f Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku guru belum
sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat.
g Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
Kurikulum 2013 karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
h Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan
hasil dalam Kurikulum 2013 karena Ujian Nasional masih menjadi faktor penghambat.
i Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak
setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, ditambah persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang diampu.
j Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di
sekolah terlalu lama.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah diterjemahkan dari bahasa Inggris, yaitu Problem Based Learning. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dikenal sejak zaman John Dewey dan dipopulerkan di McMaster University Canada pada tahun 1970-an. Pada saat itu, Model Pembelajaran Berbasis
Masalah hanya berkembang di Fakultas Kedokteran namun pada saat ini, Model Pembelajaran Berbasis Masalah sudah berkembang pada banyak fakultas lain,
misalnya: fakultas ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, dan fakultas- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
fakultas sosial. Tan dalam Amir 2009: 12 berpendapat bahwa perkembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain: 1
Adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
2 Aksesbilitas informasi dan ledakan pengetahuan
3 Perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar
4 Perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi, dan pedagogi.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah berkembang seiring dengan kemajuan pendidikan pada abad ke-21 ini. Pada abad ini, dunia pendidikan
dihadapkan pada berbagai masalah baru yang menuntut untuk harus segera diatasi. Pendidikan merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah
dan upaya untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut. Shulman dalam Rusman 2013: 231 mengartikan pendidikan sebagai proses membantu orang
mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana menghubungkan kesulitan mereka dengan teka-teki yang berguna untuk membentuk masalah. Lebih
lengkap lagi, Amir 2009: 12 menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin dan bisa bekerja dalam kelompok, orang perlu memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah. Selain itu, Knowles dalam Amir 2009: 13 menambahkan,”Mereka juga harus mampu mengidentifikasi masalah, punya
rasa tertarik pada aplikasi pengetahuan atas masalah yang mereka hadapi sebagai profesional.” Itulah inti dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Masalah perlu dicari, ditemukan, diidentifikasi, dan diatasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Para ahli mengartikan istilah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kalimat yang berbeda-beda namun memiliki makna yang sama. Arends
dalam Trianto 2009: 92 berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dalam keterampilan berpikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Tan dalam Rusman 2013: 232 mengartikan Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampaun untuk menghadapi
segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Siregar dan Nara 2010: 119 berpendapat bahwa belajar berbasis
masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa
student-centered learning. Secara lebih lengkap, dijelaskan juga bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah lebih difokuskan pada penyajian suatu masalah
kepada siswa kemudian siswa diminta untuk mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip
yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Masalah yang disajikan dapat berupa masalah nyata dan dapat pula berupa masalah yang disimulasikan.
Masalah tersebut akan menjadi panduan dalam proses belajar. Problem Based Learning PBL merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, membuka
dialog Sani, 2013: 140. Ward dalam Ngalimun 2014: 89 mendefinisikan PBM sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pengertian yang hampir sama tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah juga diajukan
oleh Duch dalam Shoimin 2014: 130 bahwa Problem Based Learning PBL atau Pembelajaran Berbasis Masalah PBM adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak variasi. Menurut
Siregar dan Nara 2010: 120, terdapat lima bentuk belajar untuk Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1 Permasalahan sebagai pemandu
Masalah menjadi acuan konkret yang harus diperhatikan oleh pemelajar. Bacaan yang diberikan harus sesuai dengan masalah karena masalah akan
menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru hanya menjadi fasilitator dan pembimbing.
2 Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi
Masalah disajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan oleh guru. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pemelajar dalam
menerapkan pengetahuannya guna memecahkan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Permasalahan sebagai contoh
Masalah dijadikan sebagai contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru. 4
Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar Masalah dijadikan sebagai alat untuk melatih pemelajar bernalar dan
berpikir kritis. 5
Permasalahan sebagai stimulus belajar Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah salah satu model pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam upaya pemecahan masalah kontekstual maupun abstrak melalui langkah-langkah yang bersifat ilmiah. Melalui upaya
pemecahan masalah tersebut diharapkan agar siswa memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan masalah. Selain itu, diharapkan agar siswa dapat
memunculkan dan membiasakan perasaan ingin tahu dalam kesehariannya.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lain. Model Pembelajaran Berbasis masalah
juga demikian. Menurut Rusman 2013: 232, Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki karakteristik sebagai berikut.
1 Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
2 Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur; 3
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda multiple perspective; 4
Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar
dan bidang baru dalam belajar; 5
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; 6
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah. 7
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; 8
Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan; 9
Keterbukaan proses dalam Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan
10 Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan review
pengalaman siswa dan proses belajar. Baron dalam Rusmono 2012: 74 menyebutkan ciri-ciri strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: 1
Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata 2
Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah 3
Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Guru berperan sebagai fasilitator tutor
5 Masalah yang digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran,
mutakhir dan menarik, berdasarkan informasi yang luas, terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam dimensi kemanusiaan.
Teori Barrow seperti yang dikutip dalam Shoimin 2014: 130 menyebutkan lima karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain:
1 Learning is student-centered pembelajaran berpusat pada siswa
Proses pembelajaran dalam PBM lebih menitikberatkan siswa sebagai orang yang belajar pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa harus
didorong untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2
Authentic problems form the organizing focus for learning masalah autentik membentuk fokus pengorganisasian untuk belajar
Masalah yang disajikan kepada siswa merupakan masalah yang nyata sehingga siswa mudah memahami masalah tersebut dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. 3
New information is acquired through self-directed learning informasi baru diperoleh melalui pembelajaran mandiri
Proses pemecahan masalah dalam PBM memungkinkan siswa untuk mencari tahu sendiri pengetahuan-pengetahuan baru yang belum pernah
diperoleh sebelumnya melalui sumber belajar yang bermacam-macam. 4
Learning occurs in small groups pembelajaran terjadi di dalam kelompok kecil
Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang dibuat dengan pembagian tugas dan penetapan tujuan yang jelas.
Kelompok-kelompok kecil memudahkan siswa dalam melakukan interaksi ilmiah berdiskusi dan berbagi ide-ide.
5 Teachers act as facilitators guru berperan sebagai fasilitator
Pelaksanaan PBL di sekolah menuntut guru hanya sebagai fasilitator. Namun demikian, guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas
siswa dan memberikan dorongan kepada siswa agar mencapai target atau tujuan pembelajaran.
Pendapat-pendapat di atas pada dasarnya menekankan karakteristik Model Pembelajaran berbasis Masalah pada permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran.
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang diterapkan dalam pembelajaran harus berlandaskan pada langkah-langkah atau tahap-tahap yang
jelas. Model Pembelajaran Berbasis Masalah berorientasi pada aktivitas kelompok. Dengan demikian, sebelum memulai langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, para siswa harus sudah membentuk kelompok-kelompok kecil.
Rusmono 2012: 83 membagi prosedur strategi pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah menjadi tiga bagian, yaitu:
pendahuluan, penyajian, dan penutup. Pendahuluan terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1 Pemberian motivasi
2 Pembagian kelompok
3 Informasi tujuan pembelajaran.
Penyajian terdiri dari lima bagian, yaitu: 1
Mengorientasikan siswa kepada masalah Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang dipilih sendiri.
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.
3 Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.
4 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model serta membantu
mereka berbagi karya mereka. 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-
proses yang mereka gunakan. Kegiatan penutup terdiri dari:
1 Merangkum materi yang telah dipelajari
2 Melaksanakan tes dan pemberian pekerjaan rumah.
Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak variasi. Salah satu variasi tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah
menurut Sani 2013: 141 adalah sebagai berikut. 1
Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
2 Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan,
dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
3 Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain.
4 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
5 Guru membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai,
seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
6 Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang digunakan. Hamdatama 2014: 211 mengemukakan enam langkah Pembelajaran
Berbasis Masalah, yaitu: 1
Merumuskan masalah: siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2
Menganalisis masalah: siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang.
3 Merumuskan hipotesis: siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4
Mengumpulkan data: siswa mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5 Pengujian hipotesis: siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah: siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan
hipotesis dan rumusan kesimpulan. Amir 2009: 24 mengemukakan bahwa terdapat tujuh langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: 1
Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas Pada tahap ini, setiap kelompok harus memastikan bahwa semua
anggotanya telah memiliki pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat di dalam masalah. Melalui tahap ini, setiap anggota
kelompok dipastikan untuk memiliki pandangan yang sama terhadap berbagai istilah tersebut.
2 Merumuskan masalah
Pada tahap kedua ini, kelompok harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap fenomena atau kejadian.
3 Menganalisis masalah
Tahap ketiga ini sering dikenal dengan istilah tahap brainstorming atau curah gagasan. Setiap anggota kelompok menyampaikan pengetahuan yang
sudah dimiliki terkait masalah. Setiap kelompok berdiskusi untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Tahap ini melatih siswa untuk
menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis terkait masalah. 4
Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam Pada tahap ini setiap kelompok melihat keterkaitan dari bagian-bagian dari
masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengelompokkannya; mana yang saling menunjang, mana yang saling bertentangan, dan
sebagainya. 5
Memformulasikan tujuan pembelajaran Setiap kelompok merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah
mengetahui bagian-bagian pengetahuan yang masih belum jelas dan kurang dipahami. Tujuan pembelajaran dikaitan dengan analisis masalah yang
dibuat. Tujuan pembelajaran akan menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok.
6 Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain di luar diskusi
kelompok Pada tahap keenam ini, setiap anggota kelompok harus mencari informasi
tambahan dari sumber yang berbeda. Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektif pada tahap ini agar mendapatkan iinformasi yang
relevan, misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, dan publikasi dari sumber pembelajaran. Adapun aktivitas
anggota kelompok adalah memilih, meringkas sumber pembelajaran dengan kalimat sendiri, dan menuliskan sumber dengan jelas. Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 Mensintesa menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat
laporan untuk dosen atau kelas Pada tahap ketujuh ini, setiap anggota kelompok mempresentasikan
laporannya di hadapan anggota kelompok lain. Laporan dapat diketik dan diserahkan kepada anggota kelompok lain. Anggota kelompok yang lain
memberikan kritikan terhadap laporan tersebut sehingga menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab dan dicarikan solusinya.
Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggotanya. Gabungan informasi tersebut akan
disajikan dalam bentuk paper atau makalah untuk diserahkan kepada guru. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat berlangsung
dalam satu kali pertemuan dan dapat pula berlangsung dalam beberapa pertemuan. Hal demikian tergantung pada kondisi dan konteks serta keluasan
materi yang diajarkan pada setiap kelas. Pada karya dan produk yang akan dihasilkan, peneliti menggunakan tujuh langkah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah yang merupakan perpaduan antara pendapat Amir 2009:24 dan Hamdatama 2014: 211. Ketujuh langkah atau tahap pembelajaran ini hanya
akan digunakan selama satu kali pertemuan karena materi yang diajarkan tidak begitu luas dan tidak menuntut aktivitas yang berat sehingga tidak menyita
waktu yang lama. Secara umum, perpaduan tujuh langkah pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2. Merumuskan masalah
3. Menganalisis masalah
4. Merumuskan hipotesis
5. Mengumpulkan data
6. Pengujian hipotesis
7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak manfaat. Smith dalam Amir 2009: 36 menyebutkan manfaat-manfaat Model Pembelajaran
Berbasis Masalah sebagai berikut. 1
Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar Pengetahuan yang didapatkan karena lebih dekat dengan konteks praktiknya
akan lebih mudah diingat. Konteks yang berada di sekitar siswa dan pertanyaan yang sering diajukan terhadap konteks atau masalah tersebut
akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. 2
Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan Model Pembelajaran Berbasis Masalah melatih pendidik untuk membangun
masalah yang berisi konteks praktik realita. Dengan demikian, siswa dapat merasakan secara lebih dekat konteks yang terjadi sebenarnya di lapangan.
3 Mendorong siswa untuk berpikir
Proses Pembelajaran Berbasis Masalah mendorong siswa untuk mempertanyakan, kritis, dan reflektif. Pada model pembelajaran ini, siswa
dianjurkan untuk tidak terburu-buru dalam menyimpulkan melainkan berusaha untuk menemukan landasan dari argumennya dan fakta-fakta yang
mendukung alasannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial
Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Dengan demikian, setiap anggota kelompok
diharapkan untuk memahami perannya dalam kelompok, menerima pendapat anggota kelompok yang lain, memahami dan mengahragi
perbedaan, mempertimbangkan strategi, memutuskan, dan persuasif mengajak anggota kelompok yang lain dalam menyelesaikan masalah
5 Membangun kecakapan belajar life-long learning skills
Masalah yang diajukan dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah berpotensi untuk melatih kecakapan siswa dalam berbagai bidang
kehidupan. 6
Memotivasi pemelajar Pendidik memiliki peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri
siswa karena pendidik menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, siswa akan merasa bergairah untuk
menyelesaikan masalah. Ibrahim dan Nur dalam Trianto 2009: 96 menyebutkan pembelajaran
berbasis masalah dengan istilah lain, yaitu pengajaran berdasarkan masalah. Adapun manfaat pengajaran berbasis masalah, yaitu:
1 Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual 2
Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan simulasi
3 Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
Adapun manfaat khusus dari pengajaran berdasarkan masalah menurut Dewey, dikutip oleh Sudjana dalam Trianto 2009:96 adalah metode
pemecahan masalah.
e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa kelebihan daripada model-model pembelajaran yang lain. Menurut Shoimin 2014: 132,
beberapa kelebihan dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah: 1
Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
2 Siswa memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar. 3
Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.
4 Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5 Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. 6
Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. 7
Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8 Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching. Trianto 2009: 96 menyebutkan kelebihan lain dari Model
Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Realistik dengan kehidupan siswa
Model Pembelajaran Berbasis Masalah cenderung mengedepankan masalah nyata yang sering dialami dan ditemui oleh siswa dalam kehidupannya
sehari-hari. Dengan demikian, siswa mudah mengingat dan memahami serta menemukan solusi pemecahannya.
2 Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
Isi pelajaran yang diterapkan dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah disesuaikan dengan kebutuhan siswa karena cenderung mengambil
masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. 3
Memupuk sikap inquiry siswa Siswa dilatih untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap masalah
yang disajikan. Wujud keingintahuan siswa adalah melalui usaha untuk menemukan solusi terhadap masalah.
4 Retensi konsep jadi kuat
Model Pembelajaran Berbasis masalah membantu siswa untuk menyimpan atau mengingat sebuah konsep secara lebih kuat dan bertahan lama. Hal
demikian terjadi karena masalah yang disajikan merupakan masalah yang tidak asing lagi bagi siswa.
5 Memupuk kemampuan problem solving
Siswa dilatih untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Solusi yang diberikan harus dipikirkan terlabih dahulu secara matang dan
masuk akal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada dasarnya, menurut Amir 2009: 32, keunggulan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terletak pada perancangan masalah. Masalah
yang dirancang memenuhi syarat-syarat antara lain: 1
Memiliki keaslian seperti di dunia kerja 2
Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya 3
Membangun pemikiran yang metakognitif ganda dan konstruktif bersifat membangun
4 Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran
5 Tidak mengabaikan tujuan pembelajaran.
f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa kekurangan. Menurut Trianto 2009: 97, ada empat kekurangan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah, yaitu: 1
Persiapan pembelajaran alat, problem, konsep yang kompleks Konsep dan permasalahan yang disampaikan cenderung rumit dalam tahap
persiapan. Media alat yang hendak digunakan dalam pembelajaran juga cenderung sulit untuk dibuat.
2 Sulitnya mencari problem yang relevan
Pada dasarnya, masalah dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak namun sulit untuk disesuaikan dengan materi pelajaran yang hendak diajarkan
kepada siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Sering terjadi miss-konsepsi
Siswa sering memiliki pandangan yang berbeda-beda terhaap masalah. Oleh karena itu, guru harus menyesuaikan semua pandangan siswa tersebut agar
mencapai satu konsep yang sama dan sesuai dengan inti materi pelajaran. 4
Konsumsi waktu Model Pembelajaran Berbasis Masalah memerlukan waktu yang cukup
banyak dalam proses penyelidikan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Amir 2009: 26,”Ketujuh langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa
pertemuan kelompok.” Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah lain yang
diungkapkan oleh Shoimin 2014: 132 antara lain: 1
Model Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran karena ada bagian tertentu di mana guru harus berperan
aktif dalam menyajikan materi. 2
Kelas dengan tingkat keragaman siswa yang tinggi akan mempersulit siswa dalam pembagian tugas kelompok.
3. Lembar Kerja Siswa