah anda merasa
kesulitan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru?
Terkadang sulit tapi kalau belajar pasti bias.
6. Hambatan
apa yang
anda temui
ketika mengikuti
proses pembelajaran kooperatif
tipe TGT? Waktunya terlalu singkat, kurang
menguasai materi, gugup, sulit mengingat kata kunci, kurang
konsentrasi, sedikit bingung, ada materi yang belum begitu paham,
terkadang bingung memilah bagian perusahaan dan bank,
kurang tertib,kurang percaya diri saat maju ke depan, tergesa-gesa,
dan kurang teliti.
7. Pengalaman baru apa
yang anda
dapatkan selama
mengikuti proses
pembelajaran kooperatif tipe TGT?
Harus berusaha terus tanpa menyerah, pembelajaran dengan
metode baru, lebih berani maju ke depan, belajar dengan game
dan tournament, saling memahami, menghargai teman,
harus mampu bekerja sama di dalam kelompok, tidak
membeda-bedakan teman, dapat mempelajari materi dengan baik,
dapat saling bekerja sama,
berinteraksi satu sama lain, sabar, mandiri, lebih mudah memahami
materi, belajar yang tidak sepaneng tetapi dapat dicerna
dengan baik.
8. Apa
kekurangan pembelajaran kooperatif
tipe TGT yang telah diterapkan?
Tidak ada, waktunya kurang lama, kadang terlalu tegang,
kurang teliti, dalam kerja sama pembagian tugasnya kurang
merata, suasana kelas menjadi sedikit gaduh.
9. Apa saran anda untuk
pembelajaran selanjutnya?
Pembelajaran selanjutnya menggunakan TGT, lebih
disiplin, jangan terlalu tegang, waktu mengerjakan diperpanjang,
menggunakan model pembelajaran yang lebih asyik
dan menyenangkan.
Tabel 5.20 menunjukkan kesan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kesan siswa secara umum
yaitu mereka merasa senang dan antusias mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Seluruh siswa menyatakan
bahwa mereka berminat mengikuti pembelajaran dengan model TGT. Manfaat yang siswa rasakan yaitu mereka menjadi lebih
memahami materi rekonsiliasi bank dan dapat menjalin kerjasama dengan teman tanpa membeda-bedakan teman.
B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament TGT 1. Motivasi Belajar
Peneliti membagikan kuesioner motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajraan kooperatif tipe TGT. Kuesioner
ini digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaraan TGT. Kuesioner ini diisi
oleh semua siswa. Berikut ini adalah tabel data tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X Akuntansi:
Tabel 5.21 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I, dan Siklus II
No. Nama Siswa
Sebelum Siklus
I Siklus
II Target
Keterangan 1.
Aulia Permata Sari 61
72 77
75 Meningkat,
tercapai 2.
Andrianus Reno 49
- -
75 -
3. Emanuel Magai
60 80
89 75
Meningkat, tercapai
4. Fania Dewi Titisari
65 73
78 75
Meningkat, tercapai
5. Florentina Yuni Dwi U.
81 83
86 75
Meningkat, tercapai
6. Iin Karunia Natalia
57 71
72 75
Meningkat, tidak tercapai
7. M. Th. Sekarlangit K.P
65 72
76 75
Meningkat, tercapai
8. Meidyana Purnama N
61 64
69 75
Meningkat, tidak tercapai
9. Melina Fransisca
74 75
79 75
Meningkat, tercapai
10. Mila Mahabaruni T.
64 76
80 75
Meningkat, tercapai
11. Muhklisin
63 74
79 75
Meningkat, tercapai
12. Nurhayati
70 76
89 75
Meningkat, tercapai
13. Odilia Friska Dora
73 76
77 75
Meningkat, tercapai
14. Siti Mulyani
53 77
83 75
Meningkat, tercapai
15. Wirawati Dewi
65 86
- 75
Meningkat, tercapai
16. Laurensia Wiwid P
69 72
80 75
Meningkat, tercapai
17. Yustina Yuni Winarti
75 89
95 75
Meningkat, tercapai
18. Dyah Ayu Lestari
60 -
- 75
- 19.
Wikan Nurul Aini 64
71 86
75 Meningkat,
tercapai Jumlah
1229 1285
1295 Rata-rata
64,68 75,59
80,94 Meningkat,
tercapai
Berdasarkan tabel 5.21 tingkat motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata motivasi belajar saat belum diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 64,68, kemudian siklus I adalah 75,59, dan siklus kedua adalah 80,94. Dapat disimpulkan
bahwa sebelum penelitian belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan penelitian pada siklus I dan siklus II pencapaian tingkat
motivasi belajar siswa sudah mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 75.
Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat bahwa ada 2 siswa 10,53 yang mampu memenuhi
target sedangkan sebanyak 17 siswa 89,47 belum memenuhi target. Pada siklus I dapat dilihat bahwa hanya ada 9 siswa 52,94 yang
mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 8 siswa 47,06 belum memenuhi target. Pada siklus II dapat dilihat bahwa ada 14 siswa
87,50 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 2 siswa 12,50 belum memenuhi target.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar sebelum penelitian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II
sebagai berikut:
Tabel 5.22 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian
No. Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1.
81 - 100 1
5,26 Sangat baik
2. 66 - 80
5 26,32
Baik 3.
56 - 65 11
57,89 Cukup
4. 46 - 55
2 10,53
Kurang baik 5.
46 Sangat kurang baik
Jumlah 19
100 Dari tabel 5.22 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki
motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 1 siswa 5,26, motivasi belajar dengan kategori baik ada 5 siswa 26,32, motivasi
belajar dengan kategori cukup 11 siswa 57,89, motivasi belajar dengan kategori kurang baik ada 2 siswa 10,53, dan yang memiliki motivasi
belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat
disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa cenderung memiliki motivasi
belajar dengan kategori cukup yaitu 57,89. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi
belajar pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut:
Tabel 5.23 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I
No. Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1.
81 - 100 3
17,65 Sangat baik
2. 66 - 80
13 76,47
Baik 3.
56 - 65 1
5,88 Cukup
4. 46 - 55
Kurang baik 5.
46 Sangat kurang baik
Jumlah 17
100 Dari tabel 5.23 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki
motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 3 siswa 17,65, motivasi belajar dengan kategoti baik ada 13 siswa 76,47, motivasi
belajar dengan kategori cukup 1 siswa 5,88, motivasi belajar dengan kategoti kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki motivasi belajar
dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT siklus pertama, siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu 76,47.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pada siklus II berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II
sebagai berikut:
Tabel 5.24 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus II
No. Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1.
81 - 100 6
37,50 Sangat baik
2. 66 - 80
10 62,50
Baik 3.
56 - 65 Cukup
4. 46 - 55
Kurang baik 5.
46 Sangat kurang baik
Jumlah 16
100 Dari tabel 5.24 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki
motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 6 siswa 37,50, motivasi belajar dengan kategori baik ada 10 siswa 62,50, motivasi
belajar dengan kategori cukup 0 siswa 0, motivasi belajar dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki motivasi belajar
dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu 62,50.
2. Keterampilan Sosial
Peneliti membagikan kuesioner keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajraan kooperatif tipe TGT.
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaraan TGT.
Kuesioner ini diisi oleh siswa. Berikut ini adalah tabel data tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X Akuntansi:
Tabel 5.25 Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I, dan Siklus II
No. Nama Siswa
Sebelum Siklus
I Siklus
II Target
Keterangan 1.
Aulia Permata Sari 64
80 86
75 Meningkat,
tercapai 2.
Andrianus Reno 57
- -
75 -
3. Emanuel Magai
63 81
90 75
Meningkat, tercapai
4. Fania Dewi Titisari
64 84
90 75
Meningkat, tercapai
5. Florentina Yuni Dwi U.
88 90
93 75
Meningkat, tercapai
6. Iin Karunia Natalia
59 70
74 75
Meningkat, tidak
tercapai 7.
M. Th. Sekarlangit K.P 59
79 82
75 Meningkat,
tercapai 8.
Meidyana Purnama N 57
65 75
75 Meningkat,
tercapai 9.
Melina Fransisca 80
86 88
75 Meningkat,
tercapai 10.
Mila Mahabaruni T. 65
81 87
75 Meningkat,
tercapai 11.
Muhklisin 65
72 77
75 Meningkat,
tercapai 12.
Nurhayati 83
90 94
75 Meningkat,
tercapai 13.
Odilia Friska Dora 70
79 83
75 Meningkat,
tercapai 14.
Siti Mulyani 37
69 83
75 Meningkat,
tercapai 15.
Wirawati Dewi 58
94 -
75 -
16. Laurensia Wiwid P
78 88
92 75
Meningkat,
tercapai 17.
Yustina Yuni Winarti 83
87 95
75 Meningkat,
tercapai 18.
Dyah Ayu Lestari 64
- -
75 -
19. Wikan Nurul Aini
56 67
78 75
Meningkat, tercapai
Jumlah 1250
1362 1367
Rata-rata 65,79
80,12 85,44
Meningkat, tercapai
Berdasarkan tabel 5.25 tingkat keterampilan siswa kelas X Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata keterampilan sosial sebelum diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 65,79, pada siklus I adalah 80,12, dan siklus kedua adalah 85,44. Dapat disimpulkan
bahwa sebelum penelitian belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan penelitian pada siklus I dan siklus II pencapaian tingkat
keterampilan sosial siswa sudah mencapai target yang diharapkan. Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dapat dilihat bahwa ada 5 siswa 26,32 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 14 siswa 73,68 belum memenuhi target.
Pada siklus I dapat dilihat bahwa hanya ada 12 siswa 70,59 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 5 siswa 29,41 belum
memenuhi target. Pada siklus II dapat dilihat bahwa ada 15 siswa 93,75 yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 1 siswa
6,25 belum memenuhi target.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial sebelum penelitian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II
sebagai berikut:
Tabel 5.26 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penelitian
No. Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1.
81 - 100 3
15,79 Sangat baik
2. 66 - 80
3 15,79
Baik 3.
56 - 65 12
63,16 Cukup
4. 46 - 55
Kurang baik 5.
46 1
5,26 Sangat kurang baik
Jumlah 19
100 Dari tabel 5.26 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki
keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 3 siswa 15,79, keterampilan sosial dengan kategori baik ada 3 siswa 15,79,
keterampilan sosial dengan kategori
cukup 12
siswa 63,16,
keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada
1 siswa 5,26. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa
cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori cukup baik yaitu 63,16.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai
berikut:
Tabel 5.27 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I
No. Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1.
81 - 100 9
52,94 Sangat baik
2. 66 - 80
7 41,18
Baik 3.
56 - 65 1
5,88 Cukup
4. 46 - 55
Kurang baik 5.
46 Sangat kurang baik
Jumlah 17
100 Dari tabel 5.27 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki
keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 9 siswa 52,74, keterampilan sosial dengan kategori baik ada 7 siswa 41,18,
keterampilan sosial dengan kategori cukup 1 siswa 55,88, keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki
keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama, siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik yaitu sebesar
52,94. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel
keterampilan sosial pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP II sebagai berikut:
Tabel 5.28 Analisis Keterampilam Sosial Siswa Siklus II
No. Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1.
81 - 100 12
75,00 Sangat baik
2. 66 - 80
4 25,00
Baik 3.
56 - 65 Cukup
4. 46 - 55
Kurang baik 5.
46 Sangat kurang baik
Jumlah 16
100
Dari tabel 5.28 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 12 siswa 75,00,
keterampilan sosial dengan kategori baik ada 4 siswa 25,00, keterampilan sosial dengan kategori cukup 0 siswa 0, keterampilan
sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa 0.
Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki
keterampilan sosial dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 75,00.
C. Pembahasan 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Akibat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hasil rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus pertama
dibandingkan dengan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama mengalami peningkatan. Sebelum penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yaitu 64,68, sedangkan pada saat dilakukan tindakan di siklus pertama rata-rata
yang dihasilkan yaitu 75,57 dan target yang diharapkan tercapai. Hasil rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus
kedua dibandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan. Pada
siklus kedua rata-rata yang dicapai yaitu 80,94 selisih 5,47 dari siklus pertama. Peningkatan rata-rata motivasi belajar pada siklus kedua sebagai
akibat dari perbaikan tindakan siklus pertama. Pada siklus kedua target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Oleh karena rata-rata motivasi belajar
siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diharapkan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem.
Peningkatan motivasi belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT didukung oleh pendapat Slavin 2005:4 yang menyatakan
bahwa banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan antara lain adalah meningkatkan
pencapaian prestasi para siswa, meningkatkan rasa harga diri, dan menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran model
teams games tournament dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa Parendrarti, 2009. Penelitian lain menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif teams games tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Nurhayati, 2012:226. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Restika Parendrarti dan Ni Wayan Eva Nurhayati.
2. Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa Akibat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hasil rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus pertama dibandingkan dengan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT siklus pertama mengalami peningkatan. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yaitu
65,79, sedangkan pada saat dilakukan tindakan di siklus pertama rata-rata yang dihasilkan yaitu 80,12 dan target yang diharapkan tercapai.
Hasil rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus kedua dibandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan. Pada
siklus kedua rata-rata yang dicapai yaitu 85,44 selisih 5,32 dari siklus pertama. Peningkatan rata-rata keterampilan sosial pada siklus kedua
sebagai akibat dari perbaikan tindakan siklus pertama. Pada siklus kedua target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Oleh karena rata-rata
keterampilan sosial siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diharapkan, maka dapat dikatakan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem kelas X Akuntansi
dapat meningkatkan keterampilan sosial
khususnya pada materi rekonsiliasi bank. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Van Sikle Solihatin dan Raharjo, 2007:13 bahwa dalam
model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial, berkembangnya
sikap kertergantungan
positif, dan
mendorong peningkatan serta kegairahan belajar siswa. Penelitian lain dilakukan oleh
Slavin Rusman, 2011:205 yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Selanjutnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Webb Solihatin dan Raharjo, 2007:13 mengatakan bahwa penggunaan model cooperative learning, sikap dan perilaku siswa
berkembang ke arah suasana yang demokratis dalam kelas. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
telah dilakukan oleh Van Sikle, Slavin, dan Webb.
146
BAB VI
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatig tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi rekonsiliasi bank. Peningkatan motivasi
belajar siswa tampak dari hasil kuesioner. Pada saat sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil kuesioner yang
dicapai siswa yaitu 64,68. Rata-rata hasil kuesioner motivasi belajar pada siklus pertama meningkat menjadi 75,59. Selanjutnya pada siklus kedua
terjadi peningkatan rata-rata hasil kuesioner motivasi belajar yaitu sebesar 80,94. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada
siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang diharapkan yaitu 75. Berdasarkan hasil refleksi dan wawancara yang dilakukan oleh
guru mitra dan siswa, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membangkitkan semangat dan antusias siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain
itu, suasana
pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi
pembelajaran. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatig tipe TGT dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa pada materi rekonsiliasi bank. Peningkatan
keterampilan sosial siswa tampak dari hasil kuesioner. Pada saat sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata hasil
kuesioner yang dicapai siswa yaitu 65,79. Rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial pada siklus pertama meningkat menjadi 80,12.
Selanjutnya pada siklus kedua terjadi peningkatan rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial yaitu 85,44. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil yang dicapai pada siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang diharapkan yaitu 75. Berdasarkan hasil refleksi dan
wawancara yang dilakukan oleh guru mitra dan siswa, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kekompakan, menghargai
perbedaan pendapat, dan bekerja sama antar siswa dalam mengerjakan tugas kelompok.
B. Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, antara lain:
1. Tidak dilakukan uji reliabilitas terhadap teknik observasi, sehingga tidak diketahui apakah observasi yang dilakukan telah memenuhi tingkat
keandalan yang tinggi. 2. Kondisi dan suasana kelas gaduh sehingga pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT sedikit terganggu. 3. Media power point pada siklus pertama tidak digunakan karena tidak
adanya LCD proyektor sehingga pembelajaran menjadi tidak optimal.
4. Ada siswa yang tidak hadir ketika siklus pertama dan kedua berlangsung sehingga peneliti tidak dapat mengetahui tingkat motivasi belajar dan
keterampilan sosialnya. 5. Pada siklus pertama waktu pelaksanaan tindakan berbeda dengan waktu
yang telah disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sehingga proses pembelajaran berlangsung semakin lama dan siswa
merasa kelelahan.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang ditujukan pada pihak yang terkait dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagi Guru Guru khususnya guru akuntansi hendaknya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai alternatif model pembelajaran
yang diterapkan dalam pembelajaran supaya siswa tidak merasa bosan ketika mengikuti proses pembelajaran terutama pada materi yang
memerlukan konsep tertentu untuk dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. dengan menerapkan model pembelajaran TGT siswa akan lebih
aktif, termotivasi dalam belajar, dan keterampilan sosialnya semakin meningkat.
2. Bagi Siswa Siswa diharapkan berpartisipasi aktif baik dalam kelas maupun
dalam kelompok.
3. Bagi Peneliti selanjutnya a. Dalam melakukan observasi, hendaknya observer latihan terlebih
dahulu supaya memiliki persepsi yang sama dan konsisten antar observer
. b. Sering meluangkan waktu untuk bertatap muka dengan guru mitra
dalam melakukan persiapan pembelajaran, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat berjalan secara optimal sesuai dengan
harapan peneliti maupun guru mitra. c. Peneliti perlu melakukan pengamatan secara mendetail pada setiap
kelompok dari awal hingga akhir pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas keterlibatan setiap anggota kelompok saat
diskusi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono. dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Beck, Robert. 1978. Motivation Theories and Principles. New Jersey: Prentice- Hall.
Eno, Maria Magdalena. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division STAD untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Ekonomi”. Disertasi Sarjana. Universitas Sanata Dharma: tidak diterbitkan.
Ervina, Monica. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Division STAD Guna Meningkatkan Keterampilan
Sosial dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi : Penelitian Dilakukan pada Siswa Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX
Sedayu”
. Disertasi Sarjana. Universitas Sanata Dharma: tidak diterbitkan. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harnanto. 2007. Akuntansi Keuangan Menengah Buku Satu. Yogyakarta: BPFE. Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.
Irvanzaky. 2012.
http:irvanzaky.blogspot.com201205teams-games-tournaments- tgt.html
.
Isjoni dan Arif Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
. Jakarta: PT. Indeks. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisisus.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhayati, Ni Wayan Eva. 2012. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Kelas VII D SMP Negeri 2 Kediri” . Disertasi Sarjana.
Parendrarti, Restika. 2009. “Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI
IPA SMA Muhamadiyah 2 Surakarta” . Disertasi Sarjana. Universitas
Muhamadiyah Surakarta: tidak diterbitkan. Rusman. 2011. Manajemen Sekolah Bermutu: Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mangajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia. Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS . Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, Hendi. 2007. Memahami Akuntansi SMK Seri B. Bandung: Armico. Sucipto, Toto. 2011.Akuntansi 2. Bandung: Yudhistira.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung:
Alfabeta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Taniredja, Tukiran. Efi Miftah Faridli dan Harmianto, Sri. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru : Praktik, Praktis, dan Mudah
. Bandung: Alfabeta.