Kebaruan Novelty Model integrasi wisata–perikanan di gugus pulau Batudaka kabupaten Tojo Una Una provinsi Sulawesi Tengah
Hal ini didasarkan pada karakteristik dan dinamika PPK yang merupakan suatu sistem dinamis saling terkait antara sistem komunitas manusia dengan sistem alam
sehingga kedua sistem inilah yang bergerak dinamik dalam kesamaan besaran, untuk itu diperlukan integrasi pengetahuan dalam implementasi pengelolaan PPK.
Integrasi inilah yang dikenal dengan paradigma Social Ecological System SES Adrianto dan Aziz 2006. Pemikiran alternatif yang memberikan penjelasan
bagaimana sistem ekonomi bekerja dalam sebuah delineasi ekosistem sangat diperlukan. Arus pemikiran utama ecological economics EE yang berkaitan
dengan nilai lebih surplus value dalam konteks keterbatasan ekosistem yakni memfokuskan diri pada hubungan yang kompleks, non-linier dengan waktu yang
lebih panjang antara sistem alam dan sistem ekonomi. Komitmen normatif dari arus pemikikan utama EE adalah berusaha mewujudkan terciptanya “masyarakat
yang bukan tanpa batas” frugal society, dalam arti bahwa kehidupan masyarakat berada dalam keterbatasan sistem alam baik sebagai penyedia sumberdaya
maupun penyerap limbah Adrianto 2004. Paradigma SES membicarakan unit ekosistem seperti wilayah pesisir PPK, ekosistem mangroves, terumbu karang dan
lainnya berasosiasi dengan struktur dan proses sosial yang ada di mana aspek sistem alam ekosistem dan sistem manusia tidak dapat dipisahkan.
Pengelolaan pendekatan ekosistem di pesisir dan PPK dapat dinyatakan sebagai suatu simbiosis pandangan yang respek kepada sistem alam, yang
mengintegrasikan pandangan ekonom, enjinir, dan ekolog, untuk bersama-sama untuk melindungi fungsi sistem alam untuk secara terus menerus menghasilkan
jasa-jasa ekosistemnya. Begitu pula sebaliknya para ekonomenjinir senantiasa membutuhkan ekolog, dengan maksud jika terjadi penurunan jasa sumberdaya
alam maka akan menghasilkan pula penurunan nilai ekonomi ekosistem tersebut dan berimplikasi pada penurunan kesejahteraan sosial. Kedua pandangan ini dapat
dianalogikan sebagai suatu potret perpaduan pandangan Charles Darwin ekolog– Adam Smith ekonom. kolaboratif, dalam suatu area geografik dengan
multifaktor eksternalinternal yang terkait indikator kunci pengelolaan pendekatan ekosistem adalah membangun keberlanjutan keseimbangan ekologis dan sosio-
ekonomi. Pendekatan ini menjadi prinsip dasar pemandu dalam strategi perencanaan untuk wilayah Pesisir PPK. Pemangku kepentingan terlibat secara
kolaboratif dalam perencanaan, sehingga bagi mereka akan bermanfaat dan dapat mengerti dan memprediksi adaptasi pengelolaan ke depan Nganro dan Suantika
2009. Pemilihan pendekatan ekosistem ini berdasarkan kompleksitas sebagai proses interaksi, interkoneksi, jejaring, dinamik dan adaptif. Perubahan
paradigma tersebut tertera pada Gambar 2.
Gambar 2 Perbandingan antara paradigma pengelolaan saat ini dengan pengelolaan berdasarkan pendekatan ekosistem Nganro dan Suantika
2009 Pengelolaan pesisir pulau-pulau kecil dengan ’Konsep Ekosistem’ adalah
lebih tepat dewasa ini digunakan sebagai falsafah dasar untuk pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia, karena merupakan konsep induk dengan perspektif
lebih luas, integratif, mencakup proses interaksi dinamika lingkungan hidup, ruang, wilayah, kawasan dan lain-lain, secara saintifik terukur dan terprediksi, dan
telah diadopsi luas oleh negara-negara maju di dunia dan negara-negara lain anggota PBB, khususnya yang tergabung dalam Small Islands Development
StatesSIDS Bass and Dalal-Clayton 1995. Informasi ekologis dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa di wilayah pesisir perairan laut dangkal perairan teritorial
dari pantai sampai kedalaman 200 m, merupakan wilayah yang paling produktif karena
pengaruh kontribusi interaksi dari darat, tetapi perairan ini sangat rentan dari dampak degradasi akibat aktivitas manusia. Adapun produktivitas di perairan laut
Zona Ekonomi Eksklusif kedalaman 200 m sangat dipengaruhi oleh produktivitas perairan dangkal.
Tabel 3 Potensi kemampuan, pemanfaatan jasa, dan ancaman pada ekosistem di sub-wilayah pesisir pulau-pulau kecil
Sub- wilayah
Penjelasan Potensi Kemampuan
Jasa Ekosistem Pemanfaatan Jasa
Ekosistem Ancaman
1 Pantai berpasir
di pantai terbuka, jauh dari muara sungai
estuari tempat bersarang
penyu rekreasi konservasi
perusakan habitat,
tambang pasir, tumpahan minyak
2 Pantai berbatu
terbuka kena ombak Kaya biodiversitas
Rekreasi Erosi pantai
3 Terumbu karang
di perairan jernih, perairan dangkal,
kedalaman 200 m; sangat peka
kekeruhan, kenaikan suhu, pencemaran,
sedimentasi; Jika terumbu karang hidup
sehat meluas, pertanda banyak ikan tuna.
sangat produktif, tempat berbiak,
berlindung ikan kerapu, tuna, kakap,
udang, penyu, biota laut lain, rumput laut
Konservasi, pariwisata, perikanan
perlindungan pantai, pulau- pulau kecil dari
gelombang besar dan kenaikan muka laut
tangkapan ikan berlebih, racun ikan,
pemboman, penambangan
karang, erosi dari penggundulan
vegetasi di darat
4 Padang lamun
rumput laut
terdapat di antara terumbu karang dan
mangrove bakau sangat produktif,
tempat berbiak, tumbuh, berlindung
ikan, udang, kepiting dan biota laut lain,
kaya nutrisi alami sumber makanan,
farmasi, kosmetik, industri biotek, dan
sumber energi biofuel. Tangkapan ikan
berlebih, perusakan karang dan mangrove,
pencemaran minyak, sedimentasi
5 Pantai berlumpur
terdapat di sekitar muara sungai estuari,
atau delta produktivitas biologis
tinggi, kaya siklus nutrisi.
Konservasi perusakan habitat,
pencemaran minyak. 6 Estuari
Delta pertemuan air tawar
dan laut perairan payau
sangat produktif, kaya nutrisi, berbiak ikan,
udang, kepiting, jalur pelayaran,
akuakultur, perikanan tradisionil
sampah, pencemaran banjir, sedimentasi
7Mangrove hutan
bakau terdapat di sekitar
muara sungai, tempat berlumpur, bau sulfur,
perangkap debris sampah, kaya nutrisi,
pencegah erosi, pelindung pantai
kaya udang, kepiting, udang; tempat
beberapa mamalia, reptil, burung;
produksi primer sangat tinggi
sumber kayu untuk konstruksi, reklamasi
lahan, akuakultur, pariwisata, industri
biotek dan perlindungan bentuk
pantai tumpahan minyak,
pestisida-pupuk dari pertanian,
pembabatan kayu mangrove,
pembukaan tambak berlebihan
8 Hutan rawa
pasang surut
sepenuhnya mangrove atau didominasi
tumbuhan nipah siklus nutrisi tinggi,
tempat makan ikan, udang, kepiting saat
pasang naik, perangkap sedimen
sumber kayu, rumah tradisional, reklamasi
lahan basah, tempat akuakultur dan
sumber gula atau bioethanol
tumpahan minyak pestisida-pupuk
berlebih dari pertanian,
pembabatan nipahbakau
9 Laguna agak tertutup, sedikit
terbuka, jalan masuk dari laut dapat
berubah-ubah produktivitas ikan,
udang, kepiting, tempat berbiak secara
alami biota laut lain pariwisata, navigasi,
tangkap ikan, budidaya.
pencemaran 10 Pulau-
Pulau Kecil
Terdiri dari gosong karang, pulau karang
muncul, atol, vulkanik; pulau benua;
ukuran luas kurang dari 2 000 km
2
. Jumlah seluruh
Indonesia 17 000 ragam pulau-pulau.
masing-masing pulau dianggap mempunyai
ekosistem unik. pariwisata,
pemukiman, stasiun pengamat, pertanian
subsisten, marikultur sumber bioindustri
masa depan, termasuk biofood biofuel.
air tanah minim, intrusi air laut;
limbah; penduduk padat; Penebangan
vegetasi, pemanasan global, lenyapnya
pulau- pulau kecil akibat kenaikan
muka laut 15-19 mmtahun.
Sumber : Bass dan Dalal-Clayton 1995
Keberadaan ekosistem yang sehat pasti akan menghasilkan jasa-jasa ekosistem. Indikasi ini sesungguhnya mengandung komponen-komponen jasa
yang diperlukan untuk kehidupan manusia dan mahluk lainnya di wilayah pesisir. Jasa-jasa ekosistem tersebut dapat menjadi motor penggerak keberlanjutan
kegiatan ekonomi masyarakat. Jasa-jasa ekosistem sehat yang dapat diperoleh masyarakat Millennium Ecosystem Assessment 2005, meliputi: 1 Keamanan
dalam hal kenyamanan individu masyarakat karena makanan tercukupi; akses terpenuhi untuk memperoleh sumberdaya hayati laut; aman dari bencana karena
lingkungan disekitarnya tidak rusak; 2 Kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi untuk berkehidupan, misalnya mata pencaharian mudah karena ikan melimpah;
makanan bergizi terpenuhi; pemukiman sehat; akses mudah untuk mendapatkan barang-barang yang diperlukan; 3 Kondisi kesehatan masyarakat baik, kuat,
sehat, mudah mendapatkan air dan udara bersih; 4 Hubungan sosial baik, saling menghormati dan mempunyai kemampuan saling membantu satu dengan lainnya.
Holling 1986 menyatakan bahwa tantangan pengelolaan sumberdaya alam saat ini adalah semakin besarnya perubahan ekologis dan sosial yang
menyebabkan munculnya kejutan-kejutan dan ketidakpastian yang semakin tinggi. Pesisir dan pulau kecil merupakan sebuah sistem dimana aspek ekologi dan aspek
sosial terkait sangat erat dan merupakan sebuah sistem yang terintegrasi. Kedua aspek ini memiliki kompleksitas dan terus berubah dimana keduanya bersifat non-
linier dan menempati batas tertentu dalam dinamikanya Folke et al. 2002. Pengelolaan pesisir dan PPK sebagaimana dengan pengelolaan
sumberdaya lain umumnya masih didasarkan pada asumsi adanya daya dukung ekosistem untuk menghasilkan produksi dan jasa lingkungan secara terus
menerus, dan kegiatan produksi dapat dikontrol sepenuhnya. Gunderson et al. 1995 menyatakan bahwa simplifikasi lansekap darat dan laut untuk produksi
sumberdaya tertentu dalam jangka pendek memang dapat menyuplai kebutuhan pasar, tetapi dengan pengorbanan penurunan diversitas umumnya pengelola
sumberdaya berupaya untuk mengontrol proses perubahan pada lansekap tersebut untuk menstabilisasi output dari ekosistem dan mempertahankan pola konsumsi
manusia Holling dan Meffe 1996.
Pentingnya keberadaan ekosistem terumbu karang bagi manusia dapat dilihat dalam fungsi ekologisnya bagi biota laut dan lingkungan sekitarnya.
Adapun produk barang dan jasa yang menghasilkan manfaat nilai ekonomi Tabel 4.
Tabel 4 Fungsi ekologis barang dan jasa dari ekosistem terumbu karang
Barang dan Jasa Fungsi Ekologis
Sumberdaya terbarui Produk makanan laut, material dasar dan obat-obatan, material
dasar lainnya seperti rumput laut, bahan souvenir dan perhiasan, koleksi karang dan ikan hidup untuk perdagangan
akuarium
Penambangan terumbu karang Pasir untuk bangunan dan jalan
Jasa struktur fisik Perlindungan garis pantai, membentuk daratan, mendukung
pertumbuhan mangrove dan lamun, pembangkitan pasir karang
Jasa biotik di dalam ekosistem Merawat habitat, pustaka genetik dan biodiversitas, regulasi
fungsi dan proses ekosistem, merawat daya lentur kehidupan Jasa biotik antar ekosistem
Mendukung kehidupan ”mobile link’, ekspor produksi organik seperti jaring makanan food web pelagis
Jasa bio-geo-kimia Fiksasi Nitrogen, Kontrol neraca CO
2
Ca, asimilasi limbah Jasa informasi
Memantau dan rekaman polusi, pengawasan iklim Jasa
sosial dan
budaya Dukungan rekreasi, turisme, nilai estetika dan inspirasi
artistik, kelangsungan mata pencaharian masyarakat, dukungan budaya, nilai spiritual dan reliji
Sumber : diadopsi dari Moberg dan Folke 1999
Potensi Ekonomi Sumberdaya Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil seperti yang diinformasikan oleh Costanza et al. 1997 tentang perkiraan kasar
“Global Economic Values of Annual Ecosystem Services” tertera pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan nilai ekonomi yang dihasilkan oleh beberapa tipe ekosistem
dan jasa utama yang diperankan
Tipe Ekosistem Nilai
per Ha
UStahun Nilai Global
milyar tahun Jasa Utama
Estuari 22 832
4 100 Siklus nutrient
Rawa 19 580
3 231 Suplai air dan gangguannya
Padang lamun 19 004
3 801 Siklus nutrien, makanan
Mangroveintertidal 9 990
1 649 Penanganan lembah dan gangguannya
Danau, Sungai 8 498
1 700 Regulasi air
Terumbu Karang 6 075
375 Wisata
Hutan Tropis
2 007
3 813
Regulasi iklim, Siklus nutrien, material kasar
Pesisir 1 610
4 283 Siklus nutrient
Hutan subtropics 302
894 Regulasi iklim, siklus nutrient
Laut terbuka 252
8 381 Siklus nutrient
Padang rumput 232
906 Penanganan limbah
Lahan tanaman 92
128 Makanan
Padang pasir -
- 1 925 Juta Ha
Tundra -
- 74.3 Juta Ha
Kutub -
- 1 640 Juta Ha
Urban -
- 332 Juta Ha
Sumber : Costanza et al. 1997