104 mendukung pernyataan tersebut. “Bisa, asalkan mau memperhatikan
pelajarannya” Peserta didik yang belum memiliki nilai maksimal bukan berarti tidak
mengalami peningkatan. Tolok ukur keberhasilan tidak hanya dilihat dari peningkatan nilai keterampilan membaca saja melainkan juga peningkatan pada
aspek keaktifan dalam pembelajaran bahasa Jerman. Dari saran-saran yang telah dikemukakan oleh peserta didik melalui angket, peneliti dengan segala
keterbatasan mengupayakan tindakan yang sesuai dengan hasil kolaborasi antara pendidik dan peneliti.
Hasil yang diperoleh dari prestasi belajar keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran telah
mencapai indikator sesuai harapan. Oleh karena itu peneliti dan pendidik memutuskan untuk tidak meneruskan ke siklus selanjutnya.
D. Tolok Ukur Keberhasilan 1 Keberhasilan Produk
Berdasarkan data nilai peserta didik kelas XI IPS 1 terdapat peningkatan yang cukup baik. Pada saat tes pra tindakan persentase ketuntasan peserta didik
mencapai 62,5 atau sebanyak 15 peserta didik yang memenuhi KKM dari 24 jumlah peserta didik yang mengikuti tes pra tindakan, nilai rata-rata mencapai
76,02. Pada pelaksanaan tes siklus pertama persentase ketuntasan peserta didik mencapai 88,88, atau sebanyak 24 peserta didik yang memenuhi KKM dari 27
105 jumlah peserta didik yang mengikuti tes siklus I, nilai rata-rata mencapai 84,82.
Pada pelaksanaan tes siklus kedua diketahui peningkatan persentase ketuntasan peserta didik yang signifikan. Sebanyak 96,29 atau sebanyak 26 peserta didik
yang memenuhi KKM dari 27 jumlah peserta didik yang mengikuti tes siklus II. Populasi kelas telah memenuhi nilai KKM dengan menyisakan 1 peserta didik
yang nilainya belum tuntas. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus kedua mencapai 88,66.
2 Keberhasilan Proses
Keberhasilan proses ditunjukkan dengan dinamika keaktifan peserta didik di kelas. Keaktifan peserta didik terus meningkat pada setiap pertemuan. Pada saat
sebelum tindakan persentase keaktifan peserta didik mencapai 45,23 dan rerata sebesar 4,07. Peningkatan skor keaktifan mulai tampak selama berlangsungnya
siklus pertama dan siklus kedua. Presentase keaktifan peserta didik pada tindakan 1 siklus I meningkat menjadi 45,77 dan rerata sebesar 4,12, tindakan 2 siklus I
49,38 dan rerata sebesar 4,44, tindakan 3 siklus I sebesar 56,79 dan rerata 5,11. Pada saat tindakan 1 siklus II meningkat menjadi 56,88 dan rerata sebesar
5,12, dan tindakan 2 siklus II mencapai 64,19 dan rerata sebesar 5,77. Peningkatan-peningkatan yang terjadi pada persentase rerata keaktifan ini
menunjukkan penerapan teknik PORPE selama tindakan memberikan pengaruh besar pada peserta didik untuk turut serta aktif selama proses pembalajaran.
106
E. Tanggung Jawab Pendidik
Penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2
Banguntapan
Bantul melalui teknik PORPE Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate” telah dilaksanakan dalam dua siklus.
Adapun kekurangan-kekurangan dan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka sebaiknya menjadi tanggung jawab pendidik untuk di jadikan
masukan dalam penerapan teknik ini di kemudian hari. Dengan demikian mempertimbangkan untuk melanjutkan dan memperbaiki teknik PORPE Predict,
Organize, Rehearse, Practice, Evaluate supaya lebih variatif dan inovatif, untuk
selanjutnya dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca bahasa Jerman melalui teknik PORPE Predict, Organize, Rehearse,
Practice, Evaluate peserta didik kelas XI SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul
adalah sebagai berikut. 1. Peneliti merupakan peneliti pemula, sehingga penelitian ini jauh dari
sempurna.