Gambar 44 Hasil overlay pemanfaatan wisata selam, snorkeling dengan zonasi RDTRKP di Gugus Pulau Batudaka
karang dan budidaya rumput laut mempunyai proporsi paling besar dibanding wisata dalam pemanfaatan ruang perairan di Gugus Pulau Batudaka Tabel 46 dan Gambar 48.
Tabel 46 Persentase kesesuaian kegiatan wisata-perikanan dalam zonasi RDTR Kepulauan Togean
Zona Luasan Zona
Wisata Perikanan
Inti 100.00 Pemanfaatan 12.18
2.15 85.67
Perlindungan Bahari 100.00
Rehabilitasi 100.00 0 0
Tradisional 60.07 39.93
Sumber : Analisis Data 2011
Rencana zonasi
RDTRKP kurang tersosialisasi dengan baik, sehingga umumnya
masyarakat Gugus Pulau Batudaka tidak mengetahui adanya pembagian zona-zona tersebut khususnya di kawasan perairannya. Bedasarkan hasil analisis diatas, zonasi dalam
RDTRKP perlu dilakukan kajian ulang, khususnya untuk zona rehabilitasi sesuai fungsinya untuk mengembalikan fungsi ekosistem secara alami, namun sebagian besar merupakan
wilayah yang dekat pemukiman, alur pelayaran, daerah penangkapan tradisional, dan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Arahan Rencana pengelolaan zonasi wilayah pesisir
Kepulauan Togean mencakup tahapan kebijakan pengaturan Bappeda Touna 2007 sebagai berikut :
1 Pemanfaatan dan pengusahaan zonasi wilayah perairan pesisir dilaksanakan melalui
pemberian izin pemanfaatan dan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir HP-3. Izin pemanfaatan diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kewenangan
masing-masing instansi terkait. 2
Hak Pengusahaan Perairan Pesisir HP-3 diberikan di kawasan perairan budidaya atau zona perairan pemanfaatan umum kecuali yang telah diatur secara tersendiri.
3 Pengaturan pengelolaan wilayah pesisir dimulai dari perencanaan, pemanfaatan,
pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pengakuan hak dan pemberdayaan masyarakat, kewenangan, kelembagaan, sampai pencegahan dan penyelesaian konflik.
Pengelolaan wilayah pesisir dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan ekologi, keterkaitan ekonomi, dan keterkaitan sosial budaya dalam satu bioekoregion dengan pulau
Gambar 45 Hasil overlay penangkapan ikan karang, budidaya rumput laut, dan zonasi RDTRKP di Gugus Pulau Batudaka
induk atau pulau lain sebagai pusat pertumbuhan ekonomi sehingga zonasi ini dapat diakomodir pemerintah daerah Kabupaten Tojo Una-Una.
Terumbu karang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata bahari, terutama menyelam dan snorkeling, serta merupakan lokasi
penangkapan ikan bagi masyarakat setempat. Berdasarkan analisis kesesuaian maupun secara aktual, kegiatan wisata dan perikanan maka harus menjadi perhatian dalam
rangka pengelolaaan zonasi wilayah pesisir Gugus Pulau Batudaka. Melalui peta hasil zonasi ini dapat diperkirakan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan pada zona-zona
tersebut terutama dalam rangka mengembangkan wilayah Gugus Pulau Batudaka. Pemanfaatan yang ada saat ini belum mengakomodasi bentuk pengendalian
pemanfaatan ruang sesuai zonasi, yakni pada zona-zona yang seharusnya membutuhkan pengendalian justru dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, perikanan, dan beberapa areal
mangrove yang terkonversi menjadi pemukiman, dan tambak. Hal tersebut sangat berbahaya untuk waktu mendatang apabila tidak segera dilakukan pengendalian
pemanfaatan ruang terutama untuk zona-zona yang seharusnya menjadi daerah konservasi perlindungan laut. Jika merujuk pada hasil analisis, perlu dilakukan upaya
pengendalian pemanfaatan ruang sehingga bahaya yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang dapat diatasi sedini mungkin. Selanjutnya untuk lebih memperdalam materi
zonasi perlu dilakukan konsultasi publik, yakni masyarakat berperan dalam melakukan evaluasi terhadap hasil zonasi dari analisis yang telah dilakukan pada daerah yang
bermasalah dengan pemanfaatan ruang pesisir PPK. Penggunaan ruangwilayah yang multiuse menimbulkan kompetisi, konflik, dan
perbedaan kepentingan, sehingga dengan penzonasian yang berfungsi untuk menclusterkan kegiatan yang sesuai dan memisahkan yang tidak sesuai. Pengalokasian
ruang laut belum menjadi kebijakan dalam perencanaan pembangunan, dan penzonaan ini didasarkan aktivitas dan fungsi-fungsinya. Pemanfaatan yang direkomendasikan oleh
RDTR Kepulauan Togean kurang memperhatikan kesesuaian lahan dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir di Gugus Pulau Batudaka. Dengan melihat hasil komparasi ini
sebaiknya perlu dilakukan revisi RDTR Kepulauan Togean dengan beberapa pertimbangan terutama terkait dengan perlindungan dan daya dukung lingkungan di
pesisir Gugus Pulau Batudaka.
Gambar 46 Hasil overlay wisata-perikanan dan zonasi RDTRKP di Gugus Pulau Batudaka
5.2 Analisis Daya Dukung Pemanfaatan Gugus Pulau Kecil
Analisis daya dukung ini menggunakan Ecological Footprint Analysis, ditujukan untuk pengembangan wisata dan perikanan dengan memanfaatkan
sumberdaya pesisir dan laut Gugus Pulau Batudaka secara lestari berdasarkan luas total kawasan yang sesuai untuk kegiatan tersebut. Analisis Tapak Ekologis
merupakan konsep untuk mencermati pengaruh impact manusia terhadap cadangan kekayaan dan kemampuan dukung bumi terutama SDA yang terbarukan yang masih
tersisa, dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya Wackernagel 2001. BiocapaciyBC digunakan untuk melihat seberapa besar
pengaruh manusia maupun sekelompok manusia terhadap kapasitas kekayaan sumberdaya alam terbarukan di bumi atau disebut juga areal potensial secara ekologis
di Gugus Pulau Batudaka. .
5.2.1 Daya Dukung Wisata
Total ecological footprintEF tiap wisatawan yang mengunjungi Gugus Pulau
Batudaka terdiri dari jumlah agregat komponen built-up land, fosil energy land, food dan fibre consumption meliputi pasture land, arable land, forest land dan sea space
dengan rata-rata waktu tinggal selama 5 hari. Asal wisatawan terbesar yang berkunjung di Gugus Pulau Batudaka pada Tahun 2008 berasal dari Indonesia,
Perancis dan Belanda. Komponen dari EF tersebut tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 47 Built-up land footprint EF lahan buatan
Kategori hacaptahun Persentase
Jalan 0.00122 6.18
Pelabuhan 0.00003 0.14
Akomodasi 0.00008 0.39 Aktivitas 0.01847
93.29 Total Footprint
0.01980 100.00
Sumber : Analisis Data 2011
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa rata-rata pemanfaatan lahan untuk wisata sebesar 185 m
2
tiap wisatawantahun. Hal ini berarti built-up land yang dihasilkan oleh aktivitas wisata sebesar 93.29, artinya sumberdaya dan ruang untuk
aktivitas wisatawan yang sedikit tiap tahunnya sehingga permintaan built-up perkapita menjadi besar. Footprint dari komponen food and fibre consumption
sebesar 3 007 m
2
yang dimanfaatkan setiap wisatawan untuk konsumsi sandang dan pangan selama berwisata di Gugus Pulau Batudaka Tabel 48.
Tabel 48 Footprint konsumsi sandang dan pangan
Asal Wisatawan Cropland
Pasture Forest
Fishing Ground hacapth
hacapth hacapth
hacapth
Indonesia 0.0379
0.0000 0.0182
0.0800 Perancis
0.0970 0.1280
0.0591 0.0850
Belanda 0.0924
-0.0120 0.0583
0.0000
Rata – rata 0.0758
0.0387 0.0452
0.0550
Area dalam satuan global 0.1992
0.0193 0.0601
0.022
Total EF sandang dan pangan 0.3007
Sumber : Analisis Data 2011
Footprint konsumsi sandang dan pangan dengan rata-rata kunjungan wisatawan selama 5 hari adalah 0.3007 ha atau 3 007 m
2
lahan yang dimanfaatkan untuk konsumsi sandang dan pangan selama berwisata di Gugus Pulau Batudaka.
Secara ringkas keenam komponen utama ruang produktif dalam perhitungan EF tertera pada Tabel 49.
Tabel 49 Total ecological footprint EF dan biocapacity BC Gugus Pulau Batudaka
Tipe Komponen
Eqivalen Faktor
ghaha Footprint
hacapth Area dalam
Ruang global ghacapth
Existing area ha
YF Biocapacity
ha Biocapacity
gha Energy Land
1.33 0.0001 0.0001
2.38 1.30
3.09 4.11 Built-up land
2.64 0.0198 0.0523
19.54 1.00
19.54 51.60 Cropland
2.64 0.0758 0.2000
453.28 1.70
770.58 2034.34
pasture land 0.50 0.0387
0.0193 173.30
2.20 381.26 190.63
forest land 1.33 0.0452
0.0601 1839.60
1.30 2391.47
3180.66 Seaspace
0.40 0.0550 0.0220
2610.00 0.60
1566.00 626.40 Total EF tiap wisatawan
0.2345 0.3538
5098.10 5131.96
6087.74 Total EF semua wisatawan 2 498.38
3 769.63 0.48
0.57
Daya Dukung
21 887
Sumber : Analisis Data 2011
Hasil perhitungan EF menunjukkan bahwa rata-rata perjalanan wisatawan ke Gugus Pulau Batudaka memerlukan 0.23 ha lahan atau sekitar 2 345 m
2
untuk
keperluan sumberdaya bagi wisatawan ke daerah tersebut dan dilihat dari sudut pandang global, maka perjalanan ke Gugus Pulau Batudaka memerlukan lebih dari
0.48 ha rata-rata ruang dunia untuk keperluan sumberdaya. Perhitungan Biocapacity menunjukkan bahwa komponen forest land memberikan kontribusi yang sangat besar
bagi ketersediaan lahan produktif Gugus Pulau Batudaka sebesar 2 391 ha, sedangkan komponen energy land memberikan kontribusi yang sangat kecil 3.09 ha. Hal ini
disebabkan wilayah daratan lebih luas dibandingkan terumbu karangnya dan kecilnya ketersediaan energi berhubungan dengan jumlah penduduk yang relatif
sedikit di wilayah tersebut. BC untuk tiap wisatawan secara lokal 0.48 hakapita dan 0.57 ghakapita, berdasarkan laporan WWF 2009 BC yang tersedia untuk Indonesia
sebesar 1.4 ghakapita dan secara global 2.1 ghakapita,dengan demikian kondisi BC Gugus Pulau Batudaka sekitar sepertiga kali BC nasional dan global, kondisi kegiatan
wisata di Gugus Pulau Batudaka mengalami yang disebut sebagai ecological reserve artinya area produktif secara biologi atau area potensial secara ekologis masih cukup
untuk menampung jumlah wisatawan yang datang berwisata. Pendekatan TEF ini menghasilkan jumlah wisatawan minimal berdasarkan
perhitungan input-output sumberdaya kebutuhan akan sumberdaya di pulau baik di lahan daratan dan perairan per tahun dengan dengan rata – rata lama kunjungan
wisata 5 hari, dan bila penyebaran wisatawan berdasarkan musim puncak kedatangan wisatawan Disbudpar 2008 maka Gugus Pulau Batudaka pada bulan Agustus dapat
menampung sekitar 1 933 orangbulan, namun fasilitas akomodasi yang ada hanya dapat menampung sekitar 200 orangbulan. Jika menggunakan pendekatan kehati-
hatian precautionary approach dalam pengelolaan sumberdaya, maka pendekatan TEF yang digunakan untuk menghitung daya dukung wisata di Gugus Pulau
Batudaka dikaitkan dengan penentuan kebijakan pengelolaan, banyaknya wisatawan yang diperkenankan mengunjungi kawasan Gugus Pulau Batudaka setiap tahun harus
mengacu pada hasil pendekatan TEF. Daya dukung CC pada tourism dapat dibedakan dua cara yaitu 1 melihat
kemampuan fisik wilayah tujuan wisata untuk menerima kunjungan sebelum dampak negatif timbul biophysical component dan 2 menemukan level dimana arus turis
m
4 a
T h
s y
E d
f C
t s
mengalami p behaviour
47, disajikan analisis GIS
Tota 0.2345 hak
Tahun 2009 ha. Bila di
selam, snork yakni sebesa
EF wisata le dimana sum
fungsi eko CapacityTC
tanpa menim saat yang sam
penurunan a turis itu sen
n gambaran KS.
Gambar 4 l Ef tiap wi
apita. Jika j 9 sebanyak 6
ibandingkan keling dan r
ar 277 ha ma ebih kecil da
mberdaya me ologisnya. D
CC didefini mbulkan dam
ma dan tidak akibat keterb
ndiri behavio luasan EF w
47 Perbandi isatawan ya
jumlah turis 628 orang D
dengan lua rekreasi pant
aka kondisi i ari luasan wis
emiliki kesem Daya duku
sikan sebag mpak tidak
k mengurang batasan kapa
oral compon wisatawan d
ingan EF wi ang mengunj
s yang meng Disbudpar 2
asan wisata tai di Gugus
ini disebut u sata kategori
mpatan untu ung di da
ai maksimum dapat pulih
gi kepuasan asitas yang
nent Savari dengan luasa
isatawan dan jungi Gugus
gunjungi Gu 2010 maka
dengan kate s Pulau Batu
undershoot a i sesuai sehi
uk memperb alam wisata
m jumlah tu dari ekosis
kunjungan muncul dar
iades 2000. an kesesuaia
n KS wisata s Pulau Bat
ugus Pulau B luasan EF s
egori sesuai udaka hasil
artinya pema ingga ada rua
aiki dan me a Touri
uris yang da stemlingkun
Davis and T 1
ri tingkah la . Pada Gamb
an wisata ha
tudaka sebes Batudaka pa
sebesar 138. i untuk wisa
l analisis GI anfaatan rua
ang dan wak empertahank
ism Carryi apat ditoleran
ngan dan pa Tisdell 1996
aku bar
asil
sar ada
95 ata
IS ang
ktu kan
ing nsi
ada .
5.2.2 Daya Dukung Perikanan
Kegiatan pemanfaatan sumberdaya harus selalu memperhatikan daya dukung lingkungan untuk keberlanjutannya. Penilaian keberlanjutan dari kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam dapat digunakan Analisis Ruang Ekologis Ecological Footprint AnalysisEFA, merupakan suatu konsep daya dukung yang menjelaskan
hubungan didasarkan pada tingkat pemanfaatan terhadap suatu sumberdaya dan luas lahan yang tersediabiocapacity Adrianto dan Matsuda 2004. Pendekatan ini dapat
diketahui berapa maksimal penggunaan sumberdaya dengan luas lahan yang tersedia
sehingga keberadaan ekosistem tetap lestari Adrianto 2006.
Analisis footprint di suatu wilayah penangkapan ikan dapat dihitung berdasarkan hasil tangkapan maksimum berbagai jenis ikan Gulland 1991. Hasil
tangkapan tersebut dikonversi dengan produktivitas primer berdasarkan trophic level berbagai jenis ikan yang tertangkap Ewing et al. 2008; WWF 2008. Indikator
Ecological footprint disebut juga indikator ecospace didefinisikan untuk menjawab seberapa besar area produktif dari daratan dan perairan sebagai sumberdaya bagi
keberlajutan hidup manusia secara langsung untuk standar kehidupan dan dengan teknologi Wackernegel 1996. Hal tersebut diasumsikan bahwa terdapat suatu
ukuran populasi yang optimal yang dapat didukung oleh sumberdaya tersebut Adrianto dan Matsuda 2004.
Produksi biomassa ikan di Gugus Batudaka Kecamatan Una-Una di dominasi oleh ikan tongkol, ikan lolosi dan ikan kakap Tabel 14, sementara di Kabupaten
Tojo Una-Una didominasi ikan tongkol, ikan kembung, ikan layar, ikan selar dan ikan teri Lampiran 1 Hasil perhitungan untuk indikator EF sistem perikanan di
Gugus Pulau Batudaka Kecamatan Una-Una EF Lokal dan Kabupaten Tojo Una- Una EF Regional untuk periode 2005-2008 Tabel 50 dan dan pehitungannya
dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
Tabel 50 Kebutuhan ruang ekologis sistem akuatik lokal dan regional
Karakteristik 2005
2006 2007
2008 Kecamatan Una-Una
PPR Coastal and Coral System kg
1 794 782 1 419 475
1 513 960 1 726 988
PPR Tropical Shelves kg 132 131
131 672 101 287
109 591 Jumlah Penduduk jiwa
12 287 12476
12811 13 106
EF km
2
kapita 0.05
0.04 0.04
0.04 Kebutuhan ruang km
2
5 938 4 727 4 998 5 694 Cakupan kali
20 16
17 19
Kabupaten Tojo Una-Una
PPR Coastal and Coral System ton
116 196 108 625
148 920 155 573
PPR Tropical Shelves ton 20 706
19 406 117 74.0
17 665 Jumlah Penduduk jiwa
125 691 126 918
129 708 131 283
EF km
2
kapita 0.3
0.3 0.4
0.4 Kebutuhan ruang km
2
3 981 3 722
4 936 5 217
Cakupan kali 70
65 86
91 Keterangan : Luas Kecamatan Una-Una 298 km
2
, Kabupaten Una-Una 5 722 km
2
Sumber : Analisis data 2010
EF lokal rata-rata sebesar 0.04 hakapita atau membutuhkan area seluas 53.39 ha atau sekitar 19 kali luas daratan Kecamatan Una-Una, sementara EF
regional sebesar 0.3 hakapita atau membutuhkan area seluas 4 464.02 ha atau sekitar 78 kali luas daratan Kabupaten Tojo Una-Una. Rendahnya kebutuhan ruang lokal
disebabkan kecilnya jumlah produksi perikanan Kecamatan Una-Una, hal ini berhubunan erat dengan alat tangkap yang digunakan hanya berupa pancing, jarring
ingsang, bubu dan bagan, sedangkan untuk alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Tojo Una-Una lebih beragam.
Produksi perikananjumlah tangkapan, populasi penduduk sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan ruang ekologis bagi kegiatan perikanan.
Berdasarkan analisis ruang ekologis pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk perikanan di Gugus Pulau Batudaka, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan ruang perairan sekitar
53.39 ha dengan pemanfaatan wilayah perairan untuk perikanan yang rendah yaitu sebesar 0.04 hakapita skala lokal dan 4 464.02 ha dengan pemanfaatan wilayah
perairan untuk perikanan sekitar 0.3 hakapita untuk skala regional. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat ruang ekologis yang dapat dilakukan untuk
kegiatan pemanfaatan perikanan dan merupakan indikator keberlanjutan bagi kegiatan perikanan di kawasan tersebut.
Tabel 51 Perbandingan kebutuhan ruang ekologis untuk perikanan antara Gugus Pulau Batudaka dengan daerah lain
NegaraDaerahPulau EF untuk Perikanan
Kebutuhan Area
Sumberdaya Globala 0.30
2.3 x 10
6
Hongkong b 0.20
14 220 km
2
Guernsey UKc 1.41
84 000 km
2
Japan d 1.90
- Yoron Islands Japan e
0.014 87 168 km
2
Gugus Pulau Batudaka 0.0004
5 339 km
2
Kabupaten Tojo Una-Una 0.003 446 402 km
2
sumber : a WWF 2002 ; b Warren-Rhodes and Koenig 2001; c Chambers et al. 2000; d Wada 1999; e Adrianto and Matsuda 2004
Dibandingkan dengan daerah lain, EF perikanan Gugus Pulau Batudaka Kecamatan Una-Una maupun Kabupaten Tojo Una-Una lebih kecil dibanding
Hongkong 0.2 km
2
kapita, Guernsey UK 1.41 km
2
kapita maupun Yoron Island Japan 0.014 km
2
kapita. Tabel 49 mempresentasikan perbandingan EE untuk perikanan lokal mapun regional dengan beberapa daerah lain di dunia. EF merupakan
penilaian total wilayah bioproduktif yang dibutuhkan untuk keberlanjutan di bumi yang menggambarkan aktivitas manusia dengan menghitung tiga fungsi ekosistem
meliputi suplai sumberdaya, absorbs limbah dan ruang untuk infrastruktur Haberl et al. 2004. Pada Gambar 48, disajikan gambaran luasan EF perikanan dengan luasan
kesesuaian penangkapan ikan karang hasil analisis GIS KS
P 2
d
p p
m P
b o
l d
e l
EF p Pulau Batud
2009 maka dengan kate
hasil analisi pemanfaatan
penangkapan memiliki ke
Pengelolaan beberapa fa
oseanografi, lainnya. Hal
dalam mene ekosistem s
lahan. Gambar 48
perikanan lo daka Kecama
luasan EF p egori sesuai
is GIS yakn n ruang EF
n ikan kar esempatan un
n wilayah pe aktor antara
, memiliki k l tersebut me
entukan prio setempat dan
8 Perbandin okal sebesar
atan Una-Un perikanan s
untuk pena ni sebesar 84
F perikanan ang sehingg
ntuk mempe esisir dan pu
a lain kon arateristik su
erupakan ba oritas peman
n kemampu ngan EF peri
r 0.04 haka na pada Tah
sebesar 5.5 h angkapan ik
45 ha maka k lebih keci
ga ada rua erbaiki dan
ulau-pulau k ndisi wilaya
umberdaya y ahan pertimb
nfaatan sum uan daya du
ikanan dan K apita. Jika
hun 2009 seb ha. Bila dib
kan karang d kondisi ini d
l dari luasa ang dan wa
mempertaha kecil sangat
ah yang d yang berbed
bangan bagi mberdaya yan
ukung lingk KS perikanan
jumlah pen banyak 1310
bandingkan di Gugus Pu
disebut under an kategori
aktu dimana ankan fungs
penting, dis dipengaruhi
da antara satu para pengam
ng sesuai d kungan serta
n nduduk Gug
06 orang BP dengan luas
ulau Batuda rshoot artin
sesuai unt a sumberda
si ekologisny sebabkan ol
oleh kond u dengan ya
mbil kebijak dengan kond
a kemampu 79
gus PS
san aka
nya tuk
aya ya.
leh disi
ang kan
disi uan