peningkatan yang cukup signifikan. Rata-rata nilai hasil belajar pada kondisi awal 56,9, meningkat di siklus I setelah menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual menjadi 61,7, dan siklus II meningkat menjadi 82,1. Persentase ketuntasan siswa kondisi
awal terdapat 7 siswa 24,1 dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi 12 siswa 41,4 dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus I dan
siklus II meningkat menjadi 27 siswa 89,7 dari jumlah keseluruhan siswa.
Peningkatan yang
terjadi membuktikan
bahwa, dalam
pembelajaran keterampilan
menyimak pada
pokok bahasan
mengemukakan kembali isi berita, dapat diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual.
Selain itu permasalahan awal yang dirasakan guru pun dapat terpecahkan dengan menerapkan metode dan media tersebut.
D. Pembahasan
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang sering dianggap mudah oleh sebagian besar siswa. Tarigan 2008:60 menjelaskan
bahwa keterampilan bahasa meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Namun, pada
kenyataannya beberapa siswa merasa kesulitan pada materi tertentu, misalnya dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan
mengemukakan kembali isi berita. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa belum maksimal.
Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Benyamin Bloom; dalam Nana Sudjana, 1989. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun
ajaran 2012 2013 dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes akhir dan LKS kelompok, sedangkan hasil
belajar afektif dan psikomotorik digolongkan ke dalam keaktifan siswa. Keaktifan siswa diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal
11 September 2012 yang dilakukan oleh peneliti di bantu observer, ditunjukkan bahwa keaktifan kelas siswa adalah 122 atau 26,3 aspek
afektif dan 57 atau 19,7 aspek psikomotorik. Hasil di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada kondisi awal tergolong sangat rendah. Faktor
penyebab keaktifan siswa kondisi awal tergolong sangat rendah yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa merasa bosan dengan metode
ceramah, guru tidak menggunakan media audio-visual, siswa hanya menggunakan media buku paket, siswa tidak suka bertanya kepada guru
tentang materi yang diajarkan, dan siswa tidak punya inisiatif untuk maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru. Hasil belajar siswa hasil belajar
kognitif dari informasi guru menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 56,9
memenuhi kriteria cukup dan persentase jumlah ketuntasan belajar siswa terdapat 7 atau
24,1 siswa tuntas KKM ≥ 75 . Faktor penyebab hasil belajar siswa kondisi awal belum maksimal yaitu siswa kesulitan ketika
diminta menuliskan hal pokok yang terdapat dalam berita yang dibacakan, siswa merasa kesulitan ketika diminta menuliskan kesimpulan dari isi berita
yang telah disimak, siswa masih merasa malu saat mengemukakan kembali di depan kelas sehingga intonasi serta kelengkapan dari isi berita kurang tepat,
dan kurangnya persiapan dan konsentrasi siswa dalam menyimak berita yang dibacakan oleh guru. Hasil keaktifan dan hasil belajar siswa tentu masih jauh
dari harapan dan harus segera ditemukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut supaya dapat lebih baik lagi. Hal ini diperkuat dengan kajian teori
menurut Sriyono, dkk. 1992, yang menyatakan bahwa pada saat guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani dan
rohani. Maksudnya adalah guru harus berperan aktif supaya keaktifan dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 dan 26 Januari 2013. Pada siklus I peneliti mengoptimalkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dengan cara memberikan motivasi dan bimbingan kepada peserta didik melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan media audio-visual. Ternyata melalui metode dan media tersebut menunjukkan bahwa keaktifan kelas siswa adalah 257 atau 55,4 aspek
afektif, dan 96 atau 33,1 aspek psikomotorik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif mengalami peningkatan sebesar 135 atau 47,5 dan
aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 39 atau 59,4. Nilai rata- rata hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I memperoleh 61,7 memenuhi
kriteria cukup dan 12 atau 41,4 siswa tuntas KKM ≥ 75 . Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar meningkat 4,8 dan persentase jumlah ketuntasan belajar siswa siklus I mengalami peningkatan dibandingkan
dengan kondisi awal yaitu 5 orang atau 17,2 dari jumlah keseluruhan siswa. Rata-rata nilai kelompok yang diperoleh dari LKS yaitu 64,1
memenuhi kriteria cukup. Pada siklus I keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal, namun hal ini
belum memenuhi target awal yang peneliti harapkan. Selain itu, rata-rata hasil belajar pada siklus I belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh sekolah
yaitu 75. Hal ini diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Garrett dalam Rosyad, 2003:29 bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam
jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu. Seperti hal nya dengan penelitian ini, untuk mencapai target yang diinginkan kita membutuhkan proses dalam jangka waktu tertentu,
sehingga perlu dilaksanakan siklus II sebagai usaha agar target dapat tercapai yaitu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2013 dan 9 Maret 2013. Hasil keaktifan kelas adalah 303 atau 65,3 aspek afektif,
dan 193 atau 66,6 aspek psikomotorik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I sebesar 46
atau 84,8 dan aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 97 atau 49,7. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II memperoleh 82,1
memenuhi kriteria baik dan 26 atau 89,7 siswa tuntas KKM ≥ 75 . Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu 20,4 dan persentase jumlah
ketuntasan belajar siswa siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu 14 orang atau 48,3 dari jumlah keseluruhan siswa.
Rata-rata nilai kelompok yang diperoleh dari LKS yaitu 85,3. Dari peningkatan tersebut menjelaskan, bahwa peneliti tepat dalam menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Selain itu, metode dan media tersebut ternyata mempunyai dampak sangat positif
sehingga nilai hasil belajar siswa di atas KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus II ini diperkuat
dengan teori yang dikemukakan oleh Sanjaya dalam Rusman, 2011:206, mengenai pembelajaran kooperatif dalam beberapa perspektif. Sanjaya dalam
Rusman, 2011:206 menyebutkan dalam salah satu perspektifnya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan
prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Selain itu, Gagne dalam Sadiman dkk, 2008:6 menyatakan, media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Teori-teori tersebut memperkuat penelitian ini,
bahwa pembelajaran
yang menggunakan
metode kooperatif
akan menimbulkan interaksi antar anggota kelompok yang menciptakan keaktifan
siswa. Selain itu, metode pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan prestasi siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih baik dari
sebelumnya. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran pun juga demikian. Pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran dapat
merangsang minat belajar siswa sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Kelebihan dalam penelitian yang telah dilaksanakan
adalah sebagai berikut. 1.
Dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa dapat termotivasi untuk berpendapat, dan berani untuk
mengemukakan kembali isi berita di depan kelas demi kemajuan anggota kelompoknya dalam memahami materi yang disampaikan pada saat
diskusi kelompok. 2.
Dengan adanya media audio-visual dapat membuat pembelajaran menjadi menarik, karena siswa lebih mudah untuk memahami materi yang
disampaikan lewat LCD. Selain itu siswa tidak merasa bosan karena bisa menyimak video berita secara langsung dibandingkan dengan cara
dibacakan. 3.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menerapkan rasa tanggung jawab, kepedulian, dan rasa demokratis kepada peserta didik.
Tidak ada penelitian yang sempurna, begitu pula dengan penelitian dalam skripsi ini tentu memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahannya
adalah sebagai berikut.
1. Belum bisa mengatur alokasi waktu dengan baik, sehingga di setiap
pertemuan selama penelitian selalu melebihi waktu yang disediakan oleh sekolah.
2. Kesulitan untuk menguasai kelas.
3. Kesulitan untuk memilih video berita yang menarik.
4. Kesulitan untuk memperoleh bahan materi pembelajaran karena bahan
materi cara mengemukakan kembali isi berita tidak tertulis dengan jelas di dalam buku paket SMP.
5. Kurangnya fasilitas audio-visual di sekolah tersebut, karena hanya ada
satu ruangan saja yang difasilitasi perlengkapan audio-visual.
158
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari kondisi awal sampai dengan siklus II, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1 Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII B semester 2 SMP Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013. Keaktifan siswa dari
kondisi awal ke siklus I, aspek afektif mengalami peningkatan sebesar 135 atau 47,5 dan aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 39
atau 59,4. Keaktifan siswa siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 303 atau 65,3 aspek afektif, dan 193 atau 66,6 aspek
psikomotorik. 2
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP
Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai tes yang diperoleh siswa setelah
proses pembelajaran diberikan. Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I sebesar 4,8 dan siklus I ke siklus II terjadi
peningkatan sebesar 20,4. Selain itu, persentase jumlah ketuntasan belajar siswa KKM = 75 juga terjadi peningkatan, dari kondisi awal ke siklus I