Tabel 62 Kondisi aset keuangan di Gugus Pulau Batudaka
No. Aset Keuangan
Skor Kisaran
Skor
Wakai Bambu Bomba Kulingkinari Malino Siatu
1 Lembaga
Keuangan Informal
2 1
2 2
1 1
0-3 2
Lembaga Keuangan Formal
1 0-3
3 Pendapatan
2 2
2 2
2 2
0-3 4
Tabungan 1
1 1
1 1
1 0-3
5 Proyek Bantuan
2 2
2 2
2 2
0-3 8
6 7
7 6
6 0-15
Keterangan : 0 = tidak ada, 1 = buruk, 2 = sedang, 3 = baik Sumber : Analisis Data 2011
Lembaga keuangan formal bank tidak ada di daerah ini dan terdapat 1 unit koperasi di Desa Wakai. Lembaga keuangan non formalnya, umumnya dapat
ditemukan di tiap desa, yakni masyarakat perorangan yang memiliki kemampuan modal lebih, sehingga masyarakat lain yang memerlukan modal untuk melaut dapat
meminjam dan memberikan hasil tangkapannya sebagai pengembalian hutangnya. Penghasilan rata-rata responden sebesar Rp. 1 945 745bulan, dengan penghasilan 1
juta sebesar 4, 1-2 juta sebesar 73, dan 3 juta sebesar 3. Hal ini menggambarkan penghidupan masyarakat di Gugus Pulau Batudaka cukup baik,
ditunjang dari sumberdaya alamnya baik dari hasil laut maupun hasil perkebunan kelapa.
Aset keuangan merupakan sumberdaya yang paling fleksibel, dapat ditukar dengan berbagai kemudahan sesuai sistem yang berlaku, juga dapat digunakan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan penghidupan. Aset keuangan dapat berupa 1 cadangan atau persediaan; meliputi sumber keuangan berupa tabungan, deposito, atau
barang bergerak yang mudah diuangkan, yang bersumber dari milik pribadi, juga termasuk sumber keuangan yang disediakan oleh bank atau lembaga perkreditan. 2
Aliran dana teratur; sumberdana ini meliputi uang pensiun, gaji, bantuan dari negara, kiriman dari kerabat yang merantau. Aset keuangan bersifat serbaguna, namun tidak
dapat memecahkan persoalan kemiskinan secara otomatis. Ada kemungkinan
masyarakat tidak dapat memanfaatkannya karena beberapa hal; masyarakat yang tidak memiliki cukup pengetahuan dan keahlian, sementara untuk meningkatkan
keterampilan dan keahlian mereka juga dibutuhkan uang yang tidak sedikit, atau mungkin masyarakat terhambat oleh struktur dan kebijakan yang kurang
menguntungkan, pasar tidak berkembang, sehingga usaha kecil mati atau merugi. Hal semacam itu perlu menjadi pertimbangan dalam merencanakan bentuk dukungan
keuangan bagi masyarakat. Pilihan bentuk tabungan juga perlu dipertimbangkan, mungkin masyarakat kurang cocok dengan tabungan konvensional, atau mereka lebih
cocok menabung dalam bentuk barang atau ternak misalnya.
5.4.2.5 Aset Buatanfisik
Aset buatan
merupakan infrastruktur fisik penopang pembangunan berupa
prasarana dasar dan fasilitas lain yang dibangun untuk mendukung proses penghidupan masyarakat. Prasarana yang dimaksud meliputi pengembangan
lingkungan fisik yang membantu masyarakat dalam melaksanakan tugas kehidupan lebih produktif. Prasarana umumnya merupakan fasilitas umum yang digunakan
tanpa dipungut biaya langsung, terkecuali prasarana tertentu seperti listrik. Kekurangan prasarana tertentu dapat dijadikan salah satu ukuran kemiskinan.
Kelangkaan akses terhadap fasilitas air bersih dan energi sangat merugikan kesehatan manusia. Selain itu, masyarakat akan disibukan dengan kegiatan yang tidak produktif
seperti mencari kayu bakar atau sumber air bersih, yang dapat menghalangi masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan serta kesempatan
untuk meningkatkan penghasilan. Kondisi asset buatan di Gugus Pulau Batudaka tertera pada Tabel 63.
Ketersediaan dermaga dan pasar di Gugus Pulau Batudaka termasuk kategori sedangcukup, namun untuk jalan dan jembatan masih kurang. Kebutuhan air bersih
masih kurang, khususnya Desa Kulingkinari kebutuhan air bersih diperoleh dari desa tetangganya Bomba, Malino. Jaringan listrik PLN dan Non PLN yang menyala
mulai jam 6 sore sampai jam 12 malam, dengan jaringan telepon tersedia di Desa Wakai yang dapat menjangkau beberapa desa di sekitarnya. Tempat beribadah
seperti masjid, gereja telah tersedia di desa-desa yang ada pemeluk agama tersebut, juga rumah permanen. Analisis terhadap responden adalah 22 memiliki kondisi
rumah baik, sedang 63, dan kurang baik 14 dengan kriteria semi permanen dan tidak memiliki MCK. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan sumberdaya di
Gugus Pulau Batudaka cukup memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Tabel 63 Kondisi aset buatan di Gugus Pulau Batudaka
No. Aset Buatan
Skor Kisaran
Skor Wakai Bambu Bomba Kulingkinari Malino Siatu
1 Dermaga
3 2
2 2
2 2
0-3 2
Jalan 1
1 1
1 1
1 0-3
3 Air bersih
3 2
2 1
2 2
0-3 4
MCK 2
1 2
1 1
1 0-3
5 Pasar
2 2
2 2
2 1
0-3 6
Jembatan 2
1 1
1 1
0-3 7
PPI 0-3
8 Jaringan
Listrik 2
1 2
2 1
1 0-3
9 Jaringan
Telepon 3
0-3 10
Rumah Permanen
2 2
2 1
2 1
0-3 11
Tempat Ibadah
2 2
2 2
2 2
0-3 22
14 16
13 13
12 0-33
Keterangan : 0 = tidak ada, 1 = buruk, 2 = sedang, 3 = baik Sumber : Analisis Data 2010
Peningkatan kualitas penghidupan masyarakat memerlukan pendekatan penghidupan berkelanjutan, yakni menekankan pentingnya penyediaan dan akses
terhadap saranaprasarana sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk mencapai tujuan penghidupan mereka. Penyediaan barang atau alat produksi secara langsung
dapat menimbulkan masalah, antara lain disebabkan oleh beberapa alasan; menimbulkan ketergantungan dan menggangu mekanisme pasar, mengganggu
perhatian terhadap pentingnya perubahan struktur dan proses, serta berpeluang terjadi salah sasaran atau hanya menguntungkan kelompok tertentu.
5.4.3 Identifikasi Kebutuhan Masyarakat Pesisir Gugus Pulau Batudaka
Secara umum respon yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Gugus Pulau Batudaka terhadap kondisi sumberdaya pesisir dan dimana hampir seluruh
masyarakat melakukan respon membuat kelompok nelayan, menangkap lebih jauh dari kondisi yang ada sebelumnya karena sumberdaya yang mulai menurun,
kemudian keinginan melakukan perbaikan lingkungan, walaupun ini hanya merupakan harapan yang belum diikuti dengan berbagai tindakan nyata dari mereka
sendiri, namun paling tidak harapan ini menjadi bahan arahan kebijakan bagi pemerintah daerahnya. Hampir seluruh responden menyatakan perlunya menjaga
kelestarian lingkungan pesisir dan laut untuk kelanjutan pencaharian mereka. Masyarakat Gugus Pulau Batudaka Kecamatan Una-Una sekitar 50
berprofesi sebagai nelayan sekaligus petani, 7 PNS dan tenaga kerja di luar pertanian, 2 usaha jasa dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga nelayan, 23
siswa dan 18 sisanya kelompok usia dini dan lanjut usia BPS Kecamatan Una- Una 2009. Kondisi perairan yang fluktuatif, menyebabkan sebagian besar
masyarakat memiliki pekerjaan ganda, terutama memanfaatkan sumberdaya laut maupun daratan. Kebutuhan masyarakat pesisir Gugus Pulau Batudaka adalah
bagaimana meningkatkan taraf hidup dari usaha yang dilakukan melalui tambahan pengetahuan dan keterampilan serta diversifikasi usaha sebagai alternatif mata
pencaharian serta modal. Budidaya perikanan telah banyak disosialisasikan pemerintah, namun banyak
kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya sehingga beberapa anggota masyarakat yang telah membudidayakan komoditas tersebut tidak berlanjut. Budidaya teripang
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Pemeliharaanpembesaran ikan dalam kolong rumah banyak diusahakan masyarakat sebelum dijual ke pedagang
penggumpul. Pemeliharaan bandeng di danau asin Pulau Taufan, maupun ikan air tawar Patoyan memberikan prospek yang baik dimasa mendatang. Demikian pula
budidaya rumput laut, untuk Desa Siatu, Bomba, Wakai, belum memberikan hasil yang menggembirkan. Namun, daerah lain seperti Tumbulawa, Kulingkinari,
Taningkola cukup berhasil usaha budidaya ini, dan mereka membutuhkan sentuhan teknologi dalam rangka meningkatkan nilai tambah rumput laut.
Skor aset kapital secara umum adalah kurang optimal, hal ini terkait berbagai kondisi yang bersifat alami dan secara langsung mempengaruhi kinerja aktivitas
masyarakat, yang tercermin pada kesempatan, kesulitan, penghargaan ekonomi dan sosial, serta dampak lingkungan dari seluruh aktivitas masyarakatnya Tabel 64.
Tabel 64 Kinerja aktivitas masyarakat Gugus Pulau Batudaka
Aktivitas Kesempatan
Kesulitan Penghargaan
Dampak Lingkungan
Ekonomi Sosial
Rumah Tangga xxx
xxx xx
xx -
Ekonomi-Produktif x
xxx xx
xx --
Sosial-Politik xx
xx xx
xx -
Ibadah xxx
x
xxx Rekreasi
xx
x
xx xx
- Konservasi
xxx xxx
x xxx
xxx Keterangan : -- : sangat buruk, - : buruk, 0 : tidak ada, x : rendah, xx : sedang, xxx : tinggi,
xxxx : sangat tinggi Sumber : Analisis Data 2010
Kondisi aset
penghidupan masyarakat
Gugus Pulau Batudaka aset kapital secara keseluruhan tertera pada Gambar 53. Kekuatan aset kapital Desa Wakai paling
besar, diikuti Desa Bomba, Bambu, Malino, Kulingkinari dan yang terendah Desa Siatu. Penguasaanpemilikanakses terhadap asset kapital terbatas menyebabkan
masyarakat Desa Siatu harus mencari cara untuk memperoleh dan memaksimalkan penggabungan aset-aset yang benar-benar mereka miliki dengan cara yang inovatif
guna mempertahankan hidup.karena kepemilikan sumber daya alam yang juga lebih sedikit, akses pada sumberdaya finansial dan infrastruktur yang kecil dan juga sosial
kapital yang kecil.
Gambar 53 Grafik hasil CLSA di Gugus Pulau Batudaka
5 10
15 20
25 Alam
Manusia
Sosial Keuangan
Buatan
Wakai
5 10
15 20
Alam Manusia
Sosial Keuangan
Buatan
Bambu
5 10
15 20
Alam Manusia
Sosial Keuangan
Buatan
Bomba
5 10
15 20
Alam Manusia
Sosial Keuangan
Buatan
Kulingkinari
5 10
15 20
Alam Manusia
Sosial Keuangan
Buatan
Malino
5 10
15 Alam
Manusia
Sosial Keuangan
Buatan
Siatu