Analisis Efisiensi Teknis Metode Analisis Data

dimana LH dan LH 1 masing-masing adalah nilai dari fungsi likelihood dari hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya. Jika H : γ = δ 1 = δ 2 = .......... δ 4 = 0, menyatakan bahwa efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model fungsi produksi, maka kriteria uji dalah sebagai berikut : LR X 2 restriksi Tabel Kodde dan Palm maka tolak H LR X 2 restriksi Tabel Kodde dan Palm maka terima H Agar konsisten maka pendugaan parameter fungsi produksi dan inefficiency frontier dilakukan secara simultan dengan program FRONTIER 4.1 Coelli, 1996. Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama merupakan pendugaan parameter β i dengan menggunakan metode OLS. Tahap kedua merupakan pendugaan seluruh parameter β , β i , varians u i dan v i dengan menggunakan metode Maximum Likelihood MLE, pada tingkat kepercayaan α 15 persen. Hasil pengolahan program FRONTIER 4.1 menurut Aigner et al. 1977, dan Jondrow et al. 1982 dalam Coelli 1996, akan memberikan nilai perkiraan varians dalam bentuk parameterisasi sebagai berikut : σ 2 = σ 2 v + σ 2 u σ 2 u γ = σ 2 v Parameter dari varians ini dapat mencari nilai γ, oleh sebab itu 0 ≤ γ ≤ 1. Nilai parameter γ merupakan kontribusi efisiensi teknis di dalam efek residual total.

4.4.3. Analisis Daya Saing

Menurut Pearson et al. 2005 untuk mengetahui sejauh mana keunggulan kompetitif dan komparatif dilakukan pendekatan terhadap penggunaan sumberdaya domestik dan input tradable. Metode analisis yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix PAM. Analisis PAM juga dapat mengukur dampak intervensi pemerintah pada suatu aktivitas ekonomi dalam hal ini usaha penggemukan sapi potong. Tahapan penggunaan metode PAM adalah : 1. Identifikasi input dan output dari usaha penggemukan sapi potong. 2. Menentukan harga bayangan input dan ouput usaha penggemukan sapi potong. 3. Memisahkan unsur biaya ke dalam kelompok tradable dan domestik. 4. Menghitung penerimaan usaha penggemukan sapi potong. 5. Menghitung dan menganalisis berbagai indikator keunggulan komparatif dan kompetitif pada usaha penggemukan sapi potong. Tabel 4. Policy Analysis Matrix PAM Biaya Uraian Penerimaan revenue Input tradable Faktor domestic Profit Nilai Finansial private price A B C D = A-B-C Nilai Ekonomi social price E F G H = E-F-G Divergensidampak kebijakan dan distorsi pasar I = A – E J = B – F K = C – G L = D-H = I-J-K Sumber : Monke dan Pearson 1995 Keterangan : D = private profitability; H = social profitability; I = output transfer; J = input transfer; K = factor transfer; L = net transfer A. Analisis Keuntungan 1. Private Profitability : D = A – B + C. Keuntungan privat merupakan indikator keunggulan kompetitif dari sistem komoditi berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan transfer kebijakan yang ada. Apabila D 0, berarti sistem komoditi itu memperoleh profit di atas normal. Hal ini memberikan implikasi bahwa komoditi itu mampu melakukan ekspansi, kecuali apabila sumberdaya terbatas atau adanya alternatif yang lebih menguntungkan. 2. Social Profitability : H = E – F + G . Keuntungan sosial merupakan indikator keunggulan komparatif atau efisiensi dari sistem komoditi pada kondisi tidak ada divergensi dan penerapan kebijakan yang efisien, apabila H 0. Sebaliknya bila H 0, berarti komoditi itu tidak mampu bersaing tanpa bantuan atau intervensi dari pemerintah.

B. Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 1.

Domestic Resource Cost Ratio DRCR = G E – F . Nilai DRCR merupakan indikator kemampuan sistem komoditi membiayai faktor domestik pada harga social. Jika DRCR 1 maka sistem komoditi tidak mampu hidup tanpa bantuan atau intervensi pemerintah, sehingga memboroskan sumberdaya domestik yang langka. Sebaliknya jika DRCR 1 dan atau lebih kecil lagi, maka sistem komoditi makin efisien dan memiliki daya saing tinggi keunggulan komparatif serta mampu hidup atau berkembang tanpa bantuan dan intervensi pemerintah disamping memiliki peluang ekspor yang lebih besar.

2. Private Cost Ratio PCR = C A – B

. Nilai PCR berapa menjelaskan berapa banyak sistem komoditi dapat menghasilkan untuk membayar faktor domestik dan tetap dalam kondisi kompetitif. Suatu usahatani atau ternak komoditi akan lebih kompetitif jika nilai D 0 atau nilai C harga privat faktor domestik A – B. Keuntungan maksimal akan diperoleh dengan