Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
kriteria tersebut adalah Lembar Kerja Siswa LKS. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dengan beberapa guru dan siswa SMA yang menyatakan bahwa LKS
membantu siswa dalam pembelajaran fisika karena materi di dalam LKS ringkas dan mudah dipahami. LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana yang dikatakan Nessa Anugra Rahmi yang menyatakan LKS
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa.
8
Menurut Erdal Taslidere, LKS merupakan bahan ajar yang sangat penting dalam membantu siswa untuk mengkonstruk pengetahuan yang mereka pikirkan
sendiri dan mendorong siswa untuk berpartisipasi di dalam aktivitas kelas.
9
Selain itu, LKS termasuk media pembelajaran cetak yang dapat digunakan untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
10
LKS juga dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis mudah
dipahami sehingga mudah menarik perhatian siswa, serta dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin
tahu.
11
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, LKS merupakan salah satu bahan ajar yang cocok untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Penyusunan LKS sebaiknya dilakukan sendiri oleh seorang guru, karena berdasarkan temuan di lapangan hasil wawancara dengan beberapa guru fisika dan
siswa SMA, LKS yang beredar di sekolah kurang sesuai dengan kebutuhan siswa. LKS yang biasa digunakan siswa kurang mengedepankan dan melatih
kemampuan menganalisis maupun kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, LKS yang biasa digunakan siswa kurang menarik dan monoton, sehingga
membuat siswa bosan dan sulit memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, LKS
8
Nessa Anugra Rahmi, dkk., Pengaruh Lembar Kerja Siswa Berbasis PQ4R terhadapa Hasil Belajar IPA Fisika Kelas VIII SMP N 1 Linggo Sari Baganti, Pillar Of Physics Education, 2,
2013, h. 115.
9
Erdal Taslider, The Effect of Concept Cartoon Worksheets on Stude nts’ Conceptual
Understandings of Geometrical Optics, Educaion and Science, 38, 2013, pp. 145.
10
Fitriyati, dkk., Pengembangan LKS Fisika SMA Kelas X Semester II dengan Website Online Berbasis Contextual Teaching Learning, Radiasi, 3, h. 8.
11
Isnaningsih, Penerapan Lembar Kegiatan Siswa LKS Discovery Berorientasi Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia JPII, 2, 2013, h. 138.
5
sebaiknya dibuat dan disusun oleh guru yang bersangkutan, agar LKS dapat dikembangkan dan didesain sesuai dengan kebutuhan siswa.
Penyajian LKS dapat dikembangkan dengan berbagai macam inovasi. Terdapat berbagai macam inovasi baru yang dapat diterapkan dalam penulisan
LKS diantaranya memadukan LKS dengan model problem solving. Model problem solving dirasa cukup tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir
analisis, karena melalui metode ini diberikan prosedur pemecahan masalah dengan berbagai pendekatan atau model
12
. Menurut Polya ada 4 langkah dalam model problem solving yaitu: 1
memahami masalah understanding, 2 menentukan rencana strategi penyelesaian masalah planning, 3 menyelesaikan strategi penyelesaian
masalah solving, dan 4 memeriksa kembali jawaban yang diperoleh checking.
13
Menurut Kokom Komariah model problem solving Polya sangat tepat untuk diterapkan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran ini dimulai dengan pemberian masalah, kemudian siswa berlatih memahami, menyusun strategi dan
melaksanakan strategi sampai dengan menarik kesimpulan.
14
Hal ini sesuai dengan teori belajar penemuan menurut Jerome Bruner. Menurut Bruner belajar
penemuan dilakukan dengan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-
benar bermakna.
15
Oleh karena itu model pemecahan masalah problem solving menurut Polya, dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuan menganalisis. Berdasarkan karakteristik model problem solving, konsep yang dipilih pada
penelitian ini adalah konsep fluida dinamis, karena merupakan salah satu konsep
12
Ikhwanuddin, dkk, Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis, Jurnal Kependidikan, 9, 2010, h. 216.
13
G. Polya, How To Solve I, 2
nd
ed. t, New Jersey: Princeton University Press,1957, p. xvi-xvii.
14
Kokom Komariah, Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J di SMPN 3
Cimahi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA UNY, 2011, h. 182.
15
Ratna Wilis., Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 79.
6
fisika yang memiliki karakteristik dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Jika dilihat dari Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD, konsep
fluida dinamis merupakan salah satu konsep fisika yang memerlukan kemampuan menganalisis. Selain itu, berdasarkan temuan di lapangan konsep fluida dinamis
juga merupakan salah satu konsep yang dianggap sulit oleh sebagian siswa. Sebagian siswa menganggap konsep fluida dinamis bersifat matematis dan sulit
dipahami karena memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hal tersebut, konsep fluida dinamis dianggap sesuai dengan penelitian ini.
Melihat pentingnya penggunaan LKS dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa pada konsep fluida dinamis, maka peneliti
merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS Berbasis Model
Problem Solving Polya pada Konsep Fluida Dinamis terhadap Kemampuan Menganalisis
Siswa”. B.
Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan analisis siswa SMA pada mata pelajaran fisika relatif masih
rendah. Hal ini tidak sesuai dengan tuntutan SK dan KD pada kurikulum 2006 KTSP yang sebagian besar adalah kemampuan analisis.
2. Kemampuan analisis dalam pembelajaran fisika kurang dikembangkan. Hal
ini bisa dilihat pada kemampuan analisis siswa yang relatif rendah. 3.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa LKS pada mata pelajaran fisika SMA yang biasa digunakan oleh siswa kurang melatih kemampuan menganalisis.