Budaya Organisasi Kerangka Teoretis

induk sekolah. Formalisasi dokumen antara lain dokumen-dokumen tentang buku kebijakan, kurikulum, kalender pendidikan, buku pegangan siswa, buku pegangan guru, program pelajaran, jadwal, bagan organisasi, buku tentang peraturan. Standarisasi prosedur terdiri atas tugas guru, laporan perkembangan siswa, evaluasi kegiatan, ujian, ulangan umum, kecepatan pembelajaran. Sentraliasasi kewenangan antara lain kewenangan mengangkat kepala sekolah, guru, dan karyawan, mengatur alokasi anggaran, dalam kenaikan kelas, kelulusan siswa, penetapan peralatan baru, membuat pekerjaan baru. Konfigurasi struktur peran terdiri atas penerimaan siswa baru, jumlah guru, jumlah staf, jumlah penjaga dan tenaga kebersihan sekolah.

2.1.11 Budaya Organisasi

Ada berbagai definisi budaya organisasi yang secara umum menyetujui cara untuk mengetahui apakah budaya organisasi itu dan bagaimana perbedaannya dengan iklim organisasi. Menurut Owens 1995 budaya organisasi adalah bentuk penyelesaian atau cara pemecahan permasalahan internal dan eksternal organisasi, yaitu suatu cara kerja yang konsisten dalam suatu kelompok atau organisasi yang mengajarkan setiap anggota baru untuk mengikuti, memahami, memikirkan dan merasakan dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Budaya dan iklim organisasi keduanya adalah perjanjian abstrak tidak tertulis yang nampak pada perilaku seseorang dalam organisasi yang tidak hanya ditimbulkan oleh diri sendiri akan tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan di dalam organisasi. Budaya adalah norma-norma perilaku, asumsi, kepercayaan dari organisasi, sedangkan iklim adalah persepsi dari seseorang di dalam organisasi yang merupakan cerminan dari norma-norma, asumsi, dan kepercayaan. Menurut Tagiuri dalam Owens 1995 ikilm organisasi adalah karakteristik menyeluruh dari lingkungan dalam bangunan sekolah, yang terdiri: 1 ekologi yaitu faktor fisik dan sarana prasarana organisasi, seperti luas, usia bangunan, desain, fasilitas, kondisi bangunan, meja, kursi, teknologi yang digunakan; 2 milieu atau lingkungan pergaulan yaitu dimensi sosial dari organisasi, misalnya berapa jumlah anggota, apa yang mereka suka, ras, etnik, gaji guru, status sosial ekonomi, moral, motivasi, kepuasan kerja; 3 sistem sosial, seperti struktur organisasi dan administrasi, bagaiman sekolah diorganisasikan, bagaimana cara mengambil keputusan, komunikasi antar anggota, kerja kelompok; 4 budaya, yaitu nilai-nilai, sistem kepercayaan, norma, dan pola pikir orang-orang dalam organisasi. Budaya terbentuk melalui kurun waktu yang lama, melalui proses perkembangan dan mempunyai makna yang sangat dalam. Jadi pemecahan masalah terakhir terdapat pada asumsi tentang kenyataan, kebenaran, waktu, ruang, sifat manusia, aktivitas manusia, serta hubungan antar manusia. Budaya dapat didefinisikan sebagai filosofi bersama, ideologi, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, harapan, sikap, dan norma yang mengikat suatu komunitas atau anggota organisasi secara bersama-sama Kilmann dalam Owens 1995. Sebagai contoh, anggota organisasi di sekolah mereka menyatakan sepakat tentang kualitas yang berkaitan dengan implisit atau eksplisit diantara guru, staf administrasi, dan anggota lain tentang bagaimana pendekatan pengambilan keputusan dan permasalahan. Robbins 1994: 479 mengemukakan pendapatnya tentang budaya organisasi, sebagai berikut. Budaya organisasi tidak pernah kekurangan definisi, misalnya, sebagai “nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi” “falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan” “cara pekerjaan dilakukan di tempat itu”. Suatu peninjauan yang lebih mendalam dari sederet definisi memperlihatkan sebuah tema sentral- budaya organisasi merujuk pada suatu sistem pengertian yang diterima secara bersama . Dalam setiap organisasi terdapat pola mengenai kepercayaan, ritual, mitos serta pratek-praktek yang telah berkembang sejak beberapa lama. Kesemua itu pada gilirannya, menciptakan pemahaman yang sama di antara para anggota mengenai bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana anggotanya harus berperilaku. Budaya mengimplikasikan adanya dimensi atau karakteristik tertentu yang berhubungan erat dan interdependen. Tetapi kebanyakan peneliti tidak berusaha merinci karakteristik-karakteristik tersebut. Sebaliknya, mereka berbicara tentang budaya sebagai “milieu” yang abstrak. Jika budaya itu memang ada, dan kita menyatakan bahwa memang demikian adanya, maka budaya harus mempunyai dimensi mencolok yang dapat didefinisikan dan diukur. Dari pendapat itu, dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi merupakan falsafah, nilai-nilai dominan, cara pekerjaan dilakukan, asumsi dan kepercayaan dasar yang dapat diterima secara bersama, dan bagaimana anggotanya harus berperilaku. Jadi budaya organisasi dipengaruhi oleh filosofi organisasi, nilai-nilai yang telah melalui kriteria seleksi oleh manajemen puncak dan disosialisasikan kepada anggota organisasi. Robbins 1994 mengajukan sepuluh karakteristik yang menyangkut dimensi struktural maupun perilaku, jika dicampur dan dicocokkan akan mengambil esensi sebuah budaya organisasi, walaupun mungkin ada yang sedikit berbeda, tapi pada dasarnya ini merupakan karakteristik utama yang menjadi pembeda budaya organisasi. 1 Inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dipunyai individu. 2 Toleransi terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. 3 Arah, yaitu sejauh mana organisasi menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi. 4 Intergrasi, yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. 5 Dukungan dari manajemen, yaitu sejauh mana para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka. 6 Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai. 7 Identitas, yaitu sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian professional. 8 Sistem imbalan, yaitu sejauh mana alokasi imbalan misal, kenaikan gaji, promosi didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dsb. 9 Toleransi terhadap konflik, yaitu sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. 10 Pola-pola komunikasi, yaitu sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal. Karakteristik tersebut mencakup dimensi struktural maupun perilaku, sebagai contoh dukungan manajemen merupakan ukuran perilaku kepemimpinan, akan tetapi sebagian besar karakteristik tersebut berkaitan dengan dimensi struktur organisasi. Budaya organisasi merupakan persepsi umum yang diyakini oleh para anggotanya oleh karena organisasi terdiri dari individu dengan berbagai latar belakang atau tingkatan menjelaskan budaya organisasi juga cenderung berbeda. Budaya organisasi besar biasanya juga terdiri dari budaya yang dominan dan sekumpulan sub-budaya. Dalam membahas budaya organisasi maka yang diperhatikan adalah budaya dominan, yaitu nilai inti yang dimiliki bersama. Apabila organisasi tidak mempunyai budaya dominan dan hanya mempunyai sekumpulan sub-budaya maka pengaruhnya terhadap keefektifan organisasi menjadi tidak jelas. Karakteristik budaya yang kuat adalah adanya nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama secara luas. Semakin banyak anggota yang menerima dan menyetujui nilai-nilai inti dan merasa sangat terikat kepadanya, maka makin kuat budaya tersebut. Pengaruh budaya organisasi terhadap keefektifan organisasi kuat apabila ada kecocokan antara budaya, strategi, lingkungan dan teknologi sebuah organisasi. Budaya organisasi sekolah menurut Hoy dan Miskel 1991:213 terdiri atas tiga level dari yang paling dalam sampai yang dangkal yaitu asumsi-asumsi yang tak diucapakan, nilai-nilai, dan norma-norma. 1 Asumsi-asumsi yang tak diucapkan tacit assumptions terdiri dari hubungan alam yang alamiah, hubungan manusia yang alamiah, kebenaran dan realitas yang alamiah, hubungan dengan lingkungan. 2 Nilai-nilai, terdiri atas keterbukaan, kepercayaan, kerjasama, kerukunan, keakraban, kerjasama kelompok. 3 Norma-norma terdiri dari dukungan sesama rekan, tidak mengecam atau mencela kepala sekolah, menangani sendiri permasalahan-permasalahan ketertibandisiplin pribadi, memberikan bantuan ekstra pada siswa, mengenali sesama rekan.

2.1.12 Lingkungan Organisasi