Banyak pandangan yang muncul seputar permasalahan yang ada dalam Pendidikan IPS, di antaranya ada pihak yang mengkritisi strategi
yang mengkritisi strategi atau pendekatan yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Ada yang mengkritisi dari sudut materi yang
diajarkan dengan realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan yang demikian setidaknya muncul asumsi dalam diri siswa bahwa IPS
merupakan bidang studi yang menjemukan, kurang menantang minat belajar.
Berbagai masalah yang muncul dari pengalaman mengajar, mengharuskan para pendidik mencari solusinya. Diantara berbagai
masalah tersebut salah satunya adalah masalah media pembelajaran. Dimana seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih media
pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dikelas, yang dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa, agar siswa dapat
memahami dan menguasai konsep materi pelajaran.
Mata pelajaran IPS merupakan ilmu pengetahuan yang meneliti dan membahas segala hal yang menyangkut dengan kesosialan manusia,
tingkah lakunya, proses penghidupannya, serta hubungan antara manusia dengan manusia lain, manusia sebagai individu dengan masyarakat
sekitarnya, atau manusia dengan benda sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan.
Salah satu kendala dalam proses pembelajara IPS yaitu penggunaan media pembelajaran yang monoton akan mengakibatkan
kebosanan dan kejenuhan pada siswa. Dikarenakan guru hanya menggunakan media yang sama dalam proses pembelajaran. Dampaknya
dari proses pembelajaran IPS yang kurang kondusif adalah minatnya para peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran IPS rendah, banyak peserta
didik yang sering melakukan hal-hal yang bukan aktivitas belajar ketika pelajaran IPS, seperti berbicara dengan peserta didik yang lain, mengantuk
di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung, mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain dan tidak mendengarkan saat guru
menerangkan pelajaran. Dengan tingkat kebosanan dan minat yang rendah, para peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, dan
hasil belajar para peserta didik dalam mata pelajaran IPS rendah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar IPS peserta didik rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari peserta didik. Faktor internal
antara lain: motivasi belajar, intelegensi, sikap peserta didik terhadap guru, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, sikap peserta didik terhadap
media yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
kebiasaan dan rasa percaya diri peserta didik. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar peserta didik, seperti: guru, sebagai
Pembina kegiatan belajar, strategi dan media pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang terarah dan efektif maka diperlukan media pembelajaran yang menyenangkan, yang
dapat membangkitkan siswa dalam belajar, dan membuat siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah media
pembelajaran flip chart. Media flip chart
adalah “suatu informasi yang ditulisdituangkan
dalam lembaran-lembaran
tersendiri, kemudian
lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunaannya tinggal membalik satu persatu sesuai bagan pesan yang akan disajikan”.
5
Cara penggunaan flip chart bergantung metode apa yang akan digunakan. Jika
metode ceramah, flip chart langsung dibuka sesuai dengan topic pembicaraan untuk diterangkan atau ditulisi hal-hal yang perlu dituliskan.
flip chart tidak langsung digunakan melainkan dapat menjadi variasi penekanan materi ajar.
Dalam proses belajar mengajar media mempunyai arti yang sangat penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara, kesulitan dan kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta
didik dapat disederhanakan melalui bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat
tertentu, bahkan keabstrakan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik lebih mudah memahami dan mencerna materi
pelajaran dari pada tanpa bantuan media, namun perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan
isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan
media. Manakala diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.
Diperoleh hasil observasi pra penelitian bahwa kenyataannya terdapat kendala-kendala yang dihadapi guru selama mengajar dan untuk
itulah harus dicarikan pemecahan terhadap permasalahan tersebut. Diantara permasalahan yang ditemukan yaitu kondisi kelas yang kurang
5
Arif S, Sadirman, Dkk, Media Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafndo Persada, 2007, hal. 37
kondusif. Dari hasil pengamatan yang paling utama masalah yang diutarakan oleh guru adalah kondisi kelas yang kurang kondusif. Pada saat
mengajar kebanyakan murid tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan, dan ini menyebabkan gurupun menjadi malas dalam
mengajar.
Berdasarkan latar
belakang tersebut,
penulis bermaksud
mengadakan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas VIII MTs Negeri 3
Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang kreatif dalam memilih media pembelajaran pada proses
pembelajaran IPS, hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami pelajaran.
2. Siswa menganggap mata pelajaran IPS menjenuhkan dan
membosankan. 3.
Rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MTs Negeri 3 Jakarta. Hal ini ditunjukkan dengan adanya aktivitas mengerjakan
tugas rumah mata pelajaran lain atau melakukan berbagai kegiatan negatif lainnya ketika proses pembelajaran IPS.
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MTs Negeri
3 Jakarta. Hal ini ditunjukkan dengan belum tercapainya KKM 70 yang ditetapkan.
5. Lingkungan belajar, yang terdiri dari tiga tempat yakni lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal kurang mendukung proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi di atas banyak permasalahan berkaitan dengan kesulitan-kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar siswa diartikan sebagai
kesukaran siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran di sekolah. Mengingat berbagai macam keterbatasan yang ada pada peniliti, maka
dibatasi oleh: “Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MTs Negeri 3 Jakarta”.
D. Rumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas
sebagaimana dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh penggunaan media flip chart terhadap hasil
belajar IPS kelas VIII
MTs Negeri 3 Jakarta”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penggunaan media
flip chart terhadap hasil belajar IPS kelas VIII MTs Negeri 3 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat utama, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan keilmuan peserta didik. Sekaligus dapat
mengembangkan kompetensi profesional guru dan dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif, nyaman, dan kondusif.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat member manfaat bagi beberapa pihak, yang antara lain guru dan sekolah.
a. Bagi siswa, dengan penggunaan media pembelajaran flip chart
diharapkan siswa dapat lebih termotivasi, dalam memahami materi IPS.
b. Bagi para pendidik atau guru bidang studi IPS khususnya dan
guru-guru bidang studi lain pada umumnya dapat menjadi bahan
acuan di
dalam proses
pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dengan penggunaan media pembelajaran flip chart.
c. Bagi sekolah, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru secara efektif, sehingga mendukung
pencapaian tujuan program pendidikan.
d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengetahui keberhasilan penggunaan media flip chart dalam pembelajaran IPS serta menambah wawasan dalam penggunaan
media tersebut.
8
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Media Pembelajaran Flip Chart
a. Pengertian Media Pembelajaran Flip Chart
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka
waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan
sementara karena suatu hal.
6
Belajar juga dapat dimaknai dengan “ istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan”.
7
Sedangkan belajar menurut Nasution “suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan”.
8
Morgan, dalam bukunya introduction to psicology yang dikutip oleh ngalim purwanto “belajar setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”
9
menurut pandangan psikologi “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik positif atau perilaku yang buruk negatif”.
10
Menurut Zainal
Arifin dalam
bukunya Evaluasi
pembelajaran mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan
lingkungan dan pengalaman.
11
Slameto yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran mengungkapkan bahwa
“belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
6
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2013 cet. Ke-3, hal. 2
7
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. Ke-1, hal. 55
8
Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet. Ke-2, hal. 59
9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990, hal. 84
10
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007, cet. Ke-3, hal. 55
11
Zainal Arifin, Evaluasi Pembalajaran, Bandung: PT Rosdakarya, 2013, cet. Ke- 5, hal. 10
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
12
Berdasarkan dari berbagai definisi yang telah dikemukakan secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan terhadap diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.
Trianto mendefinisikan “ pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya, dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
13
Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas dan perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.
14
Dari beberapa definisi pembelajaran yang dipaparkan diatas, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah
bagaimana menciptakan kondisi belajar yang meliputi unsur manusiawi,
material, dan
prosedur. Dengan
demikian mengupayakan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang ada pada diri siswa. Karena media pembelajaran dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada siswa.
Menurut Yudhi
Munadi mengemukakan
media pembelajaran adalah “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.
15
12
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta : Multi Press, 2012, hal. 2
13
Trianto, mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2009, hal. 24
14
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembalajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal. 57
15
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2012, cet. Ke-4, hal. 7-8