tiap kumpulan tersebut membentuk sebuah model nilai-nilai bersaing. Karena pendekatan model nilai-nilai bersaing meliputi tujuan maupun caranya maka
model ini mampu mengatasi masalah yang timbul pada pendekatan pencapaian tujuan atau sistem. Perbandingan keempat pendekatan tentang keefektifan
organisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
2.1.8 Membuat Nilai-Nilai Bersaing menjadi Operasional
Pendekatan nilai-nilai bersaing ini berawal dari tiga puluh kriteria keefektifan organisasi, akhirnya ditemukan tiga kumpulan dasar nilai-nilai
bersaing.
Gambar 2.1 Model Tiga Dimensi tentang Keefektifan Organisasi
Sumber: Cameron dalam Robbins 1994: 77 Fleksibility
Control Organization
Ends Means
People
Pertama , adalah fleksibilitas versus kontrol, yang merupakan dua dimensi
yang saling bertentangan dari struktur organisasi. Fleksibilitas menghargai inovasi, penyesuaian dan perubahan, sebaliknya kontrol lebih menyukai stabilitas,
ketentraman, dan kemungkinan prediksi. Kedua
, adalah kesejahteraan dan pengembangan manusia dalam organisasi versus kesejahteraan dan pengembangan organisasi itu sendiri. Dikotomi manusia-
organisasi merupakan kumpulan lain dari dimensi-dimensi yang saling bertentangan, perhatian terhadap perasaan dan kebutuhan manusia di dalam
organisasi versus perhatian pada pencapaian produktivitas dan tugas.
Tabel 2.4 Delapan Sel Kriteria Keefektifan Organisasi No
SEL DESKRIPSI DEFINISI
1. OFM
Fleksibilitas Mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap
perubahan pada kondisi dan tuntutan dari luar. 2. OFE
Perolehan sumber
Mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga kerja.
3. OCM Perencanaan
Tujuan jelas dan dipahami dengan benar 4. OCE
Produktivitas dan efisiensi
Volume keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi.
5. PCM Ketersediaan
informasi Saluran komunikasi membantu pemberian informasi
kepada orang mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka.
6. PCE Stabilitas
Perasaan tentram, kontinuitas, kegiatan-kegiatan berfungsi secara lancar.
7. PFM Tenaga
kerja yang kohesif
Pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang lain.
8. PFE Tenaga
kerja terampil
Pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai ketrampilan dan kapasitas untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik.
Sumber: Cameron dalam Robbins 1994: 78
Ketiga , adalah cara versus tujuan organisasi. Cara menekankan pada proses
internal dan jangka panjang, tujuan menekankan pada tujuan akhir dan jangka pendek. Dikotomi ini seperti pada pendekatan tujuan versus pendekatan sistem.
Ketiga kumpulan tersebut digambarkan dalam diagram tiga dimensi seperti pada Gambar 2.1. Nilai-nilai tersebut kemudian dikombinasikan menjadi delapan sel
atau kumpulan kriteria keefektifan organisasi seperti pada Tabel 2.4. Dari delapan sel tersebut dikombinasikan kemudian diciptakan empat
macam model atau definisi tentang keefektifan organisasi, seperti pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Empat Model Tentang Nilai Keefektifan Organisasi No MODEL
SEL-SEL CARA TUJUAN
1. Human-relations
model PFM dan
PFE Tenaga kerja
terpadu Tenaga kerja terampil
2. Open-system
model OFM dan
OFE Fleksibilitas Kemampuan
mendapatkan sumber daya
3. Rational-goal
model OCM dan
OCE Rencana tertentu
dan tujuan Produktivitas dan efisiensi
yang tinggi 4.
Internal-process model
PCM dan PCE
Penyebaran informasi
Stabilitas dan ketentraman
Sel PFM dan PFE termasuk dalam human-relations model, yang menekankan pada manusia people dan fleksibilitas. Model ini mendefinisikan
keefektifan organisasi adalah adanya tenaga kerja yang terpadu atau kohesif sebagai cara atau means dan terampil sebagai tujuan atau ends.
Sel OFM dan OFE termasuk dalam open-system model. Model ini mendefinisikan keefektifan organisasi adalah adanya fleksibilitas sebagai cara
atau means dan kemampuan untuk mendapatkan sumber daya sebagai tujuan atau ends.
Sel OCM dan OCE termasuk dalam rational-goal model. Keefektifan organisasi dibuktikan dengan adanya rencana-rencana tertentu dan tujuan sebagai
cara atau means serta produktivitas dan efisiensi yang tinggi sebagai tujuan atau ends
.
Gambar 2.2 Empat Model Tentang Nilai Keefektifan
Sumber: Cameron dalam Robbins 1994: 79
Organization
Tujuan: Stabilitas
Cara: Fleksibilitas
Tujuan: perolehan sumber
Tujuan: Produk dan efisiensi
Cara: Tersedia Informasi
Cara: Perencanaan
Cara: Tenaga Kerja Kohesif
Tujuan : Tenaga Terampil
RATIONAL- GOAL MODEL
Control
INTERNAL- PROCESS MODEL
OPEN-SYSTEM MODEL
HUMAN- RELATIONS
MODEL
People Fleksibility
Sel PCM dan PCE termasuk dalam internal-process model, yang menekankan pada manusia people, pengawasan control dan penyebaran
informasi sebagai cara atau means; stabilitas dan ketentraman sebagai tujuan atau ends dalam penilaian keefektifan organisasi.
Dari pengelompokan itu perlu diperhatikan bahwa setiap model mewakili sekumpulan nilai tertentu dan mempunyai kutub yang berlawanan dengan
penekanan yang berbeda-beda. Misalnya human-relation model bertentangan dengan rational-goal model; open-system model bertolak belakang dengan
internal-process model . Empat model tentang nilai keefektifan organisasi tersebut
dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2.
Tabel 2.6 Kuesioner Singkat tentang Nilai-Nilai Bersaing No Kuesioner Tidak
setuju Cukup
setuju Sangat
setuju
1. OFM: Organisasi menanggapi dengan baik
tuntutan yang sedang berubah. 1 2 3
2. OFE: Besarnya tenaga kerja organisasi meningkat
terus 1 2 3
3. OCM: Pegawai mengerti dengan jelas tentang
tujuan organisasi 1 2 3
4. OCE: Organisasi menghasilkan volume keluaran
yang tinggi 1 2 3
5. OCM: Para pegawai diberi informasi yang baik
mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka
1 2 3 6.
PCE: Kegiatan organisasi berfungsi dengan lancar dan teratur
1 2 3 7.
PFM: Para pegawai berkerja sama dengan baik satu sama lain
1 2 3 8.
PFE: Para pegawai dilengkapi dengan baik untuk tugas mereka
1 2 3
Sumber: Cameron dalam Robbins 1994
Implementasi pendekatan nilai-nilai bersaing dilakukan dengan cara 1 dominant coalition
mengidentifikasi konstituensi yang dianggap kritis bagi kelangsungan hidup organisasi; 2 setelah konstituensi strategis tersebut
dipisahkan maka perlu memperhitungkan kepentingan yang ditempatkan oleh setiap konstituensi pada delapan kumpulan nilai tersebut. Hal ini bukan pekerjaan
mudah karena manajer harus menempatkan diri sebagai konstituensi strategis, untuk membantu maka manajer dapat mewawancarai anggota konstituensi dengan
menggunakan kuesioner seperti pada Tabel 2.6.
Gambar 2.3 Membandingkan keefektifan Dua Organisasi dengan Amoebagram
Sumber: Cameron dalam Robbins 1994
Organization
PCE OFM
OFE
OCE PCM
OCM PFM
PFE
Control People
Fleksibility
Jawaban kuesioner akan memberi penilaian umum bagaimana konstituensi tertentu merasakan prestasi sebuah organisasi pada setiap kriteria dari delapan
kriteria keefektifan organisasi. Hasil kumulatif jawaban kuesioner oleh sekumpulan konstituensi yang menilai prestasi organisasi atas delapan kriteria
keefektifan organisasi tersebut dapat diilustrasikan pada amoebagrams. Apabila penilaian dilakukan terhadap dua organisasi Alpha dan Beta maka hasilnya
diilustrasikan seperti pada Gambar 2.3.
2.1.9 Kontribusi Berbagai Disiplin Ilmu terhadap Perilaku Organisasi