Konsep Sensitivitas Kerangka Konseptual

perbandingan antara peningkatan nilai output dengan meningkatnya ongkos produksi dan meningkatnya keinginan konsumen untuk membayar. Q2 Q1 Q1 Q2 a S –N b S + N Sumber : Monke dan Pearson 1995 Keterangan : S – N : pajak untuk barang non-tradable S + N : subsidi untuk barang non-tradable Gambar 7. Dampak Subsidi dan Pajak terhadap Input tradable

3.4. Konsep Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang beubah-ubah terhadap suatu analisis. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakukan terhadap ketidakpastian Gittinger, 1986. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara merubah besarnya variabel- variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Dampak perubahan harga output dan input dapat juga dapat dilihat dari nilai elastisitasnya. Penelitian Kariyasa 2004 menghasilkan bahwa nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang menunjukkan bahwa perubahan produksi daging P w P p P c P d P p C A B D C B D D D A P P P c S S sapi dalan negeri relatif paling respon terhadap perubahan harga daging sapi dalam negeri dan harga ternak sapi, dan secara teori untuk peternakan rakyat memang kedua peubah ini yang paling berpengaruh . Jika terjadi kenaikan harga daging sapi dalam negeri sebesar 10 persen maka akan menyebabkan kenaikan produksi daging sapi dalan negeri masing-masing dalam jangka pendek 10,6 persen dan dalam jangka panjang 13,6 persen. Penelitian Priyanti 2007 menunjukkan bahwa peningkatan 10 persen harga output sapi akan meningkatkan produksi usaha ternak sapi sebesar 13 persen. Hasil lainnya terkait dengan usaha ternak sapi adalah kenaikan harga input produksi sebesar 10 persen pada usaha ternak sapi menurunkan produksi sebesar 5.2 persen.

3.5. Kerangka Konseptual

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, maka permintaan daging sapi terus meningkat. Permintaan terhadap daging sapi tidak dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga terjadi kesenjangan antara produksi dan konsumsi. Pemerintah mengambil kebijakan impor daging sapi dalam rangka memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri. Sistem perdagangan internasional menghadapkan konsumen pada banyak pilihan, sehingga produksi yang berkualitas bagus dengan harga bersaing yang akan menguasai pasar. Dengan adanya liberalisasi perdagangan, maka komoditas daging sapi dalam negeri harus mampu bersaing dengan produk-produk sejenis asal luar negeri. Usaha ternak sapi dalam negeri dihadapkan pada beberapa kendala, yaitu : produktivitas ternak yang rendah, ketersediaan bibit unggul yang terbatas, serta ketersediaan pakan yang tidak kontinu. Disamping itu usaha ternak sapi dilakukan dengan manajemen pemeliharaan yang kurang memadai, mengingat usaha ternak sapi merupakan usaha peternakan rakyat yang bersifat sampingan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi usaha ternak sapi dalam negeri, seperti pemberlakuan kebijakan tarif impor, kuota, subsidi dan pajak. Berdasarkan kondisi dan kenyataan tersebut maka perlu diketahui faktor- faktor apa yang mempengaruhi produksi sapi potong, dan bagaimana tingkat daya saing usaha ternak tersebut. Daya saing dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif serta kebijakan input-output. Secara ringkas penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual, seperti terlihat pada Gambar 8. Ternak Sapi Komoditas Unggulan Sumatera Barat dan Kabupaten Agam merupakan Sentra Produksi Sapi Potong Ketersediaan sapi potong dan pasar yang dihadapi : 1. Kesenjangan antara produksi dan konsumsi daging sapi. 2. Impor daging sapi dan sapi bakalan meningkat. 3. Persaingan sapi potong lokal dengan sapi asal impor. 4. Kebijakan Pasar bebas Free Trade Area. Kondisi Usaha Peternakan Sapi Potong saat ini : 1. Produktivitas sapi potong masih rendah. 2. Skala Usaha kecil dan Sebagian besar sebagai usaha sambilan. 3. Keterbatasan akses teknologi. 4. Periode Pemeliharaan terlalu lama. ISU PERMASALAHAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Produksi dan Daya Saing Usaha Peternakan sapi Potong ANALISIS DAYA SAING : POLICI ANALYSIS MATRIX PAM 1. Keunggulan Kompetitif PCR 2. Keunggulan Komparatif DRC 3. Kebijakan Output : Output Transfer OT, Nominal Protection Coefficient on Output NPCO 4. Kebijakan Input : Input Transfer IT Nominal Protection Coefficient on Input NPCI, Factor Transfer FT 5. Kebijakan Input-Output : Effective Protection Coefficient EPC, Net Taransfer NT, Profitability Coefficient PC, Subsidy Ratio to Prroducer SRP Gambar 8. Kerangka Konseptual ANALISIS PRODUKSI : STOCHASTIC FRONTIER 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi 2. Tingkat efiisiensi teknis 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis.

3.6. Hipotesis Penelitian