Struktur Intern Kota Teknologi yang digunakan untuk mem- peroleh informasi tentang sesuatu objek

202 GEOGRAFI Kelas XII Dari model gambar di depan menunjukkan bahwa dengan meningkatnya standar hidup masyarakat yang semula tinggal di dekat CBD disertai penurunan kualitas lingkungan, mendorong penduduk untuk pindah ke daerah pinggiran a. Perbaikan daerah CBD menjadi menarik karena dekat dengan pusat segala fasilitas kota b. Program perbaikan yang semula hanya difokuskan di zona 1 dan 2, melebar ke zona 3 yang menarik para pendatang baru khususnya dari zona 2 c. D. Interaksi Wilayah Desa dan Kota Wilayah desa dan wilayah kota tidak statis. Artinya, kedua wilayah ini mengalami perkembangan dan saling berinteraksi. Interaksi desa dan kota dipengaruhi oleh banyak faktor. Interaksi desa dan kota membentuk zona interaksi. Bagaimanakah bentuk zona interaksi desa dan kota? Apakah faktor yang menyebabkan interaksi wilayah desa dan kota? Apakah pengaruh interaksi tersebut? Coba ikuti pemaparannya sebagai berikut. 1. Faktor yang Memengaruhi Interaksi Wilayah Desa dan Kota Kontak atau hubungan dua wilayah atau lebih dapat menghasilkan kenampakan baru. Interaksi desa dan kota dapat dilihat sebagai proses sosial, proses ekonomi, proses budaya, dan proses politik yang dapat memberi pengaruh bagi kedua wilayah. Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan kontak langsung melalui berita yang didengar atau media massa. Menurut Ullman, ada tiga unsur yang memengaruhi interaksi keruangan, yaitu:

a. Adanya Komplementaritas saling melengkapi

Suatu daerah tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri sehingga memerlukan interaksi dengan daerah lain. Adanya permintaan dan penawaran suatu komoditas akan mendorong terciptanya hubungan saling melengkapi berbagai kebutuhan dari kelompok manusia maupun daerah yang berbeda.

b. Adanya Transferabilitas

Proses perpindahan manusia dan barang memerlukan biaya dan waktu. Jika transferabilitas mudah, maka arus komoditas akan semakin besar.

c. Adanya Intervening Opportunity

Peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, seperti bencana alam, wabah penyakit, dan peristiwa lainnya dapat mengganggu gerak migrasi, transportasi, dan komunikasi. Hal itu menyebabkan manusia harus mengubah rencana awalnya dan mengganti dengan rencana baru. Interaksi antara wilayah desa dan kota dapat terjadi karena berbagai faktor. Misalnya, peningkatan pengetahuan penduduk desa, perluasan jaringan jalan antara desa dan kota, pengaruh budaya kota terhadap desa, dan kebutuhan timbal balik antara desa dan kota. Faktor- faktor tersebut memacu interaksi desa-kota secara bertahap dan efektif. Coba amati perkembangan kota di wilayah tempat tinggal- mu. Manakah teori struktur kota yang sesuai dengan keadaan kota di wilayah tempat tinggalmu? Mengapa demikian? Berilah contoh interaksi sosial, ekonomi, budaya, dan politik antara wilayah desa dan kota. Jelaskan secara singkat 203 Pola Keruangan Desa dan Kota Kemajuan bidang transportasi menyebabkan keter- tutupan desa berangsur-angsur berkurang. Kehidupan kota telah memberi banyak pengaruh terhadap desa-desa di pinggiran kota. Salah satu pengaruhnya adalah persentase penduduk desa yang bertani berkurang dan beralih pekerjaan pada bidang nonagraris. Wilayah desa yang terletak di pinggiran kota dikenal dengan ”rural urban areas”. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana trans- portasi dapat mengurangi perpindahan penduduk desa ke kota. Penduduk desa dapat bekerja di kota dengan meng- gunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi tanpa harus menetap di kota. Mereka sebagai penglaju yang be- kerja di kota dan kembali ke desa setiap hari. Di bidang pendidikan, gedung-gedung sekolah dibangun di desa- desa yang terletak jauh dari kota. Para guru dapat datang dari kota kecamatan, kabupaten, dan kota besar untuk mengajar. Perdagangan hasil pertanian dan kerajinan antardesa-kota dapat berjalan lancar. Penduduk kota dapat membeli sayur-sayuran dan buah-buahan yang masih segar dari desa. Pasar-pasar kecil bermunculan di wilayah pinggiran kota rural-urban. Wilayah pinggiran kota makin lama berkembang dan berubah fungsi, yaitu desa dagang trademerchandesing village. Hasil-hasil bumi dari desa dan hasil industri dari kota diperdagangkan di daerah rural-urban ini. Jumlah penduduk dan jaringan lalu lintas yang bertambah di daerah ini mempercepat pembentukan kota kecil baru. Jadi, perkembangan desa tidak hanya tergantung pada petani desa, tetapi dapat juga tergantung pada suatu lokasi yang menguntungkan. 2. Zona Interaksi Interaksi desa-kota telah memberi pengaruh pada kedua wilayah. Bahkan, interaksi tersebut memunculkan kota kecil baru di perbatasan wilayah desa-kota. Zona-zona interaksi desa-kota digambarkan seperti di samping. Inti kota city terletak di pusat atau tengah-tengah. Kota dikelilingi oleh zona suburban faubourgh, yaitu daerah yang berlokasi di dekat pusat atau inti kota dan merupakan daerah penglaju atau subdaerah perkotaan commuters. Zona urban fringe adalah daerah batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota. Zona ini merupakan jalur tepi daerah perkotaan paling luar. Zona rural-urban fringe adalah zona antara daerah kota dan desa yang ditandai dengan penggunaan lahan campuran. Zona ini merupakan jalur batas desa-kota. Zona interaksi yang digambarkan sebagai daerah yang membentuk jalur-jalur linier yang teratur di atas merupakan gambaran yang ideal. Pada kenyataannya, zona tersebut tidak lagi bersifat konsentris meskipun unsur-unsurnya masih dapat diamati. Interaksi antarzona dapat terjadi, baik dari zona-zona yang berdekatan maupun yang berjauhan. Zona suburban, suburban fringe, urban fringe, dan rural urban fringe merupakan daerah yang memiliki suasana kehidupan Sumber: Tempo, 21 –27 Agustus 2000 Gambar 6.25 Sarana transportasi angkutan umum meningkatkan interaksi wilayah desa dan kota. Sumber: Dokumen Penulis Gambar 6.26 Zona interaksi desa-kota. Keterangan: 1. City : kota 2. Suburban : Subdaerah perkotaan. 3. Suburban Fringe : Jalur tepi sub- daerah perko- taan. 4. Urban Fringe : Jalur tepi daerah perkotaan paling luar. 5. Rural urban fringe : jalur batas desa kota. 6. Rural : perdesaan 204 GEOGRAFI Kelas XII kota sehingga dapat disebut daerah perkotaan. Daerah Pusat Kegiatan DPK atau Central Business Districts CBD biasanya dikelilingi zona- zona sebagai berikut.

a. Lokasi Pertokoan dan Perdagangan

Di daerah perkotaan, setiap toko, agen, dan kantor penjualan menempati sepanjang jalan-jalan utama untuk mendekati konsumen. Dengan alasan ini, maka berbagai kegiatan jasa akan memilih lokasi di dekat atau di dalam Daerah Pusat Kegiatan Central Business Dis- trict atau selaput inti kota. Lokasi ini dapat berada di sepanjang jalan utama di sekitar terminal bus atau stasiun kereta api. Pertokoan dapat dibedakan menurut barang-barang yang dijual. Perbedaan jenis dan macam barang yang dijual berpengaruh terhadap lokasi dan luas bangunannya. Toko atau tempat belanja yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari, seperti sabun, rokok, sampo, pasta gigi, dan obat-obatan cenderung memiliki lokasi agak di luar dari pusat daerah kegiatan serta mendekati permukiman. Toko yang menjual barang-barang mewah lebih suka memilih lokasi dekat inti kota karena faktor keamanan. Lokasi yang dipilih juga mempertimbangkan calon pembeli yang berasal dari golongan elite atau kaya. Jadi, pertokoan yang dibangun di kota dapat dibedakan menjadi Primary Shopping Centers dan Secondary Shopping Centers. Pada masa kini, muncul banyak toko-toko dengan tipe ”supermarket”. Toko jenis ini lebih suka memilih lokasi di zona selaput inti kota karena harga tanah yang lebih murah dibanding harga tanah di zona inti kota, dan juga alasan persaingan yang ketat di zona inti kota. Strategi supermarket dalam menyaring konsumen adalah dengan menyediakan segala kebutuhan penduduk di sekitarnya. Antara Daerah Pusat Kegiatan DPK, Secondary Shopping Centers, dan supermarket tidak saling men- jatuhkan. Bagaimana dapat terjadi? DPK dilengkapi berbagai fasilitas, seperti fasilitas rekreasi, permainan, dan gedung bioskop. Selain itu, toko-toko di pusat kegiatan memberikan pelayanan lebih dari satu macam, misalnya selain menjual barang juga membuka usaha rumah makan atau agen travel. Perkembangan dari DPK memunculkan kegiatan di bidang finansial, pertokoan, rekreasi, dan lain-lain di zona tepi inti kota yang disebut ”subclusters of services”. Selain itu muncul dan berkembang juga Secondary Business Centers di sepanjang jalur- jalur utama. Munculnya pusat kegiatan tersebut dapat mengabur- kan teori-teori zona yang sudah ada. Perdagangan sayur-sayuran dan buah-buahan tidak memerlukan lokasi di dalam inti kota. Para pedagang lebih suka memilih lokasi di tepi kota yang mempunyai daerah terbuka dan luas. Lokasi yang cocok biasanya berdekatan dengan terminal truk dan kereta api serta pelabuhan laut. Sumber: Arsitektur 6, halaman 121 Gambar 6.27 Daerah pusat kegiatan berdekatan dengan stasiun kereta api. Apa yang dimaksud dengan Primary Shopping Centers dan Secondary Shopping Centers? Sumber: Dokumen Penulis Gambar 6.28 Supermarket 205 Pola Keruangan Desa dan Kota

b. Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik di kota besar lebih mem- pertimbangkan faktor biaya daripada faktor konsumen. Lokasi pabrik banyak ditentukan oleh pengeluaran biaya yang minimal dari bahan mentah, bahan bakar, air, listrik, modal, dan pengangkutan, serta lahan. Lahan dibutuhkan untuk mendirikan bangunan pabrik, gudang, kantor, dan sisa hasil produksi disposal of waste. Lokasi pabrik dapat dijumpai pada tiga zona sebagai berikut. 1 Zona pinggiran kota periphery. 2 Zona di dekat daerah perdagangan trade districts. 3 Zona di sepanjang jalur lalu lintas angkutan berat heavy freight traffic. Pembangunan industri besar sering memerlukan beberapa lokasi multiple locations. Kantor untuk pegawai dan keperluan administrasi berlokasi di dalam kota. Gudang tempat penyimpanan produk berlokasi di pinggir kota atau tepi laut untuk mempermudah pengiriman produk ke luar daerah. Kadang-kadang industri besar memerlukan bangunan laboratorium yang ditempatkan pada lokasi tertentu. Jadi, suatu industri belum tentu hanya memiliki satu kompleks, tetapi beberapa kompleks. Kenyataan ini memperlemah kedudukan teori zona konsentris.

c. Lokasi Permukiman

Lokasi permukiman tidak hanya mengelompok pada satu tempat, tetapi menyebar di beberapa tempat di daerah perkotaan. Penyebaran lokasi permukiman menurut Burgess 1929 dipengaruhi oleh faktor saingan competition, hak milik pribadi private ownership, perbedaan keinginan differential desirability, topografi, transportasi, dan struktur asal inertia of earlier structure. 1 Saingan Antara penduduk kota satu dengan lainnya saling bersaing untuk mendapat tempat tinggal yang sesuai dengan keinginannya. Keinginan ini dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masing-masing. Faktor ekonomi perorangan menjadi penentu keteraturan kompleks perumahan. 2 Hak Milik Pribadi Lahan yang sudah dimiliki perseorangan umumnya digunakan untuk membangun rumah. Lahan perseorangan tidak mudah diminta pihak lain. Terlebih apabila lahan itu letaknya strategis. Kepemilikan lahan perseorangan dapat mempersulit perencanaan zonasi kota. 3 Perbedaan Keinginan Penilaian warga kota terhadap lokasi perumahan satu dengan yang lain tidak sama. Penilaian ini berkaitan dengan keinginan pribadi, prestise, masalah sosial, dan lainnya. 4 Topografi Topografi berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap pembangunan perumahan. Misalnya, lahan dengan Sumber: www.agrindo.com Gambar 6.29 Lokasi pabrik di pinggiran kota. Sumber: Kompas, 4 Juni 2004 Gambar 6.30 Permukiman di kota. 206 GEOGRAFI Kelas XII Sumber: Dokumen Penulis Gambar 6.32 Interaksi wilayah pertumbuhan model hukum gravitasi. kemiringan yang tajam kurang diminati dibanding lahan yang datar; lahan yang berada di ketinggian tertentu dengan pemandangan alam yang indah menjadi daya tarik untuk dijadikan permukiman. Lahan bertopografi kasar dan tidak subur memiliki nilai jual yang rendah dan kurang diminati untuk perumahan. 5 Transportasi Transportasi memengaruhi waktu dan biaya perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi dan perkembangan permukiman sangat berkaitan dengan prasarana dan sarana transportasi. Permukiman akan cepat berkembang di lokasi yang dilalui atau berdekatan dengan rute transportasi. 6 Struktur Asal Kota yang memiliki bangunan-bangunan historis bernilai budaya tinggi sering mempersulit dalam pengaturan permukiman masa kini. Biasanya, struktur asal ingin tetap dipertahankan sebagai monumen bersejarah. 3. Menghitung Kekuatan Interaksi antara Dua Wilayah Interaksi wilayah merupakan hal yang penting dilakukan karena setiap wilayah tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan interaksi antara dua wilayah dapat dilakukan secara kuantitatif dengan rumus-rumus di bawah ini.

a. Rumus Carrothers

Menurut teori ini, kekuatan hubungan ekonomis antara dua tempat, berbanding lurus dengan besarnya penduduk dan berbanding terbalik dengan jarak antaranya. Jadi, makin banyak jumlah penduduk di dua tempat, makin besarlah interaksi ekonominya, tetapi makin jauh jarak antaranya makin kecillah interaksinya. Rumus I = Sumber: Profil Propinsi Republik Indonesia Bengkulu, halaman 276 Gambar 6.31 Jalan sebagai prasarana transportasi mempercepat perkembangan per- mukiman. Keterangan: I : Interaksi P 1 : Jumlah penduduk salah satu dari dua kota. P 2 : Jumlah penduduk dari kota yang lain. J : Jarak antara dua kota. Misalnya: ada tiga buah kota, A berpenduduk 15.000 jiwa, B 10.000 jiwa, dan C 20.000 jiwa seperti di bawah ini. Di situ lokasi B ada di tengah, jaraknya dari A 30 km dan dari C 50 km. Bagaimana menghitung besarnya interaksi ekonomi antara A dan B dibandingkan B dan C? 207 Pola Keruangan Desa dan Kota Berdasar rumus Carrothers, dapat dihitung interaksi antara kota A, B, dan C. Interaksi antara kota A dan kota B. I AB = 30 10.000 15.000 u = 30 150.000.00 =5.000.000 Interaksi antara kota B dan kota C I BC = 50 20.000 10.000 u = 50 200.000.00 = 4.000.000 Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa interaksi antara A dan B lebih besar dari interaksi antara B dan C. Untuk membuktikan interaksi AB lebih kuat daripada C, juga dapat dilihat dari jumlah penumpang kendaraan, angkutan barang, arus transportasi, dan jenis interaksi lain.

b. Hukum Gravitasi

Dasar interaksi desa-kota adalah hukum gravitasi dari Issac Newton, seorang ahli ilmu fisika. Sir Issac Newton 1687 mengatakan bahwa dua buah benda atau materi memiliki gaya tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak benda tersebut. Hukum gravitasi Newton dapat diterapkan dalam studi geografi pemasaran dan studi transportasi. Selain itu, juga digunakan dalam studi perpindahan penduduk, masalah memilih lokasi, dan masalah interaksi. Jika hukum gravitasi Newton digunakan untuk menghitung besarnya interaksi antara wilayah pertumbuhan A dan B, maka rumusnya menjadi: I A.B = Keterangan: I A.B : interaksi wilayah pertumbuhan A dan B. P A : jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A. P B : jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B. D A.B : jarak antara wilayah pertumbuhan A dan kota B. Contoh soal: Hitunglah interaksi antara A, B, dan C, bila diketahui: Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa. Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa. Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa. Jarak antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah pertumbuhan B = 5 km maka, I A.B = 2 5 000 . 20 000 . 300 u = 25 000 . 000 . 000 . 6 = 240.000.000. Jika di dekat wilayah pertumbuhan A ada desa lain, yaitu wilayah pertumbuhan C dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa dan jaraknya dengan A = 10 km, maka: I A.C = 2 10 000 . 10 000 . 300 u = 100 000 . 000 . 000 . 3 = 30.000.000. Jadi, interaksi antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah pertumbuhan B dan wilayah pertumbuhan C dapat ditulis dengan angka sederhana, yaitu 24 berbanding 3 atau 8 berbanding 1. Jika digambarkan sebagai berikut.