195
Pola Keruangan Desa dan Kota
Permukiman desa yang berkembang ini akhirnya dapat tersambung dengan permukiman desa di dekatnya. Pusat kegiatan industri kecil
seperti perikanan dan pertanian, dapat tetap bertahan di dekat permukiman lama.
c. Pola Permukiman Mengelompok
Pola ini terbentuk karena terjadi pengelompokan rumah pada wilayah terpadu yang biasanya berupa titik pertemuan atau
persimpangan jalur transportasi. Pola permukiman mengelompok dapat juga berkembang di daerah pegunungan. Penduduk desa di
daerah pegunungan umumnya masih memiliki hubungan keluarga. Pengelompokan permukiman ini didorong oleh
kegotongroyongan penduduknya. Apabila jumlah penduduk bertambah dan terjadi pemekaran desa, maka arah pemekaran ke
segala jurusan tanpa direncanakan. Pusat kegiatan penduduk dapat bergeser mengikuti pemekaran.
Sumber: Earth Our Home 1, halaman 151
Gambar 6.12 Permukiman menjalur
Sumber: Earth Our Home 1, halaman 152
Gambar 6.13 Permukiman mengelompok
Bagaimanakah pola per- mukiman di wilayah tempat
tinggalmu? Mengapa ter- bentuk pola demikian?
Paul H. Landis, seorang ahli sosiologi perdesaan, membedakan pola persebaran permukiman desa menjadi empat tipe. Perbedaan pola ini
ditentukan oleh lahan pertanian, pusat kegiatan, permukiman, dan jalan utama.
1. Tipe desa yang penduduknya
tinggal bersama di suatu daerah dengan lahan pertanian di
sekitarnya The farm village type.
Sumber: Dokumen Penulis
196
GEOGRAFI Kelas XII
2. Tipe desa yang sebagian besar
penduduknya tinggal bersama di suatu daerah dengan lahan
pertanian di sekitarnya dan sebagian kecil penduduknya
tersebar di luar permukiman utama yang telah padat The
nebulous farm type.
3. Tipe desa yang penduduknya
bermukim di sepanjang jalan utama desa, sungai, atau pantai.
Lahan pertanian berada di sekitar permukiman desa dan jarak
antarrumah tidak terlalu jauh The arranged isolated farm type.
4. Tipe desa yang penduduknya
tinggal tersebar dan terpisah dengan lahan pertanian masing-
masing serta mengumpul pada suatu pusat perdagangan. Tipe ini
biasanya terjadi pada daerah yang tanahnya memiliki tingkat ke-
suburan tidak sama The pure iso- lated type.
2. Struktur Kota
Kota dapat diartikan sebagai suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politis, dan
kultural yang terdapat insitu dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan
kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan dengan struktur bangunan dan demografis. Bagaimana struktur kota
menurut kedua aspek tersebut? Mari ikuti pemaparannya.
a. Struktur Ekonomi Kota
Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang jasa, perdagangan, industri, dan administrasi. Selain itu,
wilayah kota menjadi tempat tinggal dan pusat pemerintahan. Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.
1 Kegiatan Ekonomi Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan luar kota atau dikirim ke daerah sekitar
kota. Produk yang dikirim dan disalurkan berasal dari industri, perdagangan, hiburan, dan lainnya.
Sumber: Dokumen Penulis
Sumber: Dokumen Penulis
Sumber: Dokumen Penulis
197
Pola Keruangan Desa dan Kota
2 Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan sendiri. Kegiatan ini disebut juga dengan
kegiatan residensial dan kegiatan pelayanan. Kegiatan ekonomi kota dapat berupa industri dan
kegiatan jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan lahan yang luas. Kegiatan ini menyebabkan kota berpenduduk
padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk kota kompak. Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata
pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti
perdagangan, perkantoran, industri, dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti
fungsi kota. Sebagai contoh, suatu wilayah direncana- kan sebagai kota industri, maka struktur penduduk kota
akan mengarah atau cenderung ke jenis kegiatan industri.
Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota mem- punyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga merangkap
fungsi lain, seperti kota perdagangan, kota pemerintah- an, atau kota kebudayaan. Contoh: Yogyakarta selain
disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai kota pendidikan dan kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen, perumahan pegawai bank, perumahan
tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan shopping center, pecinan, dan kompleks suku tertentu. Kompleks
tersebut merupakan kelompok-kelompok clusters yang timbul akibat pemisahan lokasi segregasi.
Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan, strata sosial, tingkat pendidikan, suku, harga sewa
tanah, dan lainnya. Segregasi tidak akan menimbulkan masalah apabila ada pengertian dan toleransi antara
pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi di kota dapat direncanakan ataupun tidak di-
rencanakan. Kompleks perumahan dan kompleks pertokoan adalah contoh segregasi yang direncanakan
pemerintah kota.
Bentuk segregasi yang lain adalah perkampungan kumuhslum yang sering tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta. Rendahnya
pendapatan menyebabkan tidak adanya kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga terpaksa tinggal di sembarang tempat.
Kompleks seperti ini biasanya ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan seperti ini memerlukan penanganan yang
bijaksana dari pemerintah.
b. Struktur Intern Kota
Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup pesat. Pertumbuhan suatu kota dapat disebabkan oleh
pertambahan penduduk kota, urbanisasi, dan kemajuan teknologi yang membantu kehidupan penduduk di kota.
Wilayah kota atau urban bersifat heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan demografis. Susunan, bentuk, ketinggian,
Sumber: http.reesearchinc.com
Gambar 6.15 Kompleks apartemen yang tumbuh di kota.
Sumber: www.newsing.bbc.co.uk
Gambar 6.14 Kegiatan perdagangan kota.
198
GEOGRAFI Kelas XII
fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda. Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan
kepadatan penduduk juga bermacam-macam. Selain aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti topografi, sejarah, ekonomi, budaya, dan kesempatan usaha.
Karakteristik kota selalu dinamis dalam rentang ruang dan waktu.
Apabila dilihat sekilas wajah suatu kota, maka akan banyak susunan yang tidak beraturan. Akan tetapi,
apabila diamati dengan cermat maka akan dijumpai bentuk dan susunan khas yang mirip dengan kota-kota
lain. Misalnya, kota A berbentuk persegi empat, kota B berbentuk persegi panjang, dan kota C berbentuk bulat.
Begitu juga dalam susunan bangunan kota terjadi pengelompokan berdasarkan tata guna lahan kota. Jadi,
suatu kota memiliki bentuk dan susunan yang khas.
Apabila kamu mengamati kota berdasarkan peta penggunaan lahan, maka kamu akan mendapatkan
berbagai jenis zona, seperti zona perkantoran, perumahan, pusat pemerintahan, pertokoan, industri,
dan perdagangan. Zona-zona tersebut menempati daerah kota, baik di bagian pusat, tengah, dan
pinggirannya. Zona perkantoran, pusat pemerintahan, dan pertokoan menempati kota bagian pusat atau
tengah. Zona perumahan elite cenderung memiliki lokasi di pinggiran kota. Sedang zona perumahan
karyawan dan buruh umumnya berdekatan dengan jalan penghubung ke pabrik atau perusahaan tempat
mereka bekerja.
Para geograf dan sosiolog telah melakukan penelitian berkaitan dengan persebaran zona-zona suatu kota. Penelitian itu bertujuan
untuk mengetahui perkembangan dan persebaran spasial kota. Beberapa teori tentang struktur kota dapat kamu ikuti pemaparan-
nya sebagai berikut.
1 Teori Konsentris Concentric Theory
Teori konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human ecology, merupakan hasil penelitian Kota
Chicago pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan
menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Burgess
berpendapat bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian seiring
pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau menjauhi pusat. Zona-zona baru yang timbul berbentuk
konsentris dengan struktur bergelang atau melingkar. Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima
zona sebagai berikut.
1.5 km
LEGENDA Built-up Area
Public Buildings Business Buildings
Industrial Buildings Road
City Boundary River
U
Sumber: Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, halaman 80
Gambar 6.16 Kota Yogyakarta awal abad XX berbentuk persegi empat.