232
GEOGRAFI Kelas XII
2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
KAPET
Program pembangunan nasional telah dilaksanakan pemerintah lebih dari 30 tahun. Banyak kemajuan di segala bidang dan memberi
manfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, selain keberhasilan yang telah dicapai tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang menyertainya.
Beberapa kekurangan tersebut antara lain terjadinya pertumbuhan tidak seimbang atau kesenjangan pembangunan antarbidang,
kesenjangan ekonomi antargolongan penduduk, dan kesenjangan pembangunan antarwilayah.
Secara geografis, kesenjangan pembangunan terjadi antara kawasan timur Indonesia KTI dengan kawasan barat Indonesia KBI.
Kesenjangan pembangunan antarkawasan ini perlu diatasi, sehingga KTI yang sudah tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan sejajar
dengan KBI dalam pembangunannya. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu dengan pembentukan
kawasan pengembangan ekonomi terpadu KAPET di KTI melalui Keputusan Presiden Keppres Nomor 150 Tahun 2000.
KAPET yang dikembangkan di kawasan timur Indonesia KTI diharapkan menjadi pusat pertumbuhan yang akan merangsang
perkembangan wilayah sekitarnya melalui ”trickle down effect”. Dengan demikian, mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi
di wilayah sekitar. Beberapa bidang kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di KTI meliputi pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, pariwisata, pertambangan, serta industri. Pengembangan KAPET tersebar di
wilayah Indonesia, yaitu Manado, Bitung, Batui, Pare-Pare, Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das Kakab, Batulicin, Sasamba,
dan Sabang.
Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke luar Jawa terutama ke kawasan timur Indonesia KTI seperti pembentukan KAPET bertujuan
sebagai berikut. 1 Pemanfaatan sumber daya alam.
2 Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi. 3 Peningkatan pendapatan daerah.
4 Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.
Apa yang dimaksud ” trickle
down effect” dalam bidang pembangunan wilayah ber-
kaitan dengan pusat pertum- buhan?
Kawasan pengembangan ekonomi terpadu KAPET telah ditetapkan dengan Keputusan Presiden Keppres Republik Indonesia Nomor 150 Tahun
2000. Coba kamu pelajari isi keppres tersebut. Kemudian, jawablah pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut. a.
Apakah dasar pertimbangan pembentukan KAPET? b.
Apakah yang dimaksud KAPET menurut keppres tersebut? c.
Siapa saja yang duduk dalam susunan keanggotaan KAPET?
233
Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan
3. Pengaruh Pusat Pertumbuhan
Pengaruh yang ditimbulkan dari pusat pertumbuhan yang berkembang di suatu wilayah sebagai berikut.
a. Pemusatan Sumber Daya Manusia
Munculnya pusat pertumbuhan di suatu wilayah akan menarik tenaga kerja yang banyak. Para pekerja dari luar wilayah akan
pindah dan menetap di wilayah pusat pertumbuhan sehingga terjadi pemusatan penduduk atau sumber daya manusia. Arus
migrasi penduduk dari daerah pedesaan menuju pusat per- tumbuhan atau kota di Indonesia menunjukkan peningkatan
seiring dengan perkembangan pusat pertumbuhan atau kota itu. Sebagai contoh, penambangan batu bara di wilayah Kalimantan
memerlukan banyak tenaga kerja dari luar wilayah.
b. Perkembangan Ekonomi
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan meningkatkan kegiatan perekonomian di wilayah itu. Kesempatan
kerja yang banyak dari berbagai bidang dan arus barang kebutuhan hidup berdampak pada perkembangan usaha-usaha ekonomi lain.
Sebagai contoh, munculnya pusat pertumbuhan yang berawal dari kegiatan penambangan batu bara merangsang tumbuhnya kegiatan-
kegiatan ekonomi lain, seperti warung makan, pasar, penginapan, toko kelontong, usaha transportasi, dan tempat hiburan. Dari
usaha transportasi sendiri akan mendorong tumbuhnya penjualan alat-alat transportasi dan perbengkelan.
Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau melakukan kegiatan ekonomi di wilayah pusat
pertumbuhan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mereka bekerja sebagai wiraswastawan, pedagang, karyawan, buruh, dan
penjualan jasa. Kawasan industri, perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan pertanian merupakan wilayah yang dapat
dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan. Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah pusat pertumbuhan akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
c. Perubahan Sosial Budaya
Wilayah pusat pertumbuhan cenderung memiliki penduduk yang makin padat. Kepadatan penduduk yang meningkat serta
kemajuan komunikasi dan transportasi akan berpengaruh pada kehidupan sosial budaya penduduknya. Pengaruh pusat
pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial budaya antara lain sebagai berikut.
1 Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan
pengetahuan guna mengatasi masalah akibat perubahan sosial budaya.
2 Terjadi percampuran budaya akulturasi antara penduduk pendatang dan penduduk lokal serta antarpenduduk
pendatang sendiri. 3 Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.
4 Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejah- teraan hidup.
5 Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang, dan pemilikan kebutuhan hidup.
234
GEOGRAFI Kelas XII
F. Batas Wilayah Pertumbuhan
Batas wilayah pertumbuhan merupakan batas pengaruh terluar suatu wilayah yang mengalami pertumbuhan. Suatu wilayah yang sedang
tumbuh memiliki batas-batas pengaruh yang berbeda-beda. Bagai- manakah cara penentuan batas wilayah pertumbuhan? Bagaimana
pengaruh yang ditimbulkannya?
1. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Sebuah pusat pertumbuhan memiliki daerah pengaruh yang jumlahnya lebih dari satu. Hal ini disebabkan pusat pertumbuhan
menawarkan berbagai jenis barang dan pelayanan. Pengaruh pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya berkurang seiring dengan
jarak. Semakin jauh jaraknya maka semakin kecil pengaruhnya dan semakin rendah tingkat pelayanannya.
Di Inggris, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kota terhadap daerah sekitarnya dilakukan dengan menyusun indeks. Indeks
tersebut menunjukkan keterkaitan kota dengan daerah di sekeli- lingnya. Indeks tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Distribusi surat kabar lokal dengan daerah sekitarnya.
b. Pelayanan transportasi umum.
c. Penjualan barang dengan eceran di kecamatan oleh pedagang besar
di kota. d. Persebaran sekolah-sekolah tertentu.
e. Banyaknya pelajar dan jauh dekatnya jarak asal para pelajar
tersebut. f.
Wilayah cakupan pelayanan dari rumah sakit pusat. g.
Wilayah persebaran berita atau hiburan lewat siaran radio. Selain berdasarkan indeks di atas, untuk menentukan batas
wilayah pertumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Secara Kualitatif
Penentuan batas wilayah pertumbuhan secara kualitatif, antara lain dilakukan dengan melakukan survei langsung atau kunjungan.
Dengan begitu kamu akan mengetahui secara langsung batas-batas pertumbuhan wilayah. Misalnya dengan mengunjungi perbatasan
kota, desa, atau provinsi.
Selain itu, penentuan batas pertumbuhan secara kualitatif juga dapat dilakukan dengan interpretasi foto udara atau citra satelit.
Penentuan batas pertumbuhan didasarkan pada warna, rona, tekstur, dan pola yang ada dalam foto udara atau citra satelit.
b. Secara Kuantitatif
Penentuan batas wilayah pertumbuhan secara kuantitatif, merupakan cara penentuan batas wilayah berdasarkan ukuran-
ukuran dari variabel tertentu. Penentuan ini dapat dilakukan dengan perhitungan matematis, antara lain dengan rumus teori
titik henti.
235
Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan
Model ini dikemukakan oleh William J. Reilly. Teori ini dapat
digunakan untuk menentukan lokasi unit usaha ekonomi, sarana kesehatan, atau sarana pendidikan.
Rumus model titik henti:
TH
AB
=
B P
A P
1 AB
J +
Keterangan: TH
AB
= jarak lokasi titik henti yang diukur dari wilayah pertumbuhan dengan jumlah penduduk lebih kecil.
J
AB
= jarak antara wilayah pertumbuhan A dan B. P
A
= jumlah penduduk wilayah pertumbuhan yang lebih besar penduduk A. P
B
= jumlah penduduk wilayah pertumbuhan yang lebih kecil penduduk B.
Contoh soal: Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A adalah 5.000 orang,
wilayah pertumbuhan B adalah 1.000 orang. Jarak antara wilayah pertumbuhan A dan B adalah 20 km. Berapa lokasi titik henti
antara A dengan B? Jawab:
TH
AB
=
B A
AB
P P
1 J
+
=
000 .
1 000
. 5
1 20
+
=
5 1
20 +
= 6,18 km. Jadi, lokasi titik henti antara wilayah pertumbuhan A dan B adalah
6,18 km diukur dari wilayah pertumbuhan B. Apakah arti angka tersebut? Hal itu menunjukkan wilayah B pertumbuhan
wilayahnya memiliki jangkauan yang lebih dekat dibandingkan dengan wilayah A. Dengan kata lain, wilayah A memberikan
pelayanan barang maupun jasa jangkauannya lebih jauh dibandingkan dengan wilayah B.
2. Interaksi Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan data empiris pengamatan di lapangan, apabila dua wilayah pertumbuhan saling berinteraksi maka salah satunya
mempunyai pengaruh yang lebih kuat. Interaksi yang terjadi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari beberapa aspek.
Interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari tiga aspek sebagai berikut.
a.
Aspek Ekonomi 1 Jaringan jalan yang menghubungkan dua wilayah per-
tumbuhan menjadikan transportasi lancar, sehingga me- rangsang kegiatan ekonomi di kedua wilayah itu.