Wisata Snorkeling Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Spasial Gugus Pulau Kecil

5.1.2.4 Kesesuaian Budidaya Rumput Laut

Hasil overlay untuk budidaya rumput laut berdasarkan pengamatan pada empat titik waktu Gambar 37 yakni peralihan musim barat Oktober 2008, musim barat Desember 2008, peralihan musim timur Mei 2009 dan musim timur Agustus 2009 diperoleh luas wilayah perairan Gugus Pulau Batudaka berdasarkan kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut, yaitu dari total luas sebesar 61 038 ha, maka tidak ada ruang yang digolongkan sangat sesuai 0, 9 537-16 013 ha 9.42 dikategorikan sesuai, dan 45 024-51 500 ha 90.58 dikategorikan tidak sesuai Tabel 40. Luasan kategori kelas sangat sesuai S1 dipengaruhi oleh adanya faktor pembatas yang tidak memenuhi sebagai kategori tersebut. Pembatas ini antara lain adalah faktor kedalaman 3-15 m, arus 21-30 cmdetik, rumput laut dapat hidup baik pada dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang, kecerahan 80-100, suhu perairan berkisar 28-30 C, salinitas 30-32 ‰ dan pH 8.2-8.7. Tabel 40 Luasan perairan untuk kategori kesesuaian rumput laut Bulan Luasan ha Sangat Sesuai Sesuai Tidak sesuai Oktober - 7 499 53 538 Desember - 4 513 56 524 Mei - - 61 038 Agustus - 5 242 55 796 Sumber : Analisis Data 2010 Analisis temporal untuk kesesuaian pemanfaatan budidaya rumput laut menunjukkan kawasan Gugus Pulau Batudaka tidak ada yang sangat sesuai untuk kegiatan ini, namun kegiatan budidaya rumput laut dapat dilakukan mulai musim timur sampai musim barat, pada peralihan musim timur Maret-Mei dapat melakukan penanaman rumput laut untuk bibit saja. Budidaya rumput laut tidak dilakukan jika kondisi cuaca dan lingkungan yang tidak mendukung misalnya pada musim barat di mana curah hujan tinggi dan angin yang bergerak kencang sehingga mengakibatkan gelombang yang tinggi. Gelombang yang tinggi akan menyebabkan tempat budidaya rumput laut menjadi tidak aman karena tali-tali pengikat rumput laut putus dan thallus rumput laut patah . Iklim di kawasan ini dipengaruhi oleh musim Barat, Timur dan peralihan kedua musim tersebut, yakni perubahan cuaca setiap tahunnya yang dipengaruhi 153 Gambar 37 Analisis temporal kesesuaian budidaya rumput laut berdasarkan empat waktu oleh angin. Pada musim angin, menyebabkan gelombang besar sehingga membantasi pergerakan masyarakat dalam beraktivitas. Kondisi arus yang cukup kuat kurang menguntungkan secara teknis bagi kegiatan budidaya rumput laut. Kemiringan pantai dari sisi Timur-Selatan Pulau Batudaka lebih curam dibandingkan dengan bagian utara pulau tersebut bagian barat dimana tidak ada pulau-pulau penghalang. Hal ini mempengaruhi besarnya arus dan gelombang yang masuk ke Teluk Tomini, yang penting dalam menentukan zona kesesuaian untuk rumput laut. Lokasi budidaya rumput laut harus terlindung dari arus pergerakan air dan hempasan ombak yang terlalu kuat, apabila hal ini terjadi maka arus dan ombak akan merusak dan menghanyutkan tanaman ini. Lokasi budidaya rumput laut dengan kategori baik terdapat di reef yang mengelilingi Gugus Pulau Batudaka. Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu usaha budidaya, yakni yang sesuai dengan ekobiologi persyaratan tumbuh rumput laut. Kawasan sesuai S2 dapat dilakukan kegiatan budidaya rumput laut di kawasan ini dicirikan dengan dijumpainya faktor pembatas yang cukup berarti untuk mempertahankan pengelolaan rumput laut secara berkelanjutan. Faktor pembatas tersebut adalah : i lokasi pada perairan dengan kondisi pergerakan arus dan gelombang pada musim tertentu barat, timur maupun peralihan kedua musim tersebut bersifat ekstrim, sehingga pada peralihan musim timur tidak dapat dilakukan usaha budidaya tersebut, ii kualitaskesuburan perairan tidak cukup mendukung pertumbuhan rumput laut, sehingga pertumbuhan lebih lambat, iii lokasi yang cukup jauh dari pemukiman, sehingga memerlukan tambahan biaya untuk pengangkutan. Faktor ekologi lainnya yang berpengaruh terhadap budidaya rumput laut, adalah: 1 Kedalaman air, pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 50 cm, supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar matahari secara langsung dan sekitar 210 cm saat pasang tinggi; 2 Salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28-34‰ dengan nilai optimum 32‰ untuk itu 155 Gambar 38 Hasil overlay kesesuaian budidaya rumput laut di Gugus Pulau Batudaka hindari lokasi dari sekitar muara sungai Zatnika 1985; rumput laut dapat mentolerir salinitas antara 25.5-34.5 ‰ De Castro dan Guanzon, 1993; 3 Suhu air yang sesuai untuk budidaya rumput laut berkisar 27-30°C Zatnika 1985; 4 Kecerahan yang ideal dengan angka transparansi sekitar 1.5 m Zatnika 1985; 7 Keasaman pH, Kisaran pH antara 7-9; 6 Aman dari predator dan competitor, lokasi budidaya bukan merupakan tempat berkumpulnya predator rumput laut, seperti ikan, penyu, bulu babi, dan herbivor lainnya, sehingga kerusakan tanaman dapat ditekan, di samping juga dapat menghemat biaya pemeliharaan dan perlindungan terhadap hama tanaman; dan 7 Untuk keamanan dan keberlanjutan budidaya maka lokasi yang dipilih bukan merupakan tempat yang menjadi jalur pelayaran Anggadiredja 2006. Lokasi budidaya rumput laut di Gugus Pulau Batudaka Gambar 38 berdasarkan empat waktu musim barat, peralihan timur, timur dan peralihan barat dengan kategori sesuai bersyarat, sehingga dalam pengusahaan budidaya rumput laut harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut dan pemanfaatan ruang laut untuk kegiatan lainnya agar usaha ini berhasil. Namun demikian, pembatas utama dalam usaha rumput laut di Gugus Pulau Batudaka adalah kecepatan arus. Rumput laut membutuhkan kecepatan arus yang tinggi 20-30 cmdetik, sedangkan kecepatan arus aktual di kawasan ini sebesar 0-30 cmdetik sehingga mempengaruhi lokasi yang sesuai untuk kegiatan tersebut.

5.1.2.5 Kawasan Wisata

Hasil overlay kegiatan wisata selam dan snorkling di Gugus Pulau Batudaka tertera pada Tabel 41 dan Gambar 39 . Tabel 41 Luasan untuk kegiatan wisata No Kegiatan Wisata Luas ha 1 Selam 539 2 Snorkeling 3 892 3 Selam-Snorkeling 688 Sumber : Analisis Data 2010 Analisis spasial pemanfataan ruang untuk kegiatan wisata snorkeling menempati ruang yang lebih besar dibanding selam dan sekitar 688 ha yang dapat