komoditas yang diproduksi di suatu negara hanya mempunyai keunggulan komparatif namun tidak memiliki keunggulan kompetitif, maka di negara tersebut
dapat diasumsikan terjadi distorsi pasar atau terdapat hambatan-hambatan yang mengganggu kegiatan produksi sehingga merugikan produsen seperti prosedur
administrasi, perpajakan dan lain-lain Novianti, 2003. Hal sebaliknya juga dapat terjadi bila suatu komoditas hanya memiliki
keunggulan kompetitif dan tidak memiliki keunggulan komparatif. Kondisi ini terjadi apabila pemerintah memberikan proteksi terhadap komoditas tersebut
seperti misalnya jaminan harga, kemudahan perizinan dan kemudahan fasilitas lainnya Sudaryanto et al., 1993.
3.3. Analisis Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor ataupun sebagai usaha untuk melindungi produk dalam negeri agar dapat
bersaing dengan produk luar negeri. Kebijakan tersebut diberlakukan untuk output maupun input yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga input dan harga
output yang diminta produsen harga privat dengan harga yang sebenarnya terjadi harga sosial.
3.3.1. Kebijakan Harga Output
Kebijakan harga output diterapkan pada produsen yang menghasilkan komoditas yang merupakan barang substitusi impor dan barang yang berorientasi
ekspor. Gambar 4a mengilustrasikan adanya subsidi positif untuk produsen barang impor. Sebelum ada kebijakan subsidi harga di dalam negeri adalah sama
dengan harga dunia P
w
. Pada tingkat harga P
w
jumlah produksi domestik sebesar
Q
1
sedangkan jumlah permintaan konsumen sebesar Q
3
. Akibatnya terjadi kelebihan permintaan sebesar Q
3
-Q
1
, sehingga untuk memenuhi kelebihan tersebut dilakukan impor. Untuk mengurangi impor dan memotivasi peningkatan
produksi dalam negeri pemerintah menetapkan kebijakan subsidi positif kepada produsen domestik barang impor. Kebijakan subsidi sebesar P
p
-P
w
akan meningkatkan produksi domestik dari Q
1
ke Q
2
dan menurunkan jumlah impor dari Q
3
-Q
1
menjadi Q
3
-Q
2
. Hal ini menunjukkan adanya transfer total dari pemerintah kepada produsen domestik barang impor sebesar Q
2
x P
p
-P
w
atau sebesar P
p
ABP
w
. Kebijakan ini menyebabkan hilangnya efisiensi ekonomi sebesar selisih antara biaya sumberdaya untuk meningkatkan sumberdaya domestik
sebesar Q
1
CAQ
2
, dan biaya imbangan berproduksi Q
1
CBQ
2
atau seluas CAB. P
Q
1
Q
2
Q
3
Q Q
2
Q
1
Q
3
Q
4
Q a b
Sumber : Monke dan Pearson 1995 Keterangan :
Pw : harga di pasar dunia pada kondisi pasar bebas
Pp : harga di pasar domestik setelah diberlakukan subsidi positif
P
d
: harga di pasar domestik setelah diberlakukan subsidi positif untuk konsumen barang impor
S + P
i
: subsidi positif kepada produsen untuk barang impor S + CI
: subsidi positif kepada konsumen untuk barang impor Gambar 4. Dampak Subsidi Positif terhadap Konsumen dan Produsen pada
Barang Impor P
p
P
w
A B
C D
S
P
w
P
p
B A
F E
G H
S
D P
Gambar 4 b menjelaskan adanya subsidi positif untuk konsumen barang impor. Kondisi awal sebelum kebijakan, harga di dalam negeri sama dengan harga
dunia P
w
pada tingkat harga P
w
jumlah produksi domestik sebesar Q
1
sedangkan jumlah yang diminta sebesar Q
3
. Untuk meningkatkan konsumsi domestik diterapkan kebijakan subsidi sebesar P
w
-P
d
akan mengurangi produksi domestik dari Q
1
ke Q
2
dan meningkatkan konsumsi domestik dari Q
3
ke Q
4
, dan impor meningkat dari dari Q
3
-Q
1
ke Q
4
-Q
2
. Terdapat transfer S + CI yang mencakup dua bagian, yaitu dari pemerintah ke konsumen sebesar P
w
-P
d
Q
4-
Q
2
atau luas AGBH dan transfer dari produsen ke konsumen sebesar P
w
ABP
d
. Efisiensi yang hilang terjadi pada dua sisi yaitu produksi dan konsumsi. Pendapatan bersih yang
hilang sebesar AFB dan efisiensi konsumen yang hilang sebesar EGH. Kebijakan selain subsidi pada output adalah kebijakan restriksi perdagangan pada barang-
barang impor Gambar 5.
Q1 Q2 Q4 Q3 Q1 Q2 Q4 Q3 a b
Sumber : Monke dan Pearson 1995 Keterangan :
TPI : hambatan perdagangan pada produsen untuk barang impor
TCE : hambatan perdagangan pada produsen untuk barang ekspor Gambar 5. Restriksi Perdagangan pada Komoditas Impor
P
d
P
w
G F
B C
A
P
w
P
d
E A
C B
F G
D D
P S
S
E
Gambar 5 a menunjukkan adanya hambatan perdagangan pada barang impor dimana terdapat tarif sebesar P
d
-P
w
sehingga menaikkan harga di dalam negeri baik untuk produsen maupun konsumen. Output domestik meningkat dari
Q1 ke Q2 dan turunnya konsumsi dari Q3 ke Q4. Dengan demikian impor turun dari Q3-Q1 menjadi Q4-Q2. Terdapat transfer penerimaan dari konsumsi sebesar
PdABPw yaitu kepada produsen sebesar PdEFPw dan kepada pemerintah sebesar FEAB. Efisiensi ekonomi yang hilang dari konsumen adalah perbedaan antara
opportunity cost konsumen dalam mengubah konsumsi sebesar Q4BCQ3 dengan
kemampuan membayar pada tingkat yang sama Q4ACQ3. Sehingga efisiensi ekonomi yang hilang pada konsumen sebesar ABC dan pada produsen sebesar
EFG. Untuk Gambar 5 b adalah kebalikan dari Gambar 5 a.
3.3.2. Kebijakan Harga Input