Metode pengambilan Contoh Biofisik

3.4 Metode Analisis Data

Secara umum analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap. Tahap I, Deskriptif, dengan mengidentifikasi permasalahan menggunakan pendekatan DPSIR sehingga terpetakannya potensi dan pemanfaatan ruang untuk wisata dan perikanan di Gugus Pulau Batudaka. Tahap II, Kondisi pembatas berdasarkan kelayakan pemanfaatan secara ekologi, ekonomi, sosial kelembagaan. Tahap III, Kolaborasi kondisi pembatas analisis kelayakan pemanfaatan ruang dan daya dukung lingkungan yang diintegrasikam dengan optimasi model dinamik. Tahap IV, Implementasi strategi model integrasi wisata-perikanan di Gugus Pulau Batudaka, dan tahapan penelitian tertera pada Gambar 14. Mulai Tahap I Deskriptif Tahap II Kondisi Pembatas Tahap III Kolaborasi Tahap IV Implementasi Gambar 14 Tahapan penelitian model integrasi wisata-perikanan di Gugus Pulau Batudaka Identifikasi Permasalahan Pendekatan DPSIR Analisis Kelayakan Pemanfaatan : - Ekologi Ecological Footprint análysis - Sosialkelembagaan HANPP dan CLSA - Valuasi Ekonomi Analisis Kesesuaian Pemanfaatan GIS Dynamic Modelling Stella Perumusan Model Integrasi Verifikasi dan Validasi Model Selesai Wisata Perikanan I N P U T P R O S E S O U T P U T

3.4.1 Pendekatan DPSIR Drivers–Pressures–States–Impacts–Responses

Pendekatan DPSIR untuk mengetahui keterkaitan faktor-faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem sehingga dapat digunakan untuk menilai intensitas penggunaan sumberdaya oleh manusia dan aktivitas wisata dan perikanan di kawasan Gugus Pulau Batudaka. Penilaian tekanan terhadap ekosistem dianalisis berdasarkan pendekatan keseluruhan sistem dan integrasi ekosistem yang berkaitan dengan struktur, komposisi dan fungsinya berdasarkan indikator ruang meliputi bentang alam, tata guna air, dan biodiversity Turner et al. 2000.

3.4.2 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan

Analisis variasi spasial karakteristik kualitas perairan antara stasiun pengamatan digunakan suatu pendekatan analisis statistik multivariabel yaitu Analisis Komponen Utama Principal Components AnalysisPCA Bengen 2000. Analisis ini bermanfaat untuk mereduksi variabel yang berukuran besar ke dalam variabel baru berukuran sederhana dan berguna untuk menduga suatu fenomena sekaligus melihat hubungan antar variabel karakteristik perairan. Melalui analisis tersebut diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai gambaran setiap lokasi pengamatan memiliki karateristik fisika-kimia yang dianggap memenuhi syarat untuk kegiatan pemanfaatan tersebut antara lain kecerahan, salinitas, suhu, pH, dan DO. Analisis PCA dalam penelitian ini menggunakan software XLSTAT 2010. Penentuan kesesuaian pemanfaatan di Gugus Pulau Batudaka berdasarkan Geographic Information System GIS menggunakan ArcGIS ver. 9.2. Secara umum terdapat empat tahapan analisis kesesuaian pemanfaatan yang dilakukan, yaitu 1 penyusunan peta kawasan, 2 penyusunan matrik kesesuaian, 3 pembobotan dan pengharkatan, dan 4 analisis spasial untuk kesesuaian wisata dan perikanan. 1 Penyusunan peta kawasan Gugus Pulau Batudaka Penyusunan peta Gugus Pulau Batudaka menggunakan : 1 Data citra Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper ETM+ tanggal 17 Oktober 2000, dan 12 April 2007 dari BTIC Biotrop, 13 Juli 2000, 16 Juli 2001, 13 Desember 2009, 19 Maret 2010 dan 13 Oktober 2010 http:glovis.usgs.gov 2 Peta Rupabumi Indonesia 1:50.000 wilayah Gugus Pulau Batudaka Lembar 2215-13~14, 2215- 41~42 Tahun 1992 dari Bakosurtanal; 3 Peta informasi bathimetri 1:75.000 perairan Pulau-Pulau Togian-Dishidros Tahun 2008; 4 Data Landuse diperoleh dari pengolahan citra tersebut yang membagi wilayah studi dalam kelas penggunaan lahan untuk pemukiman, terumbu karang, mangrove, padang lamun; 4 Pemanfaatan kegiatan mengacu pada zonasi kawasan yang dirinci dalam Rencana Detail Tata Ruang RDTR Kepulauan Togean Bappeda Touna 2007. Proses pengolahan citra Landsat TM untuk pemetaan terumbu karang, mangrove, lamun dengan menggunakan model transformasi Lyzenga 1978 menggunakan software ER Mapper versi 7.0. Klasifikasi penutup lahan dilakukan dengan cara interpretasi visual yaitu dengan cara mendelineasi kenampakan- kenampakan yang sama ke dalam satu kelas penggunaan atau penutup lahan dengan menggunakan data tutupan lahan yang sudah ada. Penyusunan peta kawasan dengan melakukan query terhadap data GIS dengan menggunakan prinsip-prinsip kawasan sehingga informasi spasialnya dapat diketahui. 2 Membuat matriks kesesuaian tiap kegiatan yang ada Penyususnan matriks kesesuaian setiap kegiatan wisata dan perikanan selengkapnya diuraikan sebagai berikut. 3.4.2.1 Wisata Identifikasi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor pembatas parameter setiap jenis kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata, yaitu: 1 Mempunyai keindahan alam yang menarik untuk dilihat dan dinikmati, sehingga memberikan rasa relaksasi dan memulihkan semangat daya produktivitasnya; 2 Memiliki keaslian panorama alamnya pantai berpasir, terumbu karang, ikan hias dan keaslian budaya; 3 Keunikan ekosistemnya; 4 Di lokasi wisata tidak ada gangguan binatang buas, arus berbahaya, angin besar dan topografi dasar laut yang curam; 5 Tersedianya sarana dan prasarana mudah dijangkau, baik melalui darat maupun laut, dan kemungkinan pengembangan aksesibilitas cukup baik, dekat dengan restoran, tempat penginapan, dan ketersediaan air bersih. Pemanfataan ruang berdasarkan parameter biofisik untuk kegiatan wisata yakni jenis wisata minat khusus yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan lautselam scuba diving. Matrik kesesuaian kegiatan wisata di Gugus Pulau Batudaka difokuskan pada kegiaatan wisata selam dan snorkeling, terinci pada Tabel 12, dan 13. Tabel 12 Matriks kesesuaian area untuk wisata kategori selam No. Parameter Bobot Kelas Kesesuaian Skor S1 3 S2 2 N1 1 Kecerahan perairan m 25 10 6-10 6 2 Tutupan komunitas karang 25 75 50-75 50 3 Jenis life form unit 15 12 7-12 7 4 Jenis ikan karang Genus 15 100 50-100 50 5 Kedalaman terumbu karang m 10 5-15 15-30 30, 5 6 Kecepatan arus cmdet 10 0-15 15-50 50 Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai N : Tidak Sesuai Not Suitable; Modifikasi Yulianda 2007 : dinamik berdasarkan musim Tabel 13 Matriks kesesuaian area untuk wisata ketegori snorkeling No. Parameter Bobot Kelas Kesesuaian Skor S1 3 S2 2 N1 1 Kecerahan perairan m 20 6 6-10 10 2 Tutupan komunitas karang 20 75 50-75 50 3 Jenis life form unit 15 12 7-12 7 4 Jenis ikan karang genus 15 100 50-100 50 5 Kedalaman terumbu karang m 10 1-5 5-10 10 6 Lebar hamparan datar karang m 10 500 50-500 50 7 Kecepatan arus cmdet 10 0-15 1-50 50 Keterangan: S1 :Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai Not Suitable; Modifikasi Yulianda 2007 : dinamik berdasarkan musim

3.4.2.2 Perikanan

Kesesuaian ruang untuk perikanan tangkap dilakukan untuk spesies tertentu yang dominan sebagai spesies yang bernilai ekonomis penting. Berdasarkan analisis terhadap hasil tangkapan ikan, diketahui bahwa spesies ekonomis penting yang dominan di Gugus Pulau Batudaka adalah ikan lolosi, ikan kakap dan rumput laut sehingga dibatasi untuk kesesuaian penangkapan ikan karang dan budidaya rumput laut. Kriteria yang diperlukan untuk daerah kegiatan perikanan dari aspek alokasi penetapan ruang terinci dalam Tabel 14 dan 15. Tabel 14 Matriks kesesuaian perairan untuk ikan karang No. Parameter Bobot Kelas Kesesuaian Skor S1 3 S2 2 N1 1 Kedalaman perairan m 20 5 3 - 5 3 2 Topografi dasar perairan 10 Curam landai-curam landai 3 Kecerahan perairan m 10 10 5 – 10 5 4 Perubahan cuaca 10 Jarang sedang sering 5 Kondisi terumbu karang 20 Baik sedang buruk 6 Pencemaran 10 tidak ada sedikit ada 7 Kelimpahan ikan target ind350 m 2 20 200 100 – 200 100 Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai Not Suitable; modifikasi DKP 2006 Tabel 15 Matriks kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut No. Parameter Bobot Kelas Kesesuaian Skor S1 3 S2 2 N1 1 Kedalaman perairan m 20 3-15 2-3 atau 15-40 2 atau 40 2 Material dasar perairan 15 karang berpasir pasir- pasir berlumpur lumpur 3 Kecerahan m 15 10 5-10 5 4 DO ppm 10 7 5-7 5 5 Arus cmdt 20 21-30 11-21 atau 30-45 11 atau 45 6 Suhu C 10 28-30 25-28 atau 30-33 25 atau 33 7 Salinitas ‰ 10 30-32 25-30 atau 32-35 25 atau 35 8 pH 10 8.2-8.7 7.0-8.2 atau 8.7-9 7 Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai Not Suitable; : dinamik berdasarkan musim Modifikasi Wijaya 2007 3 Memberikan pembobotan dan pengharkatan Pada tahap awal dilakukan pembobotan terhadap beberapa parameter yang berpengaruh terhadap pengembangan wisata dan perikanan menggunakan matriks pembobotan Tabel 12-15. Proses pemberian bobot dan skor dilakukan melalui pendekatan Indeks Overlay Model Bonham dan Carter 1994 yaitu :      n j j n j j j i W W S S 1 1 .........................………....…………………….......... 2 di mana S i’ = Indeks kesesuaian dari kategori ke-i, i = 4 kategori; S j = Skor parameter ke-j; W j = Bobot parameter ke-j; n = Jumlah parameter Pembobotan dilakukan secara bertahap, di mana overlay dilakukan terlebih dahulu pada parameter yang berbobot paling tinggi kemudian hasilnya dioverlay kembali dengan parameter yang berbobot lebih rendah dan seterusnya. Selain itu setiap tema akan dibagi menjadi beberapa kelas yang diberi skor berdasarkan