Macam-Macam Strategi Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam pembelajaran bahasa Arab, strategi ini bermanfaat untuk menambah jam terbang peserta didik dengan melakukan serangkaian aktifitas berbahasa baik lisan maupun tulisan kalam maupun kitabah demikian juga berbahasa pasif qiro’ah dan kitabah. Hal ini perlu dilakukan karena waktu pembelajaran di dalam kelas biasanya cenderung terbatas sehingga membutuhkan waktu lebih banyak di luar kelas. 2. Strategi berbasis display dan penemuan Discovery Strategi pembelajaran bahasa Arab berbasis display dan penemuan merupakan strategi pembelajaran bahasa Arab yang mengedepankan penggunaan bahan tertentu yang bisa ditampilkan dan atau ditemukan oleh peserta didik itu sendiri sesuai arahan guru. Adapun bentuk strategi ini adalah sebagai berikut: a. Strategi deduktif; merupakan strategi yang menerangkan materi pelajaran dengan terjadinya peralihan cara berfikir dari global menjadi rinci umum ke khusus. Oleh karena itu, strategi ini cocok relevan dengan perkembangan berfikir otak. Strategi deduktif sesuai dengan pembelajaran maharah, ‘anashir dan lain sebagainya yang menuntut pemahaman konsep atau teori terlebih dahulu ketimbang menguasai contohnya. b. Strategi Induktif qiyas; merupakan strategi yang menerangkan materi pelajaran dengan menyebutkan bagian-bagian atau juziyah untuk difahami dan dikuasai sebelum mengenal konsep atau teorinya. Strategi ini berfungsi mengajak peserta didik berfikir secara mandiri demi membentuk konsep-konsep yang dituntutkan. c. Strategi display flow chart dan bagan; merupakan strategi pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan bagan sebagai alat bantu menuju target yang diinginkan. Fungsi gambar tersebut adalah untuk mengajak peserta didik memikirkan seperangkat gambar yang disajikan guru dalam bentuk pemaparan materi secara integratif sehingga mereka harus mendalami secara seksama. d. Strategi gambar; merupakan strategi pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan gambar fotografi, film atau telepon. Strategi ini biasanya dipakai untuk menjelaskan karakteristik bahasa Arab, cakupan pembahasan bahasa Arab, serta pembelajaran qawaid yang disajikan secara praktis. e. Strategi pemutaran film pendidikan; merupakan strategi yang menekankan aktifitas pembelajaran yang bisa ditampilkan atau diputar dengan menggunakan alat pemutar video dan televisi. Biasanya strategi ini dipakai untuk pembelajaran istima dengan memutar video karya sineas Arab atau berkaitan dengan cerita arab. Pada dasarnya strategi berbasis display dan penemuan lebih sesuai untuk pembelajaran qawaid nahwiyah dan sharfiyah baik dengan menekankan pemahaman konsep terlebih dahulu maupun memulai dari contoh yang harus dicerna terlebih dahulu sebelum mengenal istilahnya. Strategi ini telah berjalan lama dan sering dipakai di berbagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran bahasa Arab termasuk bagian dari pelajarannya. 3. Strategi berbasis kecakapan berbicara dan mendengar Strategi berbasis kecakapan berbicara dan mendengar merupakan kegiatan pembelajaran bahasa Arab yang menekankan keaktifan peserta didik dalam mengasah kemampuan berbahasanya khusus dalam hal lisan. Tujuan dari strategi ini adalah mengajak peserta didik terlibat langsung dalam proses alami mengenai produksi bahasa baik yang dilakukan secara natural maupun dibuat khusus untuk pembelajaran. Adapun bentuk strategi ini adalah sebagai berikut: a. Muhadharah; merupakan strategi yang disiapkan untuk mendengar dan mengamati perpindahan informasi dari berbagai pemikiran, fakta, informasi dan pendapat guru kepada peserta didik. Strategi ini sesuai untuk melatih kemampuan istimak peserta didik dengan menyampaikan beberapa pandangan berbahasa Arab untuk dikuasai sedikit demi sedikit dan diolah lebih lanjut dalam otak mereka. b. Seminar; merupakan strategi yang mengoptimalkan kehadiran para pakar yang sengaja didatangkan dengan bahasa Arab sebagai pengantar agar peserta didik dapat terangsang untuk selalu mendengarkan informasi dalam bahasa Arab. Acara ini biasanya menyajikan materi yang didiskusikan melalui judul tertentu dan Contoh implementasi strategi yang menekankan pada bidang tertentu agar mudah diserap oleh peserta didik. c. Pemutaran testimoni atau pengalaman baik tokoh yang telah sukses, guru maupun lulusan yang disampaikan dalam bahasa Arab agar terpacu motivasi peserta didik dan tersampaikannya tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya strategi ini didisain kebanyakan untuk mengasah kemampuan menyimak dan berbicara yang ditransformasi langsung secara alami dan tertata dengan rapi. Harapan dari penggunaan strategi ini adalah untuk membiasakan tingkat persiapan peserta didik sebelum terjun langsung di dunia komunikasi lisan dan tulisan dalam bahasa Arab. 4. Strategi kontemporer dalam belajar bahasa Arab Strategi kontemporer dalam belajar bahasa Arab merupakan strategi yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan peserta didik pada masa kini. Pada dasarnya mereka lebih menyukai jika diberi kesempatan untuk belajar mandiri dan lebih memfungsikan pemanfaatan teknologi tepat guna. Adapun bentuk strategi kontemporer tersebut diantaranya: a. Strategi belajar mandiri; merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk belajar mandiri. Inti dari strategi ini peserta didik diberi penugasan dengan seperangkat aturan atau langkah yang harus dilakukan untuk kemudian dilaporkan tentang apa yang telah diperoleh dari belajar mandiri tersebut. b. Strategi optimalisasi teknologi modern; merupakan strategi pembelajaran bahasa yang memberikan tugas kepada peserta didik dengan terjun langsung ke dunia maya dengan mencari informasi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Kelebihan strategi ini adalah bahwa peserta didik dapat mencari sendiri informasi yang lebih mudah untuk dicerna dan difahami. Disamping itu, guru dapat memberikan tugas berkomunikasi dengan peserta didik melalui program chat yang dapat mengasah kemampuan berbahasa dan menulis dengan benar. Strategi ini secara umum banyak dilakukan di era modern ini, dimana seluruh kegiatan lebih memfungsikan teknologi informasi ketimbang belajar secara terstruktur di bawah kendali guru di dalam kelas. Karena zaman lebih canggih maka melalui strategi ini peserta didik dapat mengasah sendiri kemampuan demikian juga guru juga masih memiliki kemampuan untuk memantau perkembangan hasil belajar melalui program yang tersedia di dalamnya. Penjelasan di atas cenderung mengarahkan pada macam-macam strategi pembelajaran dari aspek jenisnya. Sedangkan secara praktis berikut dijelaskan berbagai strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mengajarkan bahasa Arab, yaitu: 1. Jigsaw yaitu membagi satuan informasi menjadi komponen lebih kecil, selanjutnya guru membagi peserta didik ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponensubtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Adapun langkah- langkahnya Rusman, 2013:217-218 adalah sebagai berikut: a. peserta didik dikelompokkan menjadi + 4 orang; b. tiap orang dalam tim diberi materi atau teks berbahasa Arab dan tugas yang berbeda yang harus mereka pahami; c. anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru kelompok ahli; d. setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai; e. tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; f. setelah semua presentasikan, selanjutnya dilakukan pembahasan; g. kemudian penutup penerapan jigsaw lebih cocok untuk pembelajaran maharah al-Qira’ah karena menuntut pemahaman secara mandiri yang dilakukan oleh peserta didik. Disamping itu juga jika berada di kelas atas Mutaqaddim, maka guru bisa menyuruh mereka untuk mempresentasikan dengan berbahasa Arab sebagai upaya membiasakan maharah al-Kalam. 2. Student Teams Achievement Division STAD yaitu pembelajaran yang memperhatikan kerja kelompok dalam mengembangkan kompetensi anggotanya. Adapun caranya adalah guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang harus bekerja secara tim dengan meningkatkan kompetensi masing-masing anggotanya. Dalam pelaksanaannya, guru akan melakukan serangkaian tes secara individu, hasil yang diperoleh masing-masing akan dijumlahkan pada kelompoknya masing-masing. Manfaat dari strategi ini, peserta didik akan saling membantu antara satu dengan yang lainnya untuk berbagi pengalaman dan kecakapannya demi membantu penilaian kelompoknya. 3. Investigasi Kelompok yaitu perencanaan dan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif untuk melakukan investigasi atas masalah yang telah diberikan. Adapun langkah penerapannya yaitu: a. guru membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari + 5 siswa; b. memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis; c. mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati. Strategi ini cocok digunakan untuk melatih kemampuan mendengar jika penugasan dilakukan dengan berbahasa Arab, juga melatih kemampuan membaca sebagai penugasan terhadap pemahaman teks qira’ah. 4. Brain Storming Sumbang Saran yaitu suatu strategi yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah kemudian peserta didik menjawab dan menyatakan pendapat atau komentar sehingga masalah yang ada berkembang menjadi masalah baru. Bisa juga dikatakan bahwa sumbang saran merupakan suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat Strategi ini cocok diterapkan pada pembelajaran maharah al-Kalam berbicara karena menuntut peserta didik menjawab sebanyak-banyaknya atas masalah yang dilontarkan oleh guru. Disamping itu perlu juga diperhatikan content isi yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik. Strategi ini menuntut guru aktif dan dinamis dalam menangkap respon peserta didik dan mengolahnya kembali untuk dilontarkan kembali kepada peserta didik. 5. Bermain Peran Roll Playing yaitu menyajikan pelajaran dengan memainkan peran atas sebuah realitas sosial yang dialami oleh peserta didik, strategi ini berkaitan dengan materi yang sulit dipahami dengan hanya memaparkan sehingga harus dipraktekkan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Dalam bermain peran, guru harus mampu mengidentifikasi peran yang sesuai dengan masing-masing karakteristik peserta didik, sehingga roll play akan berjalan maksimal. Dalam hal ini percakapan akan dilakukan untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam maharah al-kalam Berbicara. Strategi ini dianggap mampu membentuk pembelajaran yang menyenangkan dengan melakukan gerakan dan adegan tertentu yang tidak menimbulkan bosan di kalangan peserta didik. 6. Make a Match yaitu pembelajaran yang menitikberatkan pada pencarian pasangan atas berbagai kasus yang harus dicari pasangannya. Dalam hal ini guru menyajikan seperangkat kasus yang disertai penyelesaiannya namun terpisah di kartu yang berbeda, sehingga tugas peserta didim adalah mencarinya yang telah terpencar di teman yang lainnya. Hal ini akan melatih interaksi peserta didik serta merangsang kemampuan memahami teks bahasa Arab maupun merangkai kembali. Strategi ini cocok diterapkan khususnya pada maharah al-Qira’ah dan mufrodat serta qawaid. Adapun pasca diketemukan pasangannya, peserta didik diminta untuk menyajikan kembali sebagai langkah untuk meningkatkan kemampuan berbicara secara lisan ataupun bisa juga kemampuan menulis sebagai laporan. 7. Teams Games Tournaments yaitu pembelajaran yang mengajak peserta didik menjawab kuis yang berkaitan dengan pelajaran utamanya atau pengetahuan umum sebagai tambahan Dalam hal ini, strategi dilakukan secara berkelompok untuk menjawab secara tim dengan pemberian poin untuk masing-masing jawaban yang benar. Tentunya strategi ini berkaitan dengan penghargaan selayaknya atlit yang telah berjuang sekuat tenaga menuju kemenangan. Strategi ini cocok untuk permainan tentang mufrodat maupun lainnya yang mengunggulkan kemampuan berbahasa yang baik dan kecekatan dalam menjawab Demikian macam-macam strategi pembelajaran bahasa Arab yang bisa dipergunakan guru dalam mengajar. Masih banyak strategi lainnya yang dapat dikembangkan lebih lanjut yang menuntut guru untuk kreatif dan inovatif. Harapan dari pemahaman konsep strategi ini, agar dapat membantu pembelajaran lebih bermutu dan berkualitas.

3. Metode Pembelajaran Bahasa Arab

Istilah metode method atau ةقيرط secara etimologi berarti cara atau jalan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode berarti cara yangdigunakan guru dan siswa dalam mengolah informasi, konsep, dan fakta Adapun secara terminologi, metode adalah ―seperangkat rencana yang menyeluruh mengenai penyajian materi pengajaran bahasa secara teratur yang didasarkan atas suatu pendekatan. Metode dalam pembelajaran bahasa secara umum bisa dikategorikan menjadi tiga; language centered methods, learner centered methods dan learning centered methods . Metode yang fokus pada bahasa contohnya metode nahwu wa tarjamah, metode yang fokus pada pebelajar contohnya adalah metode komunikatif. Sedangkan metode yang fokus pada proses pembelajaran contohnya metode alamiah.

a. Metode Tata Bahasa - Terjemahan ةقيرط دعاوقلا و ةمحرتلا

Metode Tata Bahasa dan Terjemahan قيرط دعاوقلا و محرتلا untuk pengajaran bahasa sejalan dengan pandangan ahli psikologi yang menyatakan bahwa disiplin mental sangat penting untuk meningkatkan kekuatan pikiran. Tujuan utama pengajaran bahasa menggunakan metode ini adalah untuk memungkinkan siswa menjelajahi kedalaman sastra terkenal seperti ارظنلا karya al Manfaluti dalam pengajaran bahasa Arab, di samping membantu mereka memahami bahasa ibu bahasa Indonesia dengan lebih baik melalui analisis yang lebih mendalam tentang tata bahasa dari bahasa target bahasa Arab dan latihan menerjemah. Metode ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Siswa pertama mempelajari kaidah tata bahasa dan daftar bilingual dari kosakata yang berhubungan dengan bacaan atau bacaan-bacaan dalam pelajaran. Tata bahasa dipelajari secara deduktif dengan cara penjelasan panjang dan seksama dari guru. Semua kaidah tata bahasa dipelajari secara rinci dan dijelaskan dalam istilah-istilah tata bahasa. 2 Ketika kaidah-kaidah tata bahasa dan kosakata telah dipelajari, siswa diberikan latihan menerjemahkan teks yang diikuti dengan penjelasan tata bahasa. 3 Pemahaman siswa tentang kaidah-kaidah tata bahasa dan membaca dievaluasi melalui penerjemahan dari bahasa target ke bahasa ibu atau sebaliknya. Siswa dianggap telah memiliki kompetensi berbahasa, bila sudah mampu menerjemahkan teks dengan baik. 4 Bahasa ibu dan bahasa target dibandingkan secara terus menerus. Tujuan pembelajarannya adalah mampu menerjemahkan dari bahasa ibu ke bahasa target atau sebaliknya. 5 Kesempatan latihan menyimak dan berbicara sangat sedikit kecuali dalam membaca teks dan kalimat-kalimat secara bersuara. Karena metode ini terfokus pada keterampilan membaca dan menerjemah, waktu banyak dihabiskan untuk membicarakan tentang bahasa, dan hampir tidak ada waktu untuk berbicara dalam bahasa target.

b. Metode Langsung ةقيرطلا

لا رشا م Setelah sekian lama digunakan di sekolah-sekolah, pada pertengahan abad ke-19 metode qawaid-terjemah mendapat tentangan dan penolakan dari sejumlah ahli bahasa yang berpendapat bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam berkomunikasi. Kemudian dari pandangan tersebut menghasilkan sebuah metode baru, yakni metode langsung atau direct method . Pendukung Metode ―aktifǁ ini percaya bahwa siswa belajar mengerti suatu bahasa dengan intensitas yang tinggi dalam mendengar bahasa tersebut. Mereka belajar berbicara melalui berbicara, khususnya jika berbicara diasosiasikan secara terus menerus dengan tindakan yang pantas. Metode ini didasarkan secara esensial pada cara anak kecil belajar bahasa ibu pertama mereka: bahasa dipelajari melalui asosiasi langsung kata dan frasa dengan objek dan tindakan tanpa menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar intervening variable. Berbagai metode oral dan alamiah telah bekembang sejak versi abad 20 dari metode ini. Metode langsung atau direct method adalah metode pembelajaran bahasa asing di mana selama pembelajaran berlangsung, guru menggunakan bahasa asing yang diajarkan dan bahasa siswa tidak boleh digunakan. Orientasi pada metode ini adalah penggunaan bahasa asing yang diajarkan di kelas. Metode ini memiliki karakteristik sebagai berikut: