193
Pola Keruangan Desa dan Kota
C. Struktur Ruang Desa dan Kota
Desa dan kota merupakan dua wilayah yang berbeda. Perbedaan desa dan kota dapat dilihat dari karakteristik dan struktur atau pola
keruangan wilayahnya. Desa dicirikan dengan kegiatan penduduk yang dekat dengan pertanian, tingkat kepadatan penduduk yang rendah,
dan ikatan kekeluargaan masyarakatnya yang masih kuat. Masihkah ciri-ciri tersebut tampak? Kini, seiring kemajuan transportasi dan
komunikasi desa telah mengalami proses urbanisasi. Hubungan desa dengan kota makin lancar, perekonomian desa dan pendidikan
penduduk desa makin meningkat, serta karakteristik fisik, ekonomi, dan budaya desa cenderung bersifat kekotaan.
Bagaimana struktur atau pola keruangan desa dan kota? Untuk mengetahui, mari ikuti pemaparannya sebagai berikut.
1. Struktur Desa
Struktur desa ditunjukkan oleh pola keruangannya, yaitu pemanfaatan lahan desa untuk keperluan tertentu yang mendukung
kehidupan penduduknya. Secara umum pemanfaatan lahan desa dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai fungsi sosial dan fungsi ekonomi.
Fungsi sosial sebagai perkampungan dan fungsi ekonomi sebagai tempat melakukan kegiatan ekonomi, seperti bertani dan beternak.
Struktur desa di suatu daerah dengan daerah lain tidak sama. Perbedaan struktur desa dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
a. Sumber Daya Air
Ketersediaan air di suatu tempat sangat mendukung kehidupan penghuninya. Penduduk membutuhkan air
untuk dapat bertahan hidup. Permukiman akan banyak muncul di tempat yang tersedia sumber air.
b. Kesuburan Tanah
Tingkat kesuburan tanah menentukan hasil panen pertanian dan peternakan. Pada tanah yang subur cocok
digunakan untuk kegiatan pertanian dan peternakan. Pada lahan subur banyak dipilih penduduk untuk
membangun permukiman.
c. Topografi
Topografi menentukan pola permukiman desa. Di dataran rendah, pola permukiman bersifat mengelompok bulat atau memanjang.
Sedang di dataran tinggi atau pegunungan, pola permukiman bersifat tersebar.
d. Iklim
Keadaan iklim suatu daerah berpengaruh terhadap pola per- mukiman desa. Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat
memengaruhi ketersediaan air suatu daerah.
Sumber: Geography Essentials, halaman 252
Gambar 6.9 Sumber air di desa.
194
GEOGRAFI Kelas XII
e. Kegiatan Penduduk
Pola permukiman desa dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi atau mata pencaharian penduduk desa. Misal-
nya, desa yang penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan akan membangun permukiman dengan
pola memanjang mengikuti garis pantai atau muara sungai.
f. Budaya
Kebiasaan, adat istiadat, tradisi, dan kepercayaan yang berlaku di suatu daerah memengaruhi pola per-
mukimannya. Contoh: pola permukiman desa memanjang di Pulau Lombok.
Pola keruangan desa umumnya sederhana. Rumah- rumah di desa biasanya dikelilingi pekarangan. Jarak
antarrumah cukup longgar karena setiap rumah mempunyai halaman luas. Kenampakan yang terlihat di
desa adalah sawah atau ladang tempat bercocok tanam, rumah-rumah sederhana, jalan setapak, jalan kampung, dan
pohon-pohon yang rindang. Sawah, ladang, dan balai desa terletak berjauhan dengan permukiman penduduk.
Desa yang telah berkembang memiliki pola keruangan yang lebih kompleks. Pada desa yang telah berkembang terdapat perusahaan
pengolah sumber daya alam, sarana pendidikan, tempat ibadah, dan pasar. Pola keruangan desa yang lebih kompleks ini dipengaruhi oleh
faktor spasial, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. Pola permukiman desa dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Pola Permukiman Tersebar
Pola ini terbentuk dari rumah-rumah penduduk yang dibangun bebas dan tersebar pada wilayah yang luas. Pola permukiman ini
umumnya terdapat di dataran rendah. Arah pemekaran permukiman dapat ke segala jurusan. Pusat kegiatan dan fasilitas
dapat dibangun tersebar sesuai dengan kebutuhan.
b. Pola Permukiman Menjalur
Pola ini terbentuk di lokasi sepanjang jalur utama seperti jalan, sungai, dan pantai. Di daerah pantai yang landai, dapat tumbuh
permukiman menjalur. Penduduk pantai pada umumnya bermata pencaharian di bidang perikanan, perkebunan kelapa, dan per-
dagangan. Apabila kemudian permukiman desa ini berkembang, maka rumah-rumah dibangun meluas sejajar garis pantai.
Sumber: Manusia dan Lingkungan 2, halaman 38
Gambar 6.10 Pola permukiman desa memanjang di Pulau Lombok.
Sumber: Earth Our Home 1, halaman 151
Gambar 6.11 Permukiman tersebar
195
Pola Keruangan Desa dan Kota
Permukiman desa yang berkembang ini akhirnya dapat tersambung dengan permukiman desa di dekatnya. Pusat kegiatan industri kecil
seperti perikanan dan pertanian, dapat tetap bertahan di dekat permukiman lama.
c. Pola Permukiman Mengelompok
Pola ini terbentuk karena terjadi pengelompokan rumah pada wilayah terpadu yang biasanya berupa titik pertemuan atau
persimpangan jalur transportasi. Pola permukiman mengelompok dapat juga berkembang di daerah pegunungan. Penduduk desa di
daerah pegunungan umumnya masih memiliki hubungan keluarga. Pengelompokan permukiman ini didorong oleh
kegotongroyongan penduduknya. Apabila jumlah penduduk bertambah dan terjadi pemekaran desa, maka arah pemekaran ke
segala jurusan tanpa direncanakan. Pusat kegiatan penduduk dapat bergeser mengikuti pemekaran.
Sumber: Earth Our Home 1, halaman 151
Gambar 6.12 Permukiman menjalur
Sumber: Earth Our Home 1, halaman 152
Gambar 6.13 Permukiman mengelompok
Bagaimanakah pola per- mukiman di wilayah tempat
tinggalmu? Mengapa ter- bentuk pola demikian?
Paul H. Landis, seorang ahli sosiologi perdesaan, membedakan pola persebaran permukiman desa menjadi empat tipe. Perbedaan pola ini
ditentukan oleh lahan pertanian, pusat kegiatan, permukiman, dan jalan utama.
1. Tipe desa yang penduduknya
tinggal bersama di suatu daerah dengan lahan pertanian di
sekitarnya The farm village type.
Sumber: Dokumen Penulis