55 keterampilan membaca bahasa Jerman berlangsung. Wawancara pendidik
dilakukan untuk mengetahui gambaran proses belajar mengajar bahasa Jerman secara umum dan proses pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman
secara khusus. Dari wawancara dengan pendidik dapat diketahui berbagai masalah yang timbul saat mengajar, sehingga peneliti bersama pendidik dapat berdiskusi
dan berkolaborasi dalam merumuskan langkah-langkah guna memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar bahasa Jerman.
a. Deskripsi Data Observasi
Observasi dilaksanakan dua kali dan berlangsung di kelas XI IPS 1. Observasi pertama dilaksanakan pada hari Senin 18 Juli 2016, observasi kedua
dilaksanakan pada hari Senin 25 Juli 2016. Berikut penjabaran hasil observasi. 1 Observasi Terhadap Pendidik
Pendidik membuka pelajaran dengan salam, yang di sampaikan dalam bahasa Jerman. Pendidik menanyakan siapa saja peserta didik yang tidak hadir
hari ini, kemudian pendidik menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Pendidik mengajar berdasarkan
RPP yang sudah disusun sebelumnya, materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah Familie. Selama proses pelaksanaan belajar mengajar berlangsung
pendidik sering melibatkan peserta didik dengan cara memberi pertanyaan- pertanyaan dan membimbing peserta didik dalam menjawab, karena tidak semua
peserta didik dapat menangkap maksud pertanyaan pendidik dengan
56 menggunakan bahasa Jerman, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan kecil maka
dapat memancing kreatifitas peserta didik. Apabila peserta didik belum paham maka pendidik akan membimbing
dengan cara mengucapkan kata kunci ke dalam bahas Inggris, jika belum paham juga maka pendidik akan membimbing menggunakan bahasa Indonesia. Pendidik
tidak sungkan untuk memuji jawaban peserta didik yang tepat dengan “gut”, “genau”, “richtig”, “prima”.
Apabila ada jawaban peserta didik yang belum tepat, pendidik segera membenarkan agar kesalahan peserta didik tidak berlanjut.
Pendidik merupakan sosok yang komunikatif, santai dalam menyampaikan materi namun serius. Dalam mengajar bahasa yang digunakan pendidik adalah bahasa
Jerman, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Pendidik dapat menguasai kelas dengan baik, namun pendidik hanya bergerak di sekitar papan
tulis sehingga peserta didik yang berada dibelakang menjadi gaduh dan kurang memperhatikan.
Untuk mengatasi peserta didik yang tidak memperhatikan maka pendidik tidak segan-segan menegur atau memberi hukuman berupa pertanyaan kecil
mengenai materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Dalam proses belajar mengajar pendidik menggunakan teknik Drill dalam pembelajaran keterampilan
membaca, yaitu dengan memberi contoh pelafalan dan intonasi kata atau frasa dalam bahasa Jerman kemudian peserta didik diminta untuk menirukan yang telah
di ucapkan pendidik. Pendidik belum menggunakan metode atau teknik khusus dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Pembelajaran diakhiri
57 dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila terdapat
hal yang belum dimengerti dari materi yang telah dibahas. Pendidik biasanya memberikan evaluasi berupa latihan soal untuk mengukur kemampuan peserta
didik setelah menerima materi. Diakhir pembelajaran pendidik dan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan mengenai materi yang telah dipelajari. Pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup “Aufwiedersehen” “Tschuss”. Secara
keseluruhan pendidik dapat mengelola waktu dan kelas dengan baik. Hal ini terlihat saat pendidik membuka, menerangkan dan menutup pelajaran.
2 Observasi Terhadap Peserta Didik Jumlah peserta didik kelas XI IPS 1 adalah 28 peserta didik dengan 12
peserta didik laki-laki dan 16 peserta didik perempuan. Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jerman terlihat sangat kurang. Saat
pendidik bertanya seputar materi kebanyakan peserta didik tidak bisa menjawab pertanyaan pendidik. Peserta didik cenderung tidak percaya diri dalam menjawab
pertanyaan dan melempar pertanyaan pendidik ke teman lainnya sehingga membuat kegaduhan di dalam kelas. Peserta didik terlihat lebih pasif dalam
pembelajaran bahasa Jerman. Ketika pembelajaran bahasa Jerman berlangsung terdapat pula peserta didik yang tidak berkonsentrasi penuh dengan pelajaran, ada
yang diam-diam bermain telepon genggam, ada yang curi-curi kesempatan mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Peserta didik terlihat tidak siap saat diberi
58 pertanyaan oleh pendidik, sehingga pendidik harus menegur peserta didik tersebut
kemudian membimbing untuk menjawab pertanyaan dan dibantu oleh teman lainnya.
Interaksi antara peserta didik dan pendidik sudah baik, hal ini terlihat pada peserta didik yang tetap menghargai pendidik menyampaikan materi pembelajaran
meskipun peserta didik sebenarnya tidak memperhatikan penuh pelajaran. Apabila peserta didik diberi pertanyaan biasanya peserta didik dibantu oleh teman-
temannya untuk menjawab, peserta didik lebih menyukai menjawab pertanyaan secara bersama-sama.
Dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik masih mengalami kesulitan. Saat diberi sebuah teks peserta didik belum dapat
mencari informasi tertentu, informasi umum atau rinci, menjawab pertanyaan dari teks yang dibaca sehingga belum dapat memahami makna dari teks yang dibaca.
Peserta didik kesulitan dalam menerjemahkan teks ke dalam bahasa Indonesia, oleh karena itu pendidik membantu dengan memberikan kata-kata kunci dalam
bahasa Inggris. Selain itu peserta didik diperbolehkan membuka kamus pada telepon genggam karena peserta didik tidak memiliki kamus pegangan. Pendidik
harus berulang kali menjelaskan agar peserta didik dapat menjawab pertanyaan, beberapa peserta didik lainnya lebih suka menanyakan kesulitan pada teman
lainnya. Peserta didik saling membantu saat menemukan kesulitan mereka masing-masing.
59 Keaktifan peserta didik dapat diamati ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Adapun indikator keaktifan individu ditentukan oleh : 1 Indikator A : peserta didik mengajukan pertanyaan. 2 Indikator B: Peserta didik bekerja
sama dalam diskusikelompok. 3 Indikator C: Peserta didik menyampaikan informasipendapatjawaban. Berikut adalah tabel observasi keaktifan peserta
didik kelas XI IPS 1.
Tabel 12: Frekuensi Kemunculan Indikator Keaktifan Peserta Didik sebelum
Tindakan No
Presensi Indikator Keaktifan
Jumlah Skor
Keaktifan Individu
A B
C 1
1 1
1 3
33,33 2
1 2
1 4
44,44 3
1 2
1 4
44,44 4
2 1
1 4
44,44 5
1 1
1 3
33,33 6
1 2
2 5
55,55 7
2 1
2 5
55,55 8
2 1
1 4
44,44 9
2 3
2 7
77,77 10
1 1
1 3
33,33 11
3 1
1 5
55,55 12
1 2
1 4
44,44 13
1 1
1 3
33,33 14
1 1
2 4
44,44 15
1 1
1 3
33,33 16
1 2
2 5
55,55 17
2 1
1 4
44,44 18
1 1
1 3
33,33 19
1 3
1 5
55,55 20
1 2
1 4
44,44 21
1 1
1 3
33,33 22
1 1
2 4
44,44 23
1 1
1 3
33,33 24
2 2
2 6
66,66 25
1 1
2 4
44,44
60 26
1 1
1 3
33,33 27
2 1
2 5
55,55 28
2 1
1 4
44,44
Rerata 1,35
1,39 1,32
4,07 Persentase 45,23
46,42 44,04
45,23
Keterangan: A: Bertanya kepada peserta didik atau pendidik
B: Turut bekerjasama dalam diskusipendapatjawaban C: Menyampaikan informasipendapatjawaban
Skor: 3 Sering, 2 Kadang-kadang, 1 Jarang Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik kurang
aktif dalam pembelajaran bahasa Jerman. Hal tersebut terlihat dari persentase keaktifan rata-rata yang tidak mencapai 50. Peserta didik hanya mencatat dan
beberapa peserta didik yang berada di barisan depan sajalah yang menjawab pertanyaan dari pendidik. Peserta didik lainnya terlihat pasif dan belum memberi
pendapat sebagai wujud timbal balik terhadap penyampaian materi oleh pendidik. Setelah pelaksanaan observasi, peneliti melakukan pre test keterampilan
membaca bahasa Jerman yang sebelumnya sudah diuji cobakan di kelas XI IPS 3.
Tabel 13: Nilai Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Peserta didik sebelum
tindakan.
No Presensi Nilai Keterampilan
Membaca 1
58,8 2
85,2 3
79,4 4
70,5 5
85,2 6
82,3 7
70,5 8
76,4 9
85,2 10
- 11
82,3
61 12
70,5 13
79,4 14
82,3 15
82,3 16
82,3 17
- 18
70,5 19
82,3 20
- 21
- 22
67,7 23
38,2 24
85,2 25
88,2 26
70,5 27
79,4 28
70
Rerata 76,02
Keterangan: Kriteria Ketuntasan Minimal KKM: 76
Belum Tuntas Berdasarkan data yang tercantum pada tabel dapat diketahui bahwa 15
peserta didik atau sebesar 62,5 dari seluruh peserta didik memiliki nilai sudah tuntas KKM, sedangkan sebanyak 9 peserta didik atau sebesar 37,5 dari seluruh
peserta didik memiliki nilai di bawah KKM.
3 Observasi Terhadap Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul memiliki tiga tingkatan kelas yaitu
kelas X, XI, dan XII. Masing-masing tingkatan terdiri dari delapan kelas. Semua kelas dalam kondisi rapi dan cukup bersih sehingga sudah menunjang proses
KBM di Sekolah, masing-masing kelas terdapat LCD-proyektor. SMA Negeri 2
62 Banguntapan Bantul terletak jauh dari keramaian sehingga situasi sekolah menjadi
kondusif. Suasana sekolah cukup tenang guna dilaksanakanannya proses belajar mengajar. Sekolah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap,
diantaranya ruang kelas, ruang TU, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium komputer, laboratorium fisika, laboratorium bahasa tetapi dialih
fungsikan menjadi tempat penyimpanan barang, lapangan upacara, lapangan basket, mushola, kantin, perpustakaan, UKS, gudang dan ruang piket.
SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul adalah sekolah Adiwiyata, sehingga sekolah memiliki banyak pepohonan dan tanaman tanaman yang terawat. Setiap
ruang kelas terjaga kerapian dan kebersihannya. Kelas XI IPS 1 memiliki 30 meja dan 30 kursi untuk peserta didik serta satu meja dan satu kursi untuk pendidik. Di
dinding depan kelas terdapat gambar garuda, gambar presiden, gambar wakil presiden, papan tulis, jadwal piket, layar LCD gulung dan sepasang speaker. Di
sebelah kiri depan kelas terdapat meja dan kursi pendidik. Di belakang kelas terdapat denah tempat duduk peserta didik, jam dinding, rak kayu dinding.
Menurut peneliti sarana dan prasarana yang terdapat di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul sudah cukup untuk menunjang jalannya kegiatan
pembelajaran bahasa Jerman.
4 Observasi Terhadap Pelaksanaan Belajar Mengajar Dalam proses belajar mengajar menggunakan teknik Drill, tanya jawab,
diskusi, pemberian tugas dan latihan. Metode yang diterapkan oleh pendidik
63 masih metode konvensional dimana pendidik masih menjadi pusat perhatian
sedangkan peserta didik lebih banyak diam dan mendengarkan. Buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah Ich liebe Deutsch. Buku ajar tersebut
tersedia di perpustakaan dan peserta didik meminjam setiap kali ada pelajaran bahasa Jerman. Peserta didik tidak memiliki kamus pegangan, namun hampir
sebagian besar peserta didik memiliki kamus offline maupun online di Handphone masing-masing.
b. Hasil Wawancara dengan Pendidik
Wawancara dengan pendidik dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016. Dari hasil wawancara dengan pendidik, peneliti memperoleh gambaran umum tentang
proses KBM beserta permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Jerman, khususnya pembelajaran keterampilan membaca. Adapun permasalahan
yang teridentifikasi dari hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut. 1 Motivasi dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar masih
belum tinggi. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan pendidik, “saya katakan tadi mungkin kalau pagi hari siswanya bisa, masih fresh masih
aktif, tapi berbeda dengan siang hari agak gimana yaa capek bisa atau perhatiannya sudah berkurang”.
2 Peserta didik masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan kurangnya motivasi. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh pendidik,
64 ”ya kalo siang mungkin metode dan medianya berbeda dengan yang pagi.
Jadi bisa dengan media yang lain yang lebih menarik, kalo pagi misal dengan teks, kalo siang misal dengan slide atau LCD”.
3 Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam keterampilan membaca bahasa Jerman. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik,
“kendalanya itu mereka belum mengenal karena baru pertama kali belum mengenal bahasa Jerman sehingga pengucapannya kemudian buku-bukunya
juga bacaannya sebagian belum pernah dia baca dari SMP tho, jadi dia memang betul-betul baru merupakan kendala juga, yang kedua juga
motivasinya anak-anak juga kurang karena dianggap sebatas bahasa asing yang mungkin keperluannya tidak begitu diperlukan”.
4 Peserta didik belum percaya diri dalam membaca menggunakan bahasa Jerman. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan pendidik,
“yaa sikap anak-anak itu sesuai dengan…mungkin bisa juga macem-macem. Ada yang memperhatikan, ada yang antusias tapi ada juga yang kurang
memperhatikan, tergantung nanti juga bisa diperngaruhi oleh situasinya. Pagi hari siang hari itu akan berbeda-beda”.
5 Pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik masih belum optimal. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh pendidik,
“kalo dikatakan optimal ya tidak semuanya karena baru sebagian. Keinginan anak juga motivasinya berbeda-beda juga. Ada yang optimal ada yang
belum”.
65 6 Proses belajar mengajar selama ini dirasa monoton dan kurang variatif
dikarenakan belum menggunakan metode pembelajaran yang lain. berikut adalah kutipan pendidik,
“ya untuk teknik khusus saya tidak ada, secara umum saja metode langsung, tugas. Teknik tekniknya mungkin hanya kalo membaca secara bergantian, jadi
nanti yang lain menyimak dan sebagainya”.
.
c. Hasil Angket Peserta Didik
Penelitian ini menggunakan jenis angket terbuka. Peneliti membagikan angket kepada peserta didik sebanyak tiga kali. Angket pertama dibagikan
sebelum tindakan, angket kedua setelah siklus pertama selesai dilakukan, dan angket ketiga diberikan pada saat siklus kedua selesai dilakukan. Angket pertama
dilakukan sebelum melakukan tindakan pertama pada siklus I yaitu pada tanggal 1 Agustus 2016, pengisian angket pertama dilaksanakan bersamaan dengan pre tes.
Angket kedua diberikan pada tanggal 6 September 2016 setelah dilakukannya tes evaluasi siklus I dan angket ketiga diberikan setelah dilakukannya tes evaluasi
siklus II pada tanggal 11 Oktober 2016. Dari hasil pengisian angket, peneliti melakukan analisis untuk mengetahui
kondisi subjek penelitian serta mengidentifikasi masalah. Adapun hasil pengisian angket yang telah diberikan kepada peserta didik adalah sebagai berikut.
Pada saat penyebaran angket 1 peserta didik yang hadir sebanyak 24 peserta didik.
66 a Sebesar 100 atau sebanyak 24 peserta didik menyatakan belum pernah diajar
menggunakan teknik PORPE. Dapat disimpulkan bahwa teknik PORPE belum pernah digunakan pendidik untuk mengajar bahasa Jerman di kelas XI IPS 1.
Berikut adalah kutipan dari salah satu peserta didik. “Belum”
b Adapun jawaban peserta didik mengenai metode pembelajaran yang diterapkan pendidik dalam mengajar keterampilan membaca bahasa Jerman bervariasi
antara lain sebesar 58,33 atau 14 peserta didik menyatakan metode yang digunakan pendidik berupa hafalan, sebesar 41,66 atau 10 peserta didik
menyatakan metode yang digunakan pendidik berupa penjelasan atau ceramah. Berikut adalah kutipan dari salah satu peserta didik.
“Mendengar, membaca, menghafal, latihan mengerjakan soal” c Sebesar 91,66 atau 22 peserta didik menyatakan mengalami kesulitan pada
pembelajaran bahasa Jerman dan sebesar 8,33 atau 2 peserta didik menyatakan tidak mengalami kesulitan pada pembelajaran bahasa Jerman.
Berikut adalah kutipan dari salah satu peserta didik. “Ja, memahami bacaan”
d Sebesar 75 atau 18 peserta didik menyatakan mengalami kesulitan pada pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman, Sebesar 4,1 atau 1
peserta didik menyatakan kadang-kadang mengalami kesulitan pada pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman, sebesar 20,83 atau 5
67 peserta didik menyatakan tidak mengalami kesulitan pada pembelajaran
keterampilan membaca bahasa Jerman. Berikut adalah kutipan dari salah satu peserta didik.
“Dlm membaca, mengartikan” e Sebesar 95,83 atau 23 peserta didik menyatakan bersedia diajar dengan
menggunakan teknik PORPE pada pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman, dan sebesar 4,16 atau 1 peserta didik menyatakan tidak tahu.
Berikut adalah kutipan dari salah satu peserta didik. “Bersedia jika dengan teknik PORPE menjadi lebih mudah dipahami”
f Harapan peserta didik dengan diterapkannya teknik PORPE dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman bervariasi antara lain
sebesar 62,5 atau sebanyak 15 peserta didik berharap agar dapat lebih cepat dan mudah untuk memahami mengenai bahasa Jerman, sebesar 33,33 atau
sebanyak 8 peserta didik berharap agar dapat meningkatkan membaca bahasa Jerman dan sebesar 4.16 atau sebanyak 1 peserta didik menjawab tidak tahu.
Berikut adalah kutipan dari salah satu peserta didik. “Lebih memahami bacaan dalam bahasa Jerman”
Berdasarkan hasil angket peserta didik di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik masih mengalami berbagai kendala dalam mengikuti proses
pembelajaran bahasa Jerman, kendala yang dialami sebagian besar peserta didik adalah kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Jerman dan
68 keterampilan membaca bahasa Jerman. Peserta didik juga menyatakan belum
pernah diajar dengan menggunakan teknik PORPE.
2. Prosedur Penelitian A. Siklus I
Peneliti dan pendidik berkolaborasi merencanakan tindakan siklus 1, tahap-tahap tindakan disusun dengan menggunakan model siklus Kemmis dan
Taggart. Model penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat langkah utama, meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
1 Perencanaan
Perencanaan siklus I diawali dengan identifikasi masalah. Masalah diidentifikasi dari observasi, wawancara pendidik dan peserta didik, serta angket
peserta didik pra tindakan. Subjek penelitian yang ditetapkan pada penelitian ini adalah kelas XI IPS 1. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pengisian
angket peserta didik terdapat permasalahan yang teridentifikasi dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Selanjutnya, peneliti dan
pendidik berkolaborasi dan berdiskusi untuk memilih, membatasi dan mempertimbangkan masalah agar dapat segera ditangani. Oleh karena itu,
pendidik dan peneliti sepakat untuk memfokuskan penyelesaian masalah yang terkait dengan pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Masalah
tersebut adalah 1 prestasi belajar peserta didik dalam keterampilan membaca
69 bahasa Jerman belum optimal 2 keaktifan belajar peserta didik dalam belajar
bahasa Jerman masih rendah 3 pembelajaran keterampilan membaca yang dilakukan pendidik belum variatif.
Berdasarkan masalah yang sudah dipilih, maka pendidik dan peneliti berkolaborasi menyusun pemecahan masalah untuk pembelajaran bahasa Jerman.
Peneliti dan pendidik menentukan beberapa gagasan pemecahan masalah sebagai berikut. 1 pendidik berupaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan
cara memberikan teks dan latihan sehingga dapat melatih kemampuan membaca bahasa Jerman peserta didik 2 pendidik berupaya mendorong peserta didik agar
aktif dalam kegiatan membaca bahasa Jerman dengan menerapkan teknik PORPE, dengan teknik PORPE pendidik dapat melibatkan peserta didik membaca efektif
secara langsung. Diasumsikan keaktifan peserta didik terlibat dalam pembelajaran bahasa Jerman meningkat dan juga permasalahan dalam keterampilan membaca
bahasa Jerman dapat teratasi 3 menggunakan teknik PORPE dalam pembelajaran.
Langkah selanjutnya pendidik dan peneliti mendiskusikan implementasi teknik PORPE dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman.
Teknik PORPE sebagai teknik pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik. Peneliti menjelaskan kepada pendidik
bagaimana menggunakan teknik PORPE dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Realisasi teknik ini adalah dengan memantau peserta
didik melalui tahap-tahap dalam teknik PORPE. Pendidik dan peneliti kemudian
70 menetapkan indikator keberhasilan tindakan, indikator keberhasilan mencakup
keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Indikator keberhasilan proses mencakup keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran keterampilan
membaca bahasa Jerman, kriteria keaktifan peserta didik merujuk pada teori yang relevan. Keberhasilan proses meliputi 1 Mengajukan pertanyaan kepada peserta
didik atau pendidik 2 turut bekerjasama dalam diskusipendapatjawaban 3 menyampaikan informasipendapatjawaban. Keberhasilan produk ditentukan oleh
prestasi belajar keterampilan membaca bahasa Jerman. Pada tahap perencanaan ini juga dilakukan penyusunan rencana
pembelajaran menggunakan teknik PORPE. Penyusunan RPP menggunakan kurikulum KTSP dengan materi yang sesuai pada semester 1 kelas XI yaitu
Familie .
2 Pelaksanaan
Tindakan 1 siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Agustus 2016, tindakan 2 siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 Agustus 2016, dan
tindakan 3 siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 30 Agustus 2016. Tiap pertemuan dilaksanakan selama 2x45 menit. Pada tahap ini pendidik bertindak
sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran di dalam kelas, sedangkan peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan observer.
Pada siklus I terdapat 3 kali tindakan dan 1 kali pertemuan untuk diadakan tes evaluasi siklus I. berikut ini tabel masing-masing tindakan yang telah
dilaksanakan pada siklus I