komponen tradable dan 50 persen terdiri dari komponen domestik. Untuk komponen domestik diasumsikan harga bayangan sama dengan harga pasarnya
harga di lokasi usaha. Sedangkan untuk komponen tradable yang berasal dari impor digunakan harga CIF ditambah dengan biaya transportasi dan tataniaga
lainnya. Rata-rata harga bayangan sapi bakalan adalah Rp. 8 990 281 per ekor.
3. Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan
Penentuan harga bayangan sarana produksi dan peralatan didasarkan pada harga border price untuk yang termasuk komoditi tradable dan harga domestik
untuk input non tradable. Dalam penelitian ini yang termasuk input tradable adalah mineral, vitamin, antibiotik, obat cacing dan pupuk urea. Sedangkan bahan
pakan berupa hijauan, dedak, dan ampas tahu serta peralatan yang digunakan pada usaha penggemukan sapi termasuk input non tradable.
Harga bayangan untuk mineral dan obat-obatan walaupun sudah diproduksi di dalam negeri namun sebagian bahan bakunya masih diimpor,
sehingga harga bayangan untuk mineral dan obat-obatan berdasarkan harga CIF. Biaya obat-obatan terdiri dari input tradable dan non tradable, dimana karena
sebagian besar bahan bakunya adalah impor, maka ditetapkan 80 persen dihitung sebagai komponen tradable dan 20 persen sebagai komponen non tradable,
seperti yang dilakukan oleh Adnyana et al. 1996. Untuk biaya komponen non tradable
atau domestik vitamin, juga ditambahkan dengan biaya tip yang dikeluarkan untuk tenaga kesehatan hewan yang membantu dalam pengobatan.
Harga CIF antibiotik ditambah biaya penanganan dan pengangkutan yaitu sebesar Rp. 875.54ml.
Harga pupuk urea sampai saat ini masih disubsidi oleh pemerintah, yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 tahun 2010 yaitu tentang
kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi HET pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010, harga pupuk urea subsidi yaitu Rp. 1 600 per
kilogram. Harga bayangan pupuk urea berdasarkan pada harga pupuk non subsidi di wilayah penelitian yaitu Rp. 3 500 per kilogram. Komponen biaya pupuk urea
terdiri dari 33.7 persen tradable dan 64.3 persen non tradable, seperti yang dilakukan Kurniawan 2008.
4. Harga Bayangan Tenaga Kerja
Harga bayangan tenaga kerja dihitung dengan mempertimbangkan tingkat pengangguran pada daerah penelitian. Harga bayangan tenaga kerja jika tidak ada
pengangguran berarti harganya sama dengan harga harga aktual upah, sedangkan berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Agam 2009
dengan adanya pengangguran sebesar 7 persen, maka harga bayangan sosial adalah 93 persen dari tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian. Tingkat
upah aktual yang berlaku adalah Rp. 35 000 per HOK. Dengan demikian harga bayangan tenaga kerja adalah Rp. 32 550 per HOK.
5. Harga Bayangan Lahan
Harga sosial lahan didekati dengan nilai sewa lahan di daerah penelitian, hal ini dilandasi oleh mekanisme pasar lahan di pedesaan berjalan dengan baik,
dan sulitnya mencari opportunity cost of land. Walaupun berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebagian besar peternak memanfaatkan
lahan milik sendiri, namun di wilayah penelitian tersebut masih berlaku sewa menyewa lahan, terutama dalam usaha pertanian. Berdasarkan hal tersebut, maka