6.2.8. Obat-obatan Ternak Sapi Potong
Pengobatan yang dilakukan peternak pada ternak sapi yang dipelihara meliputi pemberian vitamin, obat cacing, antibiotik, dan pemberian obat lainnya.
Obat-obatan berupa vitamin biasanya diberikan saat awal sapi sampai di kandang atau awal masa pemeliharaan, dan selanjutnya enam bulan berikutnya, namun
belum semua peternak yang memberikan secara teratur. Sedangkan untuk obat cacing umumnya diberikan secara teratur satu kali tiga bulan. Antibiotik diberikan
jika ternak mengalami luka, atau penyakit kulit. Pemberian vitamin dan antibiotik dengan injeksi biasanya menggunakan jasa petugas kesehatan hewan yang ada di
daerah penelitian. Upaya pencegahan penyakit juga merupakan hal yang penting dalam usaha
penggemukan sapi potong. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan melalui kegiatan sanitasi kandang secara teratur. Agar ternak
sapi yang digemukan dalam keadaan sehat dan mampu memproduksi dengan baik dan maksimal maka diperlukan adanya sanitasi. Kegiatan sanitasi kandang yang
dilakukan meliputi pembersihan lantai kandang, selokan, tempat pakan, tempat air minum, dan peralatan.
6.2.9. Penjualan Ternak Sapi Potong
Pasar merupakan salah satu aspek penting dalam proses produksi. Pemasaran ternak sapi potong membentuk jaringan tataniaga komplek mulai dari
tingkat peternak sampai ke konsumen. Dalam hal ini keberadaan toke ternak sangat berperan. Toke ternak adalah pedagang perantara yang wilayah kerjanya
meliputi tingkat desa peternak sampai lintas kabupaten. Penguasaan pasar hewan didomonasi oleh keberadaan toke ternak yang biasanya mempunyai posisi tawar
yang lebih kuat. Peternak dalam melakukan penjualan ternak biasanya dilakukan di
kandang masing-masing. Toke ternak didatangkan untuk melakukan penawaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Mekanisme penentuan harga
dilakukan dengan sistem taksiran. Sebagian peternak ada yang sudah memiliki target penjualan pada waktu tertentu, yaitu pada hari Raya Idul Fitri dan hari
liburan sekolah sebelum memasuki tahun ajaran baru. Peternak sendiri pada umumnya lebih respek kepada pedagang toke yang sanggup membeli dengan
cara tunai. Pemilihan pedagang toke ternak tertentu oleh peternak didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu sistem pembayaran dan harga yang ditawarkan
serta sistim kepercayaan yang sudah dibangun antara peternak dan pedagang toke.
Transaksi penjualan ternak sapi yang terjadi yaitu dari petani peternak disalurkan ke pedagang toke ternak dengan harga rata-rata ditingkat peternak
Rp. 23 500 per kilogram bobot hidup. Toke ternak membawa sapi tersebut ke pasar hewan yang ada di daerah sekitar, kemudian melakukan transaksi dengan
pedagang pengumpul, dimana harga yang berlaku ditingkat pedagang adalah rata - rata Rp. 25 000 per kilogram berat hidup. Selanjutnya dari pedagang
pengumpul dibawa ke rumah potong hewan untuk dipotong. Dari RPH tersebut daging masuk kepada pengecer daging dengan harga rata-rata Rp. 27 000, dan
selanjutnya dibeli oleh konsumen, seperti rumah makan, pedagang bakso, ataupun rumahtangga. Sedangkan yang dijual ke pedagang antar daerah seperti
Bukittinggi, Payakumbuh, Batusangkar, Pariaman, Pasaman dan keluar provinsi yaitu Pekan Baru. Selanjutnya ternak sapi juga diperdagangkan sebelum sampai
ke konsumen akhir di daerah yang bersangkutan.
Gambar 9. Saluran Pemasaran sapi Potong di Kabupaten Agam Berdasarkan saluran pemasaran tersebut terlihat bahwa peternak dalam
memasarkan ternaknya masih sangat tergantung pada jasa pedagang, yaitu toke, pedagang pengumpul atau juga pedagang pengumpul antar daerah. Kondisi
demikian mengakibatkan lemahnya posisi peternak, baik dalam hal memperoleh keuntungan maupun posisi tawar. Jika peternak yang mengusahakan
penggemukan sapi potong bisa berhubungan langsung dengan pedagang daging, konsumen akan memperoleh harga daging yang lebih murah dan peternak
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
6.3. Karakteristik Responden Penelitian