Harga Bayangan Tenaga Kerja Harga Bayangan Lahan

harga bayangan sewa lahan mengacu pada harga yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp. 1 000 000 per hektar.

6. Harga Bayangan Nilai Tukar Rupiah

Harga bayangan nilai tukar Rupiah dihitung menggunakan Standard Conversion Factor SCF sebagai koreksi terhadap nilai tukar resmi yang berlaku. Harga bayangan merupakan hasil bagi dari harga nilai tukar resmi pemerintah dengan SCF. Nilai SCF yang diperoleh pada tahun 2009 adalah sebesar 0.99, sehingga harga bayangan nilai tukar adalah Rp. 11 004.42.

7.2.2. Identifikasi Kebijakan

Pemerintah terkait dengan Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Agam Kompetisi antara sapi lokal dengan produk impor berupa sapi maupun daging akan terus terjadi. Pada kompetisi ini yang sangat memegang peranan adalah daya saing, khususnya dalam pengadaan feeder cattle dan proses penggemukan yang lebih cepat dan efisien. Pengendalian impor dijalankan sesuai dengan aturan perdagangan internasional dengan memanfaatkan tariff maupun non-tariff barrier . Pengenaan non tariff barier sesuai dengan prinsip Sanitary and Phitosanitary SPS dan Aman, Sehat, Utuh dan Halal ASUH. Indonesia mempunyai acuan dalam pemasukan ternak dan produk ternak yaitu berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada dasarnya pemasukan sapi hidup ke Indonesia harus berasal dari negara yang bebas dari Penyakit Hewan Menular Utama PHMU dan Zoonotic berbahaya. Khusus untuk pemasukan karkas, daging dan atau jeroan tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20 tahun 2009. Hal ini memberikan peluang terhadap negara manapun untuk dapat menjadi negara pengekspor ke Indonesia sepanjang memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Salah satu aturan global yang penting dalam perdagangan antar negara dalam melindungi negara terhadap ancaman hama dan penyakit baik yang mengancam hewan, tumbuhan dan manusia adalah Sanitary and Phitosanitary SPS Agreement yang merupakan hambatan non tariff. Aturan ini menjadi faktor penting dalam mendukung Program Swasembada Daging Sapi sebagai pendorong Indonesia untuk mempertahankan status bebas beberapa penyakit yang tidak ada di Indonesia eksotik seperti Penyakit Mulut dan Kuku PMK, Bovine Spongiform Encephalopathy BSE dan penyakit eksotik penting lainnya seperti NIPAH, dan Rinderpest. Kebijakan Pemerintah lainnya adalah terkait dengan upaya memfasilitasi pengembangan usaha penggemukan sapi. Usaha ini dilakukan baik oleh pihak swasta atau koperasi yang pada umumnya melakukan importasi sapi bakalan maupun oleh kelompok-kelompok peternak sapi potong skala kecil atau menengah yang mendapat fasilitas dari Pemerintah pusat dan daerah dengan memanfaatkan sapi lokal dan hasil IB. Usaha penggemukan sapi bakalan yang dilakukan oleh para importir sapi potong harus dilakukan sekitar 3 bulan atau lebih, sehingga sapi dengan bobot awal kurang dari 350 kg tersebut mencapai bobot potong sekitar 500-600 kg. Pemerintah menetapkan bahwa bobot sapi impor tidak boleh lebih dari 350 kg. Hal ini bertujuan agar sapi impor melewati proses penggemukan terlebih dahulu sebelum dipotong guna meningkatkan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Dari uraian diatas, maka beberapa peraturan