Membumikan Reforma Agraria

Membumikan Reforma Agraria

DENGAN jernih, Joyo Winoto Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI telah menuangkan pemikirannya secara utuh mengenai reforma agraria dikaitkan dengan perwujudan keadilan sosial. Pemi- kiran orang nomor satu di BPN RI ini dipaparkan baru-baru ini dalam orasi ilmiah di Institut Pertanian Bogor (01/09/07) dan di Universi- tas Padjadjaran Bandung (10/09/07).

Untaian pemikirannya diawali kutipan pidato Presiden RI (31/ 01/07); “Program reforma agraria... Inilah yang saya sebut sebagai prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat... (yang) saya anggap mutlak untuk dilakukan.” Selanjutnya dikupas mengenai keadilan sosial sebagai tujuan mendasar; kemiskinan, pengangguran dan colonial mode of production, akhir dari end pipe policies, langkah ke arah kebijakan untuk memecahkan persoalan mendasar.

Lalu dibahas mengenai tanah, kebangsaan dan pembangunan, dan reforma agraria sebagai kebijakan pembangunan yang mendasar. Untuk memudahkan pemahaman, Joyo merumuskan: reforma agraria sama dengan landreform plus access reform (RA=LR+AR). Penulis mem- beri apresiasi atas keterbukaan Kepala BPN yang memaparkan pemi- kiran utuhnya secara ilmiah. Artikel ini mencoba memberikan catatan kecil untuk lebih membumikan substansi yang ditawarkan Joyo.

Ketika diwartakan pemerintah segera memulai reforma agraria dengan prinsip dasar: “tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat”, kita harus mencari titik temu antara “isyarat bagus dari atas”

Usep Setiawan dengan “fakta menyayat di bawah” yang dicerminkan kerasnya kon-

flik agraria dan tajamnya ketimpangan agraria. Harus dijembatani antara konsep ideal reforma agraria untuk keadilan sosial bagi rakyat Indonesia dengan realitas di lapangan yang masih jauh dari adil akibat absennya keadilan agraria.

Konsep dan praktek

Reforma agraria memerlukan langkah kongkrit. Selain komitmen politik Presiden RI dan jajarannya tak tergantikan, reforma agraria juga perlu kelembagaan pelaksana serta pembiayaan yang kuat. Perlu strategi pelaksanaan reforma agraria yang diawali inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam, serta warga akan menerima manfaat (beneficiaries). Inventarisasi berguna untuk mengetahui keadaan nyata objek dan subjek reform di lapangan.

Visi ideologis reforma agraria mestilah mengacu Undang-Un- dang No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang memiliki jiwa dan semangat kerakyatan yang men- dahulukan kepentingan golongan ekonomi lemah. UUPA yang pada tanggal 29 Januari 2007 disepakati pemerintah dan DPR untuk tak diubah, makin urgen dijalankan. Kita angkat topi kepada Joyo dan jajarannya yang memegang teguh UUPA.

Orientasi kepada kaum miskin sebagai konsekwensi dari komit- men pemerintah dalam memberantas kemiskinan, sudah benar. Refor- ma agraria memang banyak modelnya. Tapi rakyat miskin seperti buruh tani, petani gurem, petani penggarap dan masyarakat adat di pedesaan mutlak jadi subjek utama penerima manfaat. Para “penguasa” dan “pengusaha” perlu dikelola agar berkontribusi posi- tif dalam reform, bukan malah jadi penghalang. Harus dicegah ka- langan di luar si miskin mendompleng dan curi kesempatan dalam kesempitan.

Wacana dan konsep mantap reforma agraria perlu dibuktikan di lapangan. Pemerintah perlu merumuskan formula-formula praktis

Kembali ke Agraria reforma agraria. Perlu juga digalang konsolidasi nasional sehingga

reforma agraria untuk mengakhiri ketidakadilan sosial yang lahir dari rahim ideologi, politik, hukum dan praktek kebijakan yang pro- modal besar jadi agenda bersama.

Reforma agraria, selain mengacu konstitusi UUD 1945 dan UUPA yang pro-golongan ekonomi lemah, juga Tap MPR No IX/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang dikuatkan Tap MPR No IV/2002, dikukuhkan Tap MPR No I/2003, dan ditegaskan Tap MPR No V/2003. Esensinya, perlu penataan ulang struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan penggunaan tanah (land reform) [Tap IX/01, Pasal 5 (1b)].

Sinergi dan koordinasi lintas sektor

Terkait kelembagaan pelaksana reforma agraria, BPN oleh Per- pres 10/2006 diberi kewenangan melaksanakan reforma agraria hendaknya segera menyediakan berbagai instrumen untuk meme- nuhi tujuan agenda ini. Lebih lanjut, kelembagaan baru yang menja- min sinergi dan koordinasi lintas sektor perlu diwujudkan.

Kelembagaan ini mestilah bertugas: (a) menyiapkan pra-kondisi, pembiayaan, kelembagaan, strategi dan perencanaan; (b) mengkor- dinasikan departemen dan badan pemerintah terkait, pemerintah daerah, dan organisasi masyarakat; (c) menangani konflik agraria masa lalu dan konflik agraria yang muncul akibat pelaksanaan refor- ma agraria; dan (d) menjalankan penataan penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan penggunaan tanah serta fasilitasi program pendu- kungnya.

Organisasi serta komunitas rakyat yang paling berkepentingan atas pembaruan agraria perlu diperkuat. Serikat-serikat tani dan ko- perasi-koperasi rakyat sebaiknya segera dikondisikan untuk terlibat penuh dalam agenda besar ini. Biaya reforma agraria mesti dialoka- sikan dalam APBN dan APBD. Jangan gunakan utang luar negeri. Selain jadi beban dan menyebabkan ketergantungan kepada pihak asing, utang membuka ruang intervensi pemberi utang atas agenda

Usep Setiawan nasional kita. Disadari agenda ini besar dan berat. Dialog sehat dan

kerjasama sinergi berbagai komponen bangsa niscaya dapat menepis kelemahan dan ancaman di depan mata. Kita harus mengubah tiap kelemahan jadi kekuatan, segenap ancaman jadi peluang.

Saya yakin Joyo memahami konteks sosial catatan kecil ini. Se- moga beliau istiqomah dan tetap penuh gairah menapaki jalan terjal penuh faedah ini. Tugas Joyo dan jajarannya serta seluruh pemimpin bangsa sebenarnya tak jauh beda dengan tugas kenabian di muka bumi.

Semoga hikmah bulan suci ramadhan dan Hari Tani Nasional makin mematangkan niat baik dan rencana bagus memulai reforma agraria tahun 2007 ini, sehingga perjuangan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terhindar dari godaan, cobaan dan ujian yang tak sanggup bangsa ini menanggungnya. Selamat hari tani! ***