Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

237 Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan

D. Pusat-Pusat Pertumbuhan

1. Pusat pertumbuhan adalah . . . . 2. Kutub pertumbuhan adalah . . . . 3. Syarat-syarat penerapan teori dari Walter Christaller adalah . . . . 4. Spread effect adalah . . . . 5. Backwash effect adalah . . . .

E. Pusat-Pusat Pertumbuhan di Indonesia

1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas membagi wilayah Indonesia menjadi empat pusat pertumbuhan dengan kota utamanya . . . . 2. Tujuan pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET adalah . . . . 3. Pengaruh pusat pertumbuhan terhadap perubahan sosial budaya adalah . . . .

F. Batas Wilayah Pertumbuhan

1. Penentuan batas wilayah pertumbuhan dilakukan dengan dua cara, yaitu . . . dan . . . . 2. Interaksi wilayah pertumbuhan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: a. . . . . b. . . . . c. . . . . A. Jawablah pertanyaan dengan tepat 1. Apakah perbedaan wilayah formal dan wilayah fungsional? 2. Sebutkan wilayah-wilayah yang termasuk wilayah formal dan wilayah fungsional 3. Apakah yang dimaksud dengan regionalisasi dan klasifikasi wilayah? 4. Sebutkan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan 5. Apakah perbedaan antara pusat pertumbuhan dengan kutub pertumbuhan? 6. Jelaskan teori kutub pertumbuhan yang dikemukakan oleh Perroux 7. Jelaskan teori tempat sentral yang disampaikan oleh Christaller 8. Sebutkan daerah-daerah di Indonesia yang menjadi pusat pertumbuhan 9. Apakah pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya pusat pertumbuhan terhadap perkembangan ekonomi dan pengaruh sosial budaya? 10. Mengapa perwilayahan penting untuk dilakukan dalam perencanaan wilayah? 238 GEOGRAFI Kelas XII B. Belajar dari masalah. Bacalah artikel di bawah ini Upaya Memutus Lingkaran Kemiskinan Pariwisata dan kemiskinan. Kedua hal ini yang paling kuat menetap dalam ingatan kolektif masyarakat umum jika ditanyai mengenai Kabupaten Pandeglang. Keberadaan wisata pantai yang terkenal seperti Pantai Carita dan Tanjung Lesung, juga Taman Nasional Ujung Kulon, menjadikan Pandeglang memiliki andalan dan harapan untuk dilirik wisatawan dan investor. Namun, kemiskinan menjadi wajah suram Pandeglang. Dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di Provinsi Banten, tingkat kesejahteraan masyarakat Pandeglang berada di urutan kedua dari bawah setelah Kabupaten Lebak. Tingkat kesejahteraan yang rendah ditandai dengan pendapatan per kapita per bulan yang rendah. Akibat pendapatan yang rendah, pengeluaran keluarga lebih diutamakan untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan kurang mendapat perhatian. Kurangnya kesadaran penduduk untuk mendapat pendidikan dan kesehatan yang baik diperparah pula oleh kurangnya fasilitas kesehatan dan pendidikan. Karakteristik yang agraris dan topografi wilayah yang sebagian besar merupakan pegunungan dengan ketinggian hingga 1.800 meter dari permukaan laut ini ditengarai memberi andil sulitnya daerah ini keluar dari cengkeraman kemiskinan. Selain mengakibatkan rendahnya tingkat konsumsi dan investasi, pendapatan yang rendah juga menyebabkan menu- runnya daya usaha dan produktivitas kerja. Hal inilah yang kemudian menjadi lingkaran setan kemiskinan di suatu wilayah. Untuk memutus lingkaran setan kemiskinan ini, banyak upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah yang harus disinkronkan dengan program percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sebagai catatan, tahun 2007 Pandeglang termasuk salah satu daerah yang diikutsertakan dalam program percepatan pem- bangunan daerah tertinggal yang ditangani Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Salah satu upaya jangka panjang yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pandeglang adalah menciptakan pusat-pusat pertumbuhan yang mampu mem- percepat pertumbuhan ekonomi. Upaya ini harus disesuaikan dengan karakteristik dan potensi wilayah pengembangan. Dilihat dari karakteristik penduduk, 52,91 persen penduduk Pandeglang memiliki pekerjaan utama di sektor pertanian, menyusul kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran 16,55 persen. Sektor industri pengolahan berpotensi besar merebut perhatian dan menjadi lapangan usaha baru yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan perdagangan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sumber: www.kompas.com