3.4.7.4 Verifikasi dan Validasi Model
Prediksi alur proses dari pemanfaatan ruang Gugus Pulau Batudaka dianalisis menggunakan software Stella®Research 8.0.2 untuk memperoleh model
optimal berdasarkan kesesuaian pemanfaatan dan daya dukung. Tahapan verifikasi model sebagai pembuktian bahwa model komputer yang telah disusun
pada tahap sebelumnya mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji Eriyatno 1999. Adapun tahapan yang dilakukan adalah tahap analisis
perilaku model dan evaluasi model. Pada tahap analisis perilaku model, model simulasi komputer digunakan untuk menyatakan serta menentukan bagaimana
semua peubah dalam model berperilaku terhadap waktu. Dalam model dinamik ini, yang akan diamati secara cermat adalah bagaimana informasi dari peubah-
peubah model dalam sistem pemanfaatan ruang untuk wisata dan perikanan di Gugus Pulau Batudaka berperilaku terhadap semua titik pada jalur waktu.
Informasi ini akan sangat berguna dalam proses pengujian atau evaluasi model dan mengestimasi kualitas luaran output dari operasi model tersebut.
Pada tahap evaluasi model, berbagai uji harus dilakukan terhadap model yang telah dibangun untuk mengevaluasi atau validasi suatu model. Keabsahan
suatu model dapat dilihat melalui proses secara iteratif berupa pengujian secara berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model. Uji ini berkisar dari
memeriksa konsistensi logis sampai membandingkan luaran model dengan data pengamatan, atau lebih jauh menguji secara statistik parameter yang digunakan di
dalam simulasi model Masyahoro et al. 2004. Verifikasi model untuk mengetahui apakah model yang dibangun dengan
cara yang benar, sedangkan validasi model untuk mengetahui apakah model yang dibangun adalah model yang benar. Penentuan cara pengujian yang paling tepat
untuk memvalidasi suatu model dilakukan melalui pendekatan 1 berdasarkan asumsi model, yakni pemeriksaan secara kritis atas asumsi-asumsi dasar yang
dibuat pada model yang dibangun, 2 berdasarkan model behavior, yakni hanya menguji kesesuaian antara perilaku model dengan perilaku sistem nyata, 3
berdasarkan asumsi dan perilaku model, yakni pemeriksaan asumsi, dan menguji kesesuaian perilaku model dengan sistem nyata Murthy et al. 1990.
Sintesis dari keseluruhan analisis berdasarkan kerangka pikir penelitian tertera pada tabel berikut.
Tabel 18 Keterkaitan tujuan dengan metode penelitian
No. Tujuan Metode 1
Menganalisis interaksi sifat ekologis perairan dan mengestimasi daya dukung lingkungan
dan sumberdaya kawasan Gugus Pulau Batudaka yang dapat dimanfaatkan bagi
kegiatan wisata dan perikanan berkelanjutan Analisis Kesesuaian Pemanfaatan GIS
Analisis Kelayakan Pemanfaatan : -
Ekologi Ecological Footprint análysis
- Sosialkelembagaan HANPP dan
CLSA -
Valuasi Ekonomi 2 Merumuskan
pengelolaan wisata-perikanan
yang terintegrasi secara spasial di Gugus Pulau Batudaka.
Analisis Dinamik
4 SISTEM SOSIAL EKOLOGI WILAYAH PENELITIAN
Secara Geografis Gugus Pulau Batudaka Kepulauan Togean terletak di tengah Teluk Tomini yang memanjang dari barat ke timur pada posisi koordinat
21’-0 35’LS dan 121˚35’-121˚58’BT Kepulauan Togean terdiri atas 4 wilayah
kecamatan yaitu Una Una, Togean, Walea Besar dan Walea kepulauan, dengan jumlah desa keseluruhan mencapai 47 desa. Gugus Pulau Batudaka masuk dalam
wilayah administrasi Kecamatan Una-Una. Berdasarkan hasil Survei BRKP tahun 2007, Kecamatan Una-Una memiliki 254 pulau dan pulau yang besar adalah
Pulau Batudaka dan Pulau Una-Una Ekosistem pesisir dan laut merupakan penunjang bagi kelangsungan hidup
penduduk Gugus Pulau Batudaka. Kondisi ekosistem yang mulai terdegradasi di beberapa wilayah perairan pesisir dan laut, baik sebagai akibat dari kegiatan
manusia maupun secara alami, memberikan kontribusi kehilangan loss dari rente sumberdaya yang harusnya diterima oleh mayarakat. Indikator keberlanjutan
pengelolaan Gugus Pulau Batudaka mengacu pada penilaian dampak biodiversity pada model DPSIR Bin et al. 2009, secara lengkap tertera pada Gambar 22.
Gambar 22 Pendekatan DPSIR sebagai indikator dalam keberlanjutan pengelolaan Gugus Pulau Batudaka
Populasi penduduk,
Ekonomi permint aan
w isaya, kegiat an
perikanan Dampak
sosial, ekonomi dan
ekologi Abrasi dan
sediment asi, polusi air,
kehilangan habit at ,
menurunnya keanekaraga
man hayat i Konversi
lahan pembukaan
mangrove unt uk
pemukiman dan t ambak
sampah domest ik
Respon sosial, Respon ekonomi,
Respon ekologi FAKTOR
PENGGERAK DRI VERS D
TEKANAN LI NGKUNGAN
ENVI ROMENTAL PRESSURES P
PERUBAHAN KONDI SI LI NGKUNGAN
ENVI RONMENTAL STATES CHANGESS
DAMPAK I MPACTS I
Pengurangan P
e n
g u
ra n
g a
n
Peningkat an P
e n
g u
ra n
g a
n
K e
b u
tu h
a n
RESPONSES R
Kondisi ekosistem Gugus Pulau Batudaka dipengaruhi oleh faktor demografi maupun aktivitas ekonomi seperti permintaan wisata, kegiatan
perikanan mengakibatkan terjadinya tekanan berupa konversi lahan, peningkatan sampah domestik dan polutan lainnya sehingga status lingkungan berubah dengan
terjadinya abrasi, sedimentasi, pengayaan nutrien perairan, kehilangan hábitat, penurunan keanekaragaman hayati mangrove yang berdampak pada ekosistem
dan sosial ekonomi serta implikasi kebijakan sesuai arahan penyusunan tata ruang wilayah pesisir PPK yakni aspek ekologi berdasarkan daya dukung lingkungan,
memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan, aspek sosial ekonomi budaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4.1 Pendekatan DPSIR Drivers-Pressures-States-Impacts-Responses
Penilaian dampak pembangunan dan aktivitas masyarakat terhadap kondisi ekosistem Gugus Pulau Batudaka berdasakan analisis DPSIR. Faktor pengarah
driving force yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas masyarakat maupun proses ekonomi yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ekosistem
sepeti konsumsi, produksi, transportasi, pemukiman, perpindahan penduduk. Pressure atau tekanan pada ekosistem akibat faktor pengarah tersebut adalah
pemanfaatan sumberdaya alam baik untuk wisata maupun perikanan, penggunaan lahan. State merupakan indikator status yang menggambarkan kondisi sistem dan
tipe maupun karakteristik secara fisik, kimiawi, dan biologi. Impact merupakan akibat tekanan pada kondisi ekosistem yang memberikan dampak sosial, ekonomi
dan ekologi. Response adalah berbagai tindakan yang dilakukan oleh masyarakat baik induvidual maupun secara kolektif untuk mengatasi dampak lingkungan,
mengoreksi kerusakan yang ada atau mengkonservasi sumberdaya alam, meliputi penetapan peraturan, pengeluaran biaya penelitian, pendapat masyarakat dan
preferensi konsumen, perubahan strategi manajemen dan lain-lain Pinter et al. 1999; Mattei 2007.
4.1.1 Faktor-faktor Sosial Ekonomi Socio-economic Drivers 4.1.1.1 Demografi Kependudukan
Faktor-faktor driver pada kawasan Gugus Pulau Batudaka antara lain yang berkaitan dengan kondisi demografi kependudukan pertumbuhan,
kepadatan dan tingkat ketergantungan penduduk yang mempengaruhi hubungan fungsional terhadap kerentanan ekosistem pesisir gugus pulau.
Jumlah penduduk di Gugus Pulau Batudaka Kecamatan Una-Una dalam periode Tahun 2001-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 2 per tahun, yaitu
dari 11 325 jiwa pada Tahun 2001 menjadi 13 106 jiwa pada tahun 2008, terdiri atas 3 547 rumah tangga dengan sebaran rata-rata per rumah tangga sebanyak 4
jiwa dengan kepadatan 44 jiwakm
2
BPS Touna 2009. Sementara pertumbuhan penduduk rata-rata di Kabupaten Tojo Una - Una berdasarkan hasil perhitungan
penduduk dari tahun 2001-2005 adalah 0.04 atau 4 per tahunnya dan pertumbuhan penduduk menurut kecamatan yang berada di daratan Pulau
Sulawesi berkisar antara 4-7 Bappeda Touna 2007. Penduduk Kecamatan Una-Una pada Tahun 2008 sebagian besar termasuk
dalam kelompok umur produktif 15-55 tahun sebesar 60, dan kelompok umur muda 0-15 Tahun 32 dan kelompok umur tua 55 tahun sebesar 8, dengan
jumlah penduduk yang sementara bersekolah SD-SMA sebesar 23 BPS 2009.
Gambar 23 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur produktif Tahun 2003-2008 di Kecamatan Una-Una
Klasifikasi penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Una - Una terbagi atas penduduk usia produktif terdiri atas kelompok usia 15-55 tahun dan
penduduk usia non produktif yang tergolong dalam usia 0-14 tahun dan 55 tahun keatas Gambar 23. Pengklasifikasian penduduk berdasarkan kelompok umur
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Produktif Non
Produktif
memberikan gambaran mengenai tingkat ketergantungan penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif pada Tahun 2008. Usia produktif di
Kecamatan Una-Una yaitu sejumlah 7 819 jiwa dengan jumlah usia non produktif 5 286 jiwa sehingga angka ketergantungannya mencapai 68. Semakin besar
penduduk usia non produktif maka akan semakin besar pula tingkat ketergantungan terhadap penduduk produktif dan sebaliknya. Besarnya kelompok
usia produktif ini merupakan faktor driver yang mempengaruhi kualitas ekosistem di kawasan ini.
4.1.1.2 Permintaan Wisata
Berdasarkan analisis pasar wisata Sulawesi Tengah tahun 2008 bahwa 50 kunjungan wisatawan mancangara wisman menurut minat wisata adalah
wisata selam, dan obyek wisata selam yang dikunjungi sebesar 64 ke Kepulauan Togean dengan pengunjung terbanyak yaitu 78 berasal dari Eropa Jerman, dan
Italia dan trend kunjungan tertinggi bulan Agustus-Desember dimana 60 wisman memiliki lama tinggal 5–10 hari, 23 dengan lama tinggal 11-15 hari dan
9 memiliki lama tinggal 15 hari dengan minat terbesar karena kondisi alam, laut dan menyelam. Peningkatan tersebut berkaitan dengan aktivitas liburan di
negara-negara Eropa Disbudpar Prov. Sulteng 2009. Pintu kedatangan wisatawan ke Gugus Batudaka Kepulauan Togean adalah dari Gorontalo,
Makassar, dan Balikpapan, dengan tipe perjalanan wisman adalah individual dan bersama keluarga. Motif wisman sebagian besar adalah wisata selam ini
berkonsekuensi terhadap daerah yang mampu menyediakan pelayanan wisata selam dam aksesibilitas ke obyek tersebut.
Pelayanan wisata selam di Gugus Pulau Batudaka disediakan oleh 2 pengusaha yaitu di Wakai Cottage Desa Wakai dan Retreat Island Cottage’s
Pantai Tipae Desa Bomba, juga tersedia sarana penginapan di Desa Wakai dan Desa Bomba Pantai Tipae dan Pulau Poya. Aksesibilitas pencapaian menuju
tempat wisata ke kawasan ini dari Kota Ampana menuju Bomba 3-4 kali seminggu, Wakai 4-5 kali seminggu, dan dari Gorontalo ke Wakai sekali
seminggu. Kebutuhan wisman atau pasar dalam hal ini adalah daya tarik obyek wisata beserta sarana penunjang merupakan faktor driver dalam pengelolaan
Gugus Pulau Batudaka.