Metode Audio-Lingual ةقيرطلا ةيعمسلا ةيھفشلا Metode Pembelajaran Bahasa Arab

drill pengulangan. Bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata dan pelatihan pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru dalam metode ini dapat memaksa siswa untuk mengulang hingga siswa tidak lagi dapat mengulangi kesalahannya. Pengajaran bahasa yang didasarkan pada munculnya metode ini berjalan di atas premis-premis berikut: 1 Bahasa secara primer adalah suatu fenomena lisan. Bahasa tulisan merupakan representasi sekunder dari ujaran. 2 Linguistik menyangkut studi tentang pola-pola yang berulangulang dari bahasa. 3 Fokus utama dari studi adalah fonologi dan morfologi. 4 Bahasa diperoleh melalui belajar berlebihan overlearning dari pola-polanya. 5 Semua penutur asli mempelajari bahasa secara lisan sebelum belajar membaca. Oleh karena itu, bahasa asing atau bahasa kedua akan diajarkan dalam urutan yang alamiah: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 6 Dalam pembelajaran bahasa, seorang siswa akan mulai dengan pola-pola bahasa daripada belajar kaidah-kaidah gramatikal secara deduktif.

d. Metode Komunikatif لا

ةقيرط ةيلاصتإا Metode komunikatif Comunicative Language TeachingCLT adalah pengajaran bahasa yang dilandasi oleh teori komunikatif atau fungsi bahasa seperti yang dikemukakan oleh Wilkins, Widowson, Candlin, Cristopher Brumfit dan ahli lainnya Junaidi,1996. Tujuan pengajaran metode ini adalah untuk mengembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur pembelajaran keempat keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang saling berkaitan antara bahasa dan komunikasi. Richards dan Rodgers 1986 menyatakan bahwa walaupun CLT tidak menuntut suatu teori khusus dari pembelajaran bahasa sebagai dasarnya, terdapat beberapa premis teoretis tentang metode ini: 1 Prinsip Komunikasi. Aktivitas yang mencakup komunikasi dapat meningkatkan pembelajaran bahasa. 2 Prinsip Tugas. Aktivitas yang mencakup pelaksanaan tugastugas dunia nyata dapat meningkatkan pembelajaran bahasa. 3 Prinsip Penuh Makna. Siswa harus disibukkan dalam penggunaan bahasa penuh makna dan autentik. Ricards dan Rodgers 1986 mengutip Finocchiaro and Brumfit 1983, mengidentifikasi 22 ciri pembeda dari metode ini. Beberapa diantaranya sebagai berikut: 1 Makna adalah tujuan utama dalam CLT, dan kontekstualisasi merupakan suatu prinsip dasar. 2 Usaha-usaha siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa dimulai sejak awal pembelajaran. Sistem bahasa baru akan dipelajari dengan sangat baik melalui usaha mengkomunikasikan makna dari seseorang dan dengan kesepakatan makna melalui interaksi dengan orang lain. 3 Urutan materi pelajaran ditentukan oleh isi, fungsi, danatau makna yang akan memelihara minat siswa. 4 Penggunaan secara bijak bahasa ibu dapat diterima bila memungkinkan, dan terjemahan dapat digunakan bila siswa menemukan manfaat atau memerlukannya. 5 Aktivitas dan strategi-strategi untuk pembelajaran bervariasi sesuai dengan pilihan dan kebutuhan siswa. 6 Kompetensi komunikatif, dengan suatu penekanan pada kefasihan dan pengunaaan bahasa yang berterima, merupakan tujuan pembelajaran. Akurasi ketepatan tidak diukur secara abstrak, tetapi dalam konteks.

e. Metode CampuranEklektik ةقيرطلا ةيئاقتنإا

Metode ini merupakan campuran dari unsur-unsur yang terdapat dalam metode- metode sebelumnya. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa: 1 tidak ada metode yang ideal, karena masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangan, 2 setiap kelebihan dari metode ini dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan pembelajaran, 3 metode ini lahir bukan sebagai penolakan terhadap metode lama, melainkan sebagai penyempurna, 4 tidak ada satu metode pun yang cocok untuk semua tujuan, tenaga pendidik guru, siswa, dan program pembelajaran, 5 yang terpenting dalam pembelajaran adalah memenuhi kebutuhan peserta didik, bukan untuk memenuhi kebutuhan suatu metode, 6 setiap tenaga pendidik guru memiliki kebebasan untuk memilih metode sesuai kemampuannya dan kebutuhan peserta didik. Keterampilan bahasa diajarkan menurut urutan sebagai berikut: 1 berbicara, 2 menulis, 3