Analisis Tingkat Produktivitas dan Harga pada Kondisi DRC = 1

potong dengan menerapkan kebijakan-kebijakan perdagangan terutama pengendalian impor komoditas sapi potong. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Nefri 2000 menghasilkan jika harga output turun sampai 25 persen akan menjadikan perusahaan tidak mungkin untuk beroperasi, dimana koefisien DRC 1 yaitu sebesar 1.2468. Hasil analisis sensitivitas juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang lebih baik adalah Kecamatan Tilatang Kamang, yang terlihat dari nilai PCR dan DRC untuk semua analisis selalu lebih kecil dibandingkan Kecamatan Sungai Puar. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak di Kecamatan Tilatang Kamang mempunyai kemampuan lebih dalam membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan secara umum lebih efisien dalam pengusahaan ternaknya, yang terlihat dari kemampuannya untuk menghemat biaya faktor domestik pada harga sosial, serta lebih mampu bertahan tanpa bantuan pemerintah.

7.2.7. Analisis Tingkat Produktivitas dan Harga pada Kondisi DRC = 1

Esensi dari daya saing suatu komoditas adalah efisiensi dan produktivitas. Oleh karena itu pada penelitian ini juga dilakukan analisis guna mengetahui produktivitas dan harga pada saat DRC = 1. Hal ini dalam upaya mengantisispasi terjadinya perubahan produktivitas dan harga suatu komoditas terhadap keberadaan tingkat keunggulan komparatif usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Agam. Berdasarkan hasil analisis di masing-masing Kecamatan menunjukkan bahwa produktivitas maupun harga pada saat DRC = 1 lebih rendah dari produktivitas maupun harga aktual ditingkat peternak. Produktivitas dalam hal ini pertambahan bobot badan sapi pada saat DRC = 1 untuk Kecamatan Sungai Puar adalah 0.50 kg per hari atau 89.3 persen dari produktivitas aktual. Sementara di Kecamatan Tilatang Kamang adalah 0.46 kg per hari atau 61.33 persen dari kondisi aktual. Tingkat harga untuk Kecamatan Sungai Puar pada saat DRC = 1 adalah Rp. 20 280 per kg bobot badan sapi, sementara pada Kecamatan Tilatang Kamang adalah Rp. 18 443 per kg bobot badan sapi. Hasil analisis pada masing-masing Kecamatan menunjukkan bahwa proporsi toleransi penurunan produktivitas dan harga di Kecamatan Tilatang Kamang lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Sungai Puar. Hal ini disebabkan tingkat produktivitas aktual di Kecamatan Tilatang Kamang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan daya saing usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Agam, maka salah satu cara yang dapat dilakukan peternak adalah dengan meningkatkan produktivitas usaha ternaknya, sehingga dapat lebih toleran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis produksi usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Agam yang menunjukkan bahwa tingkat efisiensi yang dicapai rata- rata sebesar 76.4 persen yang berarti dengan penggunaan input yang ada produksi masing dapat ditingkatkan sebesar 23.6 persen. Hal ini sejalan juga dengan upaya peningkatan daya saing usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Agam, dimana peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan salah satu alternatif dalam peningkatan daya saing. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan teknologi dan skala usaha. Sebagaimana yang dikemukakkan Coelli et al . 1998 bahwa sumber pertumbuhan produktivitas suatu usaha antara lain adalah peningkatan efisiensi teknis tehnical efficiency, perubahan teknologi tehnical change, dan skala usaha economic of scale.

7.2.8. Kebijakan Alternatif terhadap Peningkatan Daya Saing Usaha Penggemukan Sapi Potong