Pengaruh Konflik Organisasi Konflik Organisasi

Dalam teori birokrasi, keberadaan konflik nampak pada kemacetan organisasi, kegagalan manajemen untuk membuat perencanaan, dan kontrol yang cukup. Dalam hubungan antar manusia tampak, khususnya konflik yang bersifat negatif akan terlihat seperti adanya kegagalan untuk mengembangkan norma- norma yang sesuai dalam kelompok. Dalam teori administrasi tradisional, sangat bias dalam kebaikan hati dalam perjalanan ideal organisasi. Karakteristiknya seperti, keserasian, kesatuan, koordinasi, efisiensi, dan ketertiban. Hubungan antar manusia sangat erat dan mencapai kebahagiaan, kerja kelompok yang menyenangkan.

2.1.13.1 Pengaruh Konflik Organisasi

Menurut Owens 1995 pengaruh konflik organisasi merupakan masalah yang sangat penting sebab seringkali terjadi konflik yang kuat bersifat negatif sehingga dapat menimbulkan pengaruh yang merusak perilaku orang- orang dalam organisasi. Dalam aspek psikologi dapat berwujud seperti memusuhi, mengasingkan, apatis, mengabaikan atau melalaikan tugas; gejala umum seperti itu dapat mempengaruhi semangat fungsi-fungsi organisasi. Pengaruh pada aspek fisik dapat muncul seperti meningkatnya absensi, keterlambatan, mutasi, yang dapat meluas sehingga terjadi dimana-mana. Di sekolah-sekolah, konflik dapat berupa kemalasan pada guru-guru karena diganggu oleh beban kegiatan administrasi. Konflik juga dapat menyebabkan munculnya permusuhan, perilaku agresif, termasuk dalam kegiatan pekerjaan, kerusakan properti yang sangat luas dan apabila tidak direspon maka situasi konflik menjadi semakin panas sampai terjadinya frustasi total. Dalam manajemen yang tidak efektif, seperti misalnya: pemberian sanksi yang keras terhadap pelanggaran, menekankan permusuhan antara guru dan staf administrasi, dapat menimbulkan iklim yang lebih buruk, situasi seperti ini akan mencapai puncak frustasi, memburuknya ilkim organisasi, dan meningkatnya kerusakan. Pada akhirnya kesehatan organisasi cenderung menurun. Sedangkan manajemen konflik yang efektif, misalnya: memperhatikan penyelesaian masalah, menekankan kolaborasi dan esensi kehidupan organisasi akan menjadikan outcome yang produktif dan mempertinggi kesehatan organisasi. Kadang-kadang untuk memastikan apakah konflik ada diantara anggota atau konflik hanya nampak jika memang benar-benar ada diantara anggota, hal ini bisa terjadi apabila dua anggota mempunyai tujuan aktual yang tidak sesuai. Seringkali apa yang menyebabkan konflik antara dua anggota adalah karena salah paham, untuk menyelesaikan distorsi persepsi seperti ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk menyusun tujuan organisasi dan meningkatkan komunikasi. Menurut Robbins 1994 ada dua pandangan dalam konflik yaitu pandangan tradisional dan pandangan interactionist. Pandangan tradisional mengenai konflik mengasumsikan bahwa semua konflik adalah jelek, dan mempunyai dampak yang negatif terhadap keefektifan organisasi. Konflik disamakan dengan istilah kekerasan, kehancuran, dan irrasionalitas. Tanggung jawab manajemen adalah mencegah terjadinya konflik atau menyelesaikan konlik secepat mungkin. Pandangan interactionist menyampaikan bahwa organisasi yang bebas dari konflik mungkin merupakan organisasi yang statis, apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan. Konflik adalah fungsional jika dapat memprakarsai pencarian cara-cara baru dan lebih baik dan mengurangi rasa puas diri dalam organisasi. Menurut pandangan ini tidak mengatakan bahwa semua konflik adalah fungsional, ada konflik yang berpengaruh negatif terhadap keefektifan organisasi sehingga perlu segera diselesaikan. Konflik organisasi diamati dari kekacauan, stagnasi, dan kegairahan kerja dalam organisasi. Konflik dapat disebabkan saling ketergantungan pekerjaan, deferensiasi horisontal yang tinggi, formalisasi yang rendah, ketergantungan pada sumber bersama yang langka, perbedaan kriteria evaluasi dan sistem imbalan, pengambilan keputusan partisipatif, heterogenitas anggota. Terjadinya konflik mampu merangsang peningkatan keefektifan organisasi sehingga perlu ditumbuhkan. Stimulasi konflik dilakukan dengan membuat distorsi komunikasi, persaingan antar anggota, serta meningkatkan heterogenitas.

2.1.13.2 Cara Menyelesaikan Konflik