Harga pupuk urea sampai saat ini masih disubsidi oleh pemerintah, yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 tahun 2010 yaitu tentang
kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi HET pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010, harga pupuk urea subsidi yaitu Rp. 1 600 per
kilogram. Harga bayangan pupuk urea berdasarkan pada harga pupuk non subsidi di wilayah penelitian yaitu Rp. 3 500 per kilogram. Komponen biaya pupuk urea
terdiri dari 33.7 persen tradable dan 64.3 persen non tradable, seperti yang dilakukan Kurniawan 2008.
4. Harga Bayangan Tenaga Kerja
Harga bayangan tenaga kerja dihitung dengan mempertimbangkan tingkat pengangguran pada daerah penelitian. Harga bayangan tenaga kerja jika tidak ada
pengangguran berarti harganya sama dengan harga harga aktual upah, sedangkan berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Agam 2009
dengan adanya pengangguran sebesar 7 persen, maka harga bayangan sosial adalah 93 persen dari tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian. Tingkat
upah aktual yang berlaku adalah Rp. 35 000 per HOK. Dengan demikian harga bayangan tenaga kerja adalah Rp. 32 550 per HOK.
5. Harga Bayangan Lahan
Harga sosial lahan didekati dengan nilai sewa lahan di daerah penelitian, hal ini dilandasi oleh mekanisme pasar lahan di pedesaan berjalan dengan baik,
dan sulitnya mencari opportunity cost of land. Walaupun berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebagian besar peternak memanfaatkan
lahan milik sendiri, namun di wilayah penelitian tersebut masih berlaku sewa menyewa lahan, terutama dalam usaha pertanian. Berdasarkan hal tersebut, maka
harga bayangan sewa lahan mengacu pada harga yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp. 1 000 000 per hektar.
6. Harga Bayangan Nilai Tukar Rupiah
Harga bayangan nilai tukar Rupiah dihitung menggunakan Standard Conversion Factor
SCF sebagai koreksi terhadap nilai tukar resmi yang berlaku. Harga bayangan merupakan hasil bagi dari harga nilai tukar resmi pemerintah
dengan SCF. Nilai SCF yang diperoleh pada tahun 2009 adalah sebesar 0.99, sehingga harga bayangan nilai tukar adalah Rp. 11 004.42.
7.2.2. Identifikasi Kebijakan
Pemerintah terkait
dengan Usaha
Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Agam
Kompetisi antara sapi lokal dengan produk impor berupa sapi maupun daging akan terus terjadi. Pada kompetisi ini yang sangat memegang peranan
adalah daya saing, khususnya dalam pengadaan feeder cattle dan proses penggemukan yang lebih cepat dan efisien. Pengendalian impor dijalankan sesuai
dengan aturan perdagangan internasional dengan memanfaatkan tariff maupun non-tariff barrier
. Pengenaan non tariff barier sesuai dengan prinsip Sanitary and Phitosanitary
SPS dan Aman, Sehat, Utuh dan Halal ASUH. Indonesia mempunyai acuan dalam pemasukan ternak dan produk ternak
yaitu berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada dasarnya pemasukan sapi hidup ke
Indonesia harus berasal dari negara yang bebas dari Penyakit Hewan Menular Utama PHMU dan Zoonotic berbahaya. Khusus untuk pemasukan karkas,
daging dan atau jeroan tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20 tahun 2009. Hal ini memberikan peluang terhadap negara manapun untuk dapat