organisasi datar, sederhana dan efisien. Dimensi-dimensi perubahan pola manajemen pendidikan di Indonesia dari pola lama menuju pola baru yang lebih
demokratis dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan di Indonesia Pola Lama
Menuju Pola Baru
Subordinasi Pengambilan keputusan terpusat
Ruang gerak kaku Pendekatan birokratik
Sentralistik Diatur
Over
regulasi Mengontrol
Mengarahkan Menghindari resiko
Gunakan uang semuanya Individual yang cerdas
Informasi terpribadi Pendelegasian
Organisasi hirarkis Otonomi
Pengambilan keputusan partisipatif
Ruang gerak luwes Pendekatan profesional
Desentralistik Motivasi diri
Deregulasi Mempengaruhi
Memfasilitasi Mengelola resiko
Gunakan uang seefisien mungkin Teamwork
yang cerdas Informasi terbagi
Pemberdayaan Organisasi datar
Sumber : Umaedi 2000:8
2.1.2 Dasar-Dasar Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan
Sebelum desentralisasi pendidikan dilaksanakan penuh di seluruh Indonesia, telah dilakukan uji coba di dua puluh enam Dati II percontohan yang
diatur dalam 1 Peraturan Pemerintah PP Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada 26 dua puluh
enam Dati II percontohan; 2 Surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Mendikbud RI Nomor 11871A6.IH95 tanggal 8 Maret
1995 perihal persiapan pelaksanaan penyerahan urusan di bidang pendidikan dan kebudayaan kepada Dati II percontohan; 3 Keputusan Mendikbud RI Nomor
0274O1996 tentang petunjuk pelaksanaan urusan pendidikan dan kebudayaan yang diserahkan kepada Dati II percontohan.
Pelaksanaan desentralisasi pendidikan secara penuh bersamaan dengan pelaksanaan desentralisasi di bidang pemerintahan yang diatur dengan Undang-
Undang UU Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 yuncto UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan UU Nomor 32 tahun
2004, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupatenkota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota yang meliputi 1
perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2 perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3 penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat; 4 penyediaan sarana dan prasarana umum; 5 penanganan bidang kesehatan; 6 penyelenggaraan pendidikan; 7 penanggulangan masalah sosial;
8 pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9 fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10 pengendalian lingkungan hidup; 11 pelayanan
pertanahan; 12 pelayanan kependudukan dan catatan sipil; 13 pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14 pelayaan administrasi penanaman modal;
15 penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;16 urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan desentralisasi pendidikan harus tetap mengacu pada sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun
1989 yang digantikan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dengan maksud untuk mengembangkan kemampuan kualitas dan martabat manusia Indonesia, memerangi segala kekurangan,
keterbelakangan dan kebodohan, memantapkan ketahanan nasional, serta meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan berlandaskan kebudayaan bangsa dan
kebhinneka-tunggal-ika-an. Pendidikan nasional juga mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa maka akan lebih berdaya guna dan berhasil guna bila tetap
diurus oleh pemerintah pusat sesuai dengan semangat penyelenggaraan otonomi daerah yang dititik-beratkan pada kabupaten atau kota. Hal ini berarti bahwa
upaya mewujudkan demokratisasi di bidang pendidikan, sistem pendidikan harus berorientasi pada aspirasi masyarakat setempat dengan cara menyerahkan urusan
pendidikan beserta pembiayaannya kepada daerah dengan harapan perencanaan pendidikan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing namun
standar kualitaskompetensi lulusan tetap ditentukan secara nasional oleh pemerintah pusat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menetapkan bahwa pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Adapun misi pendidikan nasional adalah 1 mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh
rakyat Indonesia; 2 membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar; 3 meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; 4
meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global; dan 5 memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan visi dan misi tersebut, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.1.3 Definisi Organisasi