yang mendadak juga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap keefektifan organisasi. Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan yang sering berubah
misalnya perubahan kurikulum, sistem penilaian dan evaluasi, mekanisme penganggaran, dll sering membingungkan kepala sekolah dan guru. Bagi sekolah
yang kurang siap terhadap perubahan menjadi kalang kabut sehingga mengganggu pencapaian keefektifan organisasi, sebaliknya bagi sekolah yang selalu siap
apabila terjadi perubahan maka tingkat keefektifan organisasinya tidak terlalu terganggu.
4.2.5.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan faktor determinan keefektifan organisasi dengan koefisien 0,90; koefisien dimensi-dimensinya, yaitu spesialisasi kegiatan
0,89; konfigurasi struktur peran dengan koefisien 0,81; sentralisasi kewenangan dengan koefisien 0,53; standarisasi prosedur dengan koefisien 0,49; dan
formalisasi dokumen dengan koefisien 0,20. Spesialisasi kegiatan, yang terdiri kesuaian tugas dengan latar belakang
pendidikan dengan koefisien 0,42; serta keikutsertaan guru pada penatarandiklat dengan koefisien 0,41; mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam
peningkatan keefektifan organisasi sekolah. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan
bahwa guru mempunyai kedudukan profesional yang pengakuannya dibuktikan dengan sertifikat. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, sertifikat
pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau Diploma-IV. Sertifikat pendidikan
diberikan kepada guru yang memenuhi persyaratan anatara lain telah lulus sarjana atau Diploma-IV, telah mengikuti beberapa pendidikan dan pelatihan
yang sesuai bidang tugasnya, serta mempunyai masa kerja yang cukup. Sesuai ketentuan tersebut, guru yang mengajar sesuai latar belakang pendidikannya serta
keikutsertaan guru dalam penatarandiklat merupakan salah satu cara meningkatkan kemampuan profesional yang pada akhirnya akan mendorong
peningkatan keefektifan organisasi. Konfigurasi struktur peran, yang terdiri dari jumlah guru mata pelajaran dengan
koefisien 0,52; dan jumlah laboran, pustakawan dengan koefisien 0,51; mempunyai kontribusi yang cukup terbesar dalam peningkatan keefektifan
organisasi sekolah. Jumlah guru mata pelajaran dan tenaga kependidikan yang dibutuhkan oleh sekolah menengah atas jumlah cukup banyak, sesuai dengan
jumlah mata pelajarannya. Apabila kebutuhan tersebut dapat terpenuhi semuanya maka akan mendorong peningkatan keefektifan organisasi sekolah. Ada berbagai
macam guru dan jabatan fungsional di sekolah menengah atas antara lain guru mata pelajaran, guru bimbingan karir, laboran, pustakawan, pengawas bidang
studi dan dll. Apabila jabatan tersebut dirangkap oleh petugas lain yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan profesinya tentu saja hasilnya tidak
dapat maksimal. Pada umumnya di sekolah jabatan laboran, pustakawan, sering dirangkap oleh guru atau tenaga administrasi, sedangkan untuk jabatan pengawas
bidang studi saat ini masih langka. Keefektifan organisasi sekolah akan meningkat apabila jabatan-jabatan tersebut diisi oleh petugas yang sesuai.
Sentralisasi kewenangan, khususnya keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan dengan koefisien 0,53 mempengaruhi peningkatan keefektifan
organisasi sekolah. Pengambilan keputusan pendidikan di sekolah dengan melibatkan partisipasi guru selain diperoleh keputusan yang lebih baik juga akan
meningkatkan motivasi, komunikasi, kerjasama, serta tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan organisasi sekolahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Owens 1995, bahwa menggunakan pengambilan keputusan partisipasi memperoleh dua keuntungan 1 memperoleh keputusan yang lebih baik dan 2
meningkatkan pertumbuhan dan membangun rasa memiliki bagi anggota organisasi misalnya, tanggung jawab untuk mencapai tujuan, meningkatkan
motivasi, meningkatkan komunikasi, meningkatkan kerjasama kelompok. Standarisasi prosedur, dengan indikator pelaksanaan supervisi dengan koefisien
0,49; mempengaruhi peningkatan keefektifan organisasi sekolah. Jadi semakin sering kepala sekolah dan pengawas sekolah melakukan supervisi terhadap guru,
semakin meningkatkan keefektifan organisasi sekolah. Oliva 1984 menyampaikan bahwa guru, administrator dan pengawas sekolah memerlukan
supervisi karena dengan supervisi diharapkan kinerja guru dpaat mencapai taraf yang lebih baik. Dalam pendidikan terdapat banyak masalah yangdihadapi guru
antara lain masalah teori pembelajaran, kurikulum dan metodologi. Dengan supervisi diharapkan dapat membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan tersebut dan juga membantu memperbaiki penampilan guru di
depan kelas. Supervisi dapat optimal apabila didukung dengan sikap guru yang aktif dan dinamis.
Formalisasi dokumen, dengan indikator definisi tertulis tentang tugas guru dengan koefisien 0,20 mempengaruhi peningkatan keefektifan organisasi
sekolah. Pembagian tugas yang jelas dan dituangkan dalam ketentuan yang tertulis membuat guru dan tenaga kependidikan mengetahui dengan pasti tugas
masing-masing. Guru dan tenaga kependidikan tidak ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya karena uraian tugas pokoknya telah didefinisikan secara
tertulis. Hal ini sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan keefektifan organisasi sekolah.
4.2.5.3 Budaya Organisasi