Kebijakan Input Pakan Ternak

dengan kepentingan dan keamanan nasional, 4 memperbaiki neraca perdagangan, dan 5 redistribusi pendapatan. Dirjen Peternakan Departemen Pertanian mengemukakan bahwa pemerintah tidak bisa mengintervensi naiknya harga daging karena daging bukan merupakan komoditi khusus yang penentuan harganya dilakukan melalui kebijakan harga tetapi mengikuti mekanisme pasar. Jadi pemerintah hanya memfasilitasi tersedianya stok sapi hidup yang siap potong, sehat, dan bebas dari penyakit hewan menular Portal Nasional Republik Indonesia, 2008.

2.3.2. Kebijakan Input Pakan Ternak

Pakan merupakan salah satu komoditi dari subsistem agribisnis hulu, atau dengan kata lain penyedia sapronak untuk subsistem budidaya ternak. Pakan merupakan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak karena berimbas pada peningkatan bobot badan ternak dan performa ternak yang diinginkan. Peningkatan populasi, produksi daging, susu, dan telur sebagai hasil ternak sangat tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas. Selain itu dalam usaha peternakan biaya pakan mencapai persentasi tertinggi dalam biaya produksi yaitu mencapai 50-70 persen. Distribusi atau peredaran pakan atau bahan baku pakan melalui jalur ekspor-impor pada era perdagangan bebas akan lebih mudah. Indonesia harus memperhatikan hal ini karena sebagian besar bahan baku pakan ternak masih dipenuhi dari impor. Adanya bebas biaya tarif untuk impor harus diperhatikan karena dapat membuat produsen bahan baku pakan lokal kalah bersaing Poultry Indonesia, 2007 Era perdagangan bebas menuntut setiap negara untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi termasuk pakan, agar dapat bersaing di pasar internasional. Adanya Sanitary Phyto Sanitary SPS menuntut produsen pakan agar mengikuti peraturan tersebut untuk menghasilkan pakan bermutu sesuai dengan preferensi konsumen. Pakan yang diproduksi tentunya harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI dan Standar Internasional Codex Alimentarius Commision . Peraturan tentang pakan di Indonesia sampai saat ini masih berada dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 6 tahun 1967 tentang peternakan dan kesehatan hewan. Walaupun pada perjalanannya hingga sekarang Undang- Undang tersebut sedang mengalami revisi. Selain Undang-Undang, peraturan tentang pakan ternak juga terdapat dalam bentuk peraturan pemerintah yaitu Keputusan Menteri Pertanian Nomor 242kptsOT.21042003 tentang pendaftaran dan labelisasi pakan. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1967 tentang peternakan dan kesehatan hewan hanya memuat tanaman pakan sebagai pakan ternak. Undang-undang ini tidak mencantumkan pakan termasuk bahan baku pakan selain tanaman pakan, bahan baku tambahan pakan feed additive dan bahan pelengkap lainnya sebagai pakan ternak. Pengaturan tentang industri pakan serta bagaimana pendistribusian pakan ternak sama sekali tidak tersentuh dalam Undang-Undang ini. Aspek yang menyangkut keamanan pakan, kesehatan ternak, keamanan pangan dan ekonomi juga tidak termuat. Hal ini mengindikasikan bahwa Undang-Undang ini tidak relevan lagi digunakan sebagai pedoman, peraturan tentang pakan ternak pada kondisi globalisasi, perdagangan bebas, perkembangan IPTEK dan tumbuhnya industri pakan terintegrasi Poultry Indonesia, 2007. Pemerintah telah melakukan revisi pada Undang-Undang Nomor 6 tahun 1967 yang menaungi tentang pakan ternak yang dianggap tidak relevan lagi untuk saat ini. Revisi tersebut meliputi definisi pakan, jenis pengusahaan, pengadaan dan distribusi pakan, keamanan pakan, perizinan pengusahaan pakan dan peraturan- peraturan dengan instansi yang berhubungan dengan isi yang sudah hampir memuat seluruh aspek mutu pakan. Industri pakan yang tumbuh pesat dan terintegrasi harus diiringi dengan peraturan yang menciptakan iklim yang kondusif untuk menciptakan persaingan sehat dalam aspek ekonomi. Peraturan tentang perizinan usaha, pengadaan dan distribusi pakan sudah termuat dalam revisi Undang-Undang Nomor 6 tahun 1967. Tetapi peraturan tentang tataniaga perdagangan ekspor-impor pakan belum termuat. Hal ini penting sekali karena pakan, bahan baku pakan dan feed additive sering sekali dikenakan biaya cukup tinggi dalam perdagangan ekspor-impor.

III. KERANGKA PEMIKIRAN