SWOT sebagai Dasar Berpijak

dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau sobjek yang dikenai tindakan. Dalam memilih sebuat tindakan yang akan dicoba, peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang ‘bahaya’ di luar diri dan subjeknya sehingga dapat mendatangkan risiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengandung risiko.

d. Upaya Empiris dan Sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris terkait dengan pengalaman dan sistemik, berpijak pada unsure-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsure-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.

e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna masing-masing huruf adalah sebagai berikut. 1 S – Specific, khusus, tidak terlalu umum; 2 M – Managable, dapat dikelola, dilaksanakan; 3 A – Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau; 4 R – Realistic, operasional, tidak di luar jangkuan; dan 5 T – Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebut dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus; 1 Khusus spesifik, tidak terlalu luas misalnya melakukan penelitian untuk pelajaran bahasa Arab, tetapi hanya satu aspek saja, misalnya aspek berbicara, aspek membaca, aspek mendengarkan, atau aspek menulis. Dengan demikian, langkah dan hasilnya dapat jelas karena spesifik. 2 Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain. 3 Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya. 4 Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan. 5 Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan dapat dilihat hasilnya. Batasan waktt\u ini penting agar guru mengetahui betul hasil yang diberikan kepada siswa, dan lain kali kalau akan diulang, rencana pelaksanaannya sudah jelas. Sebagai contoh, sebuah penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.

3. Model PTK

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model PTK dengan bagan berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahap seperti yang terlihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 3. 2 Kajian Berdaur 4 Tahap dalam TPK Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup: analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan dari proses serta hasil tindakan biasanya ada beberapa permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga pada giliranya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta diikuti refleksi ulang. Tahap-tahap kegiatan ini berulang, sampai suatau permasalahan dianggap teratasi. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3. 3: REFLEKSI TINDAKAN MERENCANAKAN OBSERVASI